Iwan dan Desi adalah sepasang suami istri yang telah dikaruniai 2 orang
anak. Iwan, 34 tahun, berperawakan tinggi dan ganteng. Desi, 31 tahun,
tinggi badannya sedang saja, tapi buah dada 34B dan pinggulnya sangat
menarik, sangat mengundang. Kehidupan rumah tangga mereka terbilang aman
dan tenteram.
Suatu malam, di tempat tidur, beberapa hari menjelang hari ulang tahun Desi yang ke 32, sambil memeluk Desi, Iwan menanyakan hadiah ulang tahun apa yang Desi mau.
"Ada satu hal yang saya mau, Mas..." ujar Desi.
"Tapi saya malu dan takut untuk mengatakannya..." ujar Desi lagi.
"Apa itu, sayang?" tanya Iwan.
"Mm.. Gini.. Tapi saya minta Mas jangan marah, ya? Ini hanya sekedar keinginan saya saja," ujar Desi.
"Iya. Apakah itu?" tanya Iwan lagi.
"Sejak kita pertama ketemu, saya menyukai Om Budi. Dia sangat baik dan pengertian terhadap saya. Kalau dulu waktu kita pacaran ada masalah, saya selalu curhat kepada dia. Dia selalu bisa mendinginkan hati saya. Itulah kenapa saya suka dia," papar Desi.
"Lalu?" tanya Iwan.
"Saya takut dan malu mengatakannya, Mas," ujar Desi sambil menunduk.
"Ini adalah hadiah untuk ulang tahun kamu sayang. Apapun itu, katakanlah.. Mas akan berusaha untuk mengerti keinginan kamu itu," ujar Iwan.
"Benarkah?" kata Desi.
"Iya, sayang. Katakanlah..." ujar Iwan sambil tersenyum.
"Begini Mas.. Bukannya saya tidak cinta kepada Mas lagi. Tapi entah kenapa beberapa bulan terakhir ini saya selalu teringat akan Om Budi. Ingat tentang segalanya. Sampai-sampai ada suatu keinginan aneh yang datang, Mas..." ujar Desi.
"Oke. Lalu?" tanya Iwan.
"Entahlah.. Saya sulit mengatakannya.. Tapi.. Begini.. Kalau boleh, saya mau hadiah ulang tahun yang sangat spesial dari Mas kali ini yaitu.. Mm.. Saya mau minta waktu kepada Mas untuk mengijinkan saya menghabiskan waktu semalam saja dengan Om Budi..." papar Desi sambil menatap mata Iwan.
"Waktu semalam untuk apa, sayang?" tanya Iwan lagi.
"Mm.. Saya ingin menumpahkan rasa kangen saya kepada Om Budi..." ujar Desi lalu menunduk.
Iwan terdiam. Di dalam hatinya berkecamuk suatu perasaan yang sangat tidak menentu.
"Ini hanya keinginan saya saja, Mas.. Kalau Mas tidak mengijinkan juga, saya tidak apa-apa kok Mas..." ujar Desi sambil tersenyum.
"Apakah kamu benar-benar inginkan itu, sayang?" tanya Iwan memastikan.
"Iya. Mas.. Kalau Mas tidak keberatan," ujar Desi.
"Baiklah.. Mas kabulkan," ujar Iwan.
"Boleh tahu kenapa Mas mengijinkan?" tanya Desi penasaran.
"Saya ingin membahagiakan kamu. Walau terasa aneh, tapi saya akan berusaha mengabulkannya. Karena saya sayang kamu. Tapi cuma sekali saja kan, sayang?" tanya Iwan lagi.
"Iya, Mas," ujar Desi sambil tersenyum.
"Pokoknya begini, segala sesuatunya kamu yang harus urus sendiri. Saya tidak akan ikut campur. Saya hanya sebatas memberikan ijin saja buat kamu..." ujar Iwan.
"Iya, Mas.. Terima kasih," ujar Desi sambil mencium bibir Iwan mesra.
Iwan membalas ciuman Desi.. Tak lama merekapun langsung bersetubuh seperti biasanya.
"Saya tidak bisa membayangkan kalau kamu disetubuhi orang lain, apalagi Om saya sendiri..." ujar Iwan sambil terus memompa kontolnya di memek Desi.
"Saya mengerti, Mas.. Mmhh.. Ohh..." desah Desi.
"Tapi saya ingin tahu juga bagaimana kamu kalau bersetubuh dengan pria lain..." ujar Iwan.
"Nanti saya boleh lihat, tidak?" tanya Iwan.
"Boleh saja, Mas.. Nanti saya tidak akan mengunci pintu..." ujar Desi sambil tersenyum..
Malam itu mereka bersetubuh sampai pagi..
Satu hari menjelang hari ulang tahunnya, Desi menelpon Om Budi untuk datang ke rumahnya dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-32.
"Siapa saja yang diundang?" tanya Om Budi di telepon.
"Hanya Om kok, sebagai tanda hormat kami kepada Om," ujar Desi penuh harap.
"Baiklah Om akan datang bersama tante kamu," ujar Om Budi.
"Mm, begini Om, karena hari ini adalah hari khusus, saya minta Om datang sendiri saja, ya.. Please..." ujar Desi.
"Baiklah kalau itu mau kamu. Jam berapa Om harus datang?" tanya Om Budi.
"Besok jam 7 malam Om. Hanya kita bertiga yang merayakan kok. Anak-anak sejak kemarin sudah liburan sekolah bersama neneknya di kampung..." ujar Desi.
"Janji datang ya, Om," tanya Desi lagi.
"Iya, iya..." ujar Om Budi.
Besok malamnya, bertepatan dengan hari ulang tahun Desi, Om Budi datang ke rumah mereka. Om Budi adalah adik kandung dari ayahnya Iwan. Dalam umurnya yang 45 tahun, Om Budi masih kelihatan gagah dan berwibawa.
"Selamat ulang tahun ya, Des..." ujar Om Budi sambil mencium kening Desi.
"Nih, hadiah buat kamu," ujar Om Budi sambil menyerahkan kado.
"Terima kasih, Om..." ujar Desi.
Setelah makan malam, mereka bertiga lalu berbincang dan bersenda gurau sampai jam 10. Lalu dengan alasan sudah mengantuk, Iwan pamit untuk tidur karena besok harus kerja. Lalu Iwan naik ke loteng dan masuk kamarnya. Padahal sesampai di kamar, Iwan berusaha mendengarkan pembicaraan istrinya dengan Om Budi.
"Kok hanya Om yang diundang sih?" tanya Om Budi.
"Kan ini hari spesial buat saya. Jadi saya minta Iwan untuk mengundang Om saja," ujar Desi sambil berpindah duduk ke samping Om Budi.
"Memangnya kenapa?" tanya Om Budi.
"Agar saya bisa curhat dengan Om tentunya," ujar Desi.
"Mau curhat apa sih?" tanya Om Budi lagi.
"Ini kan hari spesial saya, boleh tidak kalau saya minta sesuatu yang spesial dari Om?" tanya Desi.
"Boleh saja," jawab Om Budi.
"Mau minta apa?" tanya Om Budi menyambung.
"Mm.. Boleh tidak saya minta cium sayang?" tanya Desi sambil tersenyum menatap mata Om Budi.
"Ah, kamu ini ada-ada saja. Lagian si Iwan bisa ngamuk tuh..." ujar Om Budi.
"Tidak apa-apa kok, Om.. Saya sudah minta ijin Mas Iwan kok," ujar Desi.
"Lalu?" tanya Om Budi.
"Mas Iwan sudah mengijinkan kok, makanya dia cepat tidur," ujar Desi lagi.
Om Budi terdiam sambil menatap Desi.
"Boleh kan Om minta cium sayang?" pinta Desi sambil tangannya meraih dan menggenggam tangan Om Budi.
Om Budi tetap diam sambil terus menatap Desi.
"Om tidak marah, kan?" tanya Desi sambil merapatkan tubuhnya ke Om Budi.
"Tidak," jawab Om Budi.
"Hanya saja Om merasa bingung harus bagaimana..." ujar Om Budi.
"Kenapa Om?" tanya Desi sambil mulai berani mencium pipi Om Bud
"Ya bingung.. Om sangat sayang sama kamu, tapi harus bagaimana menghadapi Iwan nanti?" jawab Om Budi.
Desi tersenyum. Tanpa ragu Desi mulai mengecup bibir Om Budi. Om Budi tidak membalas. Desi makin berani. Desi langsung naik ke pangkuan Om Budi, lalu langsung melumat bibir Om Budi. Namanya juga laki-laki, walau bagaimana nafsu Om Budi terangsang juga akhirnya. Om Budi langsung membalas ciuman Desi dengan liar. Keduanya saling berpagutan bagai sepasang kekasih memadu asmara. Tangan Om Budi mulai meraba buah dada Desi dari luar gaun malamnya. Desi terpejam merasakan nikmatnya rabaan tangan Om Budi di buah dadanya.
"Masukkin tangannya dong, Om..." pinta Desi sambil melepas beberapa kancing gaunnya.
Tangan Om Budi langsung masuk ke BH Desi lalu meremas-remas buahdadanya sambil sesekali jarinya memainkan puting susunya.
"Ohh.. Terus Omm.. Hh..." desah Desi sambil sesekali mencium bibir Om Budi.
"Kita ke kamar yuk, Om?" ajak Desi sambil turun dari pangkuan Om Budi.
Terlihat celana Om Budi menggembung besar tanda kontolnya sudah bangkit. Desi segera menarik tangan Om Budi ke kamar anaknya.
"Tutup pintunya, Des..." bisik Om Budi.
"Tidak usah, Om.. Biarkan saja. Saya suka kalau pintu terbuka. Lebih horny..." ujar Desi sambil melepas semua gaun malamnya.
Setelah itu dibukanya semua kancing baju Om Budi, kemudian mebuka resleting celananya. Tampak olehnya celana dalam Om Budi menggembung besar.. Segera Desi melepas semua pakaian Om Budi. Dalam keadaan telanjang, Desi merangkul Om Budi. Mereka kembali berciuman sambil tangan mereka dengan sesuka hati meraba, meremas apapun yang mereka mau.. Tangan Desi sambil berciuman terus memegang, meremas, dan mengocok kontol Om Budi yang sudah tegang keras.
"Ohh.. Enak, Des.. Teruss..." bisik Om Budi sambil menggerakkan pinggulnya seiring kocokan tangan Desi pada kontolnya.
"Mau yang lebih enak lagi, Om?" tanya Desi sambil tersenyum lalu segera berjongkok.
Tak lama kontol Om Budi sudah dikulumnya, dijilat, dihisap sambil terus agak dikocok..
"Ohh..." desah Om Budi sambil agak mengeluarmasukkan kontolnya di mulut Desi. Setelah beberapa lama..
"Jilati memek Desi dong, Om," pinta Desi berbisik.
Om Budi mengangguk. Segera Desi naik ke ranjang lalu membuka lebar pahanya. Terlihat memeknya sangat merangsang dengan sedikit bulu.. Om budi langsung menjilat dan melumat memek Desi, terutama kelentitnya yang membuat Desi hampir menjerit menahan nikmat.
"Ohh.. Mmhh.. Sshh.. Omm.. Enakk.. Teruss..." desah Desi sambil menggoyangkan pinggulnya.
Tak lama kemudian tubuh Desi mengejang, lalu memegang kepala Om Budi erat dan menekankannya ke memeknya.
"Mmffhh.. Ohh.. Sangat enak Omm..." desah Desi.
Om Budi lalu manaiki tubuh Desi lalu mencium bibirnya. Desi membalas ciuman Om Budi walau mulut Om Budi masih basah oleh air memek.
"Enak, Des?" tanya Om Budi sambil tersenyum.
"Iya, Om," ujar Desi sambil membalas senyum.
Om Budi metapa mata Desi sambil berusaha mengarahkan kontol tegangnya ke memek Desi. Desi lalu memegang kontol Om Budi dan mengarahkannya ke lubang memeknya. Tak lama.. Bless.. Kontol Om Budi mulai keluar masuk memek Desi. Dengan ritme yang teratur Om Budi terus menyetubuhi Desi.
"Ohh.. Omm.. Enakk..." desah Desi.
"Terus setubuhi Desi, Omm..." desah Desi lagi.
Om Budi terus memompa kontolnya ke memek Desi. Selang beberapa belas menit, Desi menggoyangkan pinggulnya dengan cepat, lalu kamudian pahanya menjepit pingguk Om Budi dengan erat. Tak lama.. Desi terkulai lemas. Desi mendapatkan orgasmenya yang kedua. Sementara Om Budi terus memompa kontolnya. Selang beberapa menit, Om Burhan mempercepat gerakannya. Kemudian..
Crott.. Crott.. Crott.. Crott..
Air mani Om Budi menyembur di dalam memek Desi. Keduanya lalu terkulai lemas saling berpelukan tanpa busana. Sementara Iwan sejak mereka masuk kamar, langsung turun dan menyaksikan persetubuhan istri dengan Om-nya sendiri dari seberang ruangan. Badannya bergetar. Bukan bergetar karena marah, tapi bergetar karena menahan suatu rangsangan yang timbul selama menyaksikan persetubuhan istrinya dengan lelaki lain.
Iwan beronani sambil menyaksikan istrinya digumuli Om Budi. Waktu itu Iwan mencapai orgasme.. Setelah melihat istrinya selesai disetubuhi Om Budi dan tergolek lemas di ranjang, Iwan segera naik lagi ke loteng. Di kamarnya, Iwan tak henti membayangkan sensasi rangsangan waktu melihat Desi bersetubuh dengan Om Budi.
"Terima kasih ya, Om..." ujar Desi sambil mencium bibir Om Budi.
"Ini adalah hadiah ulang tahun terindah buat saya," ujarnya lagi sambil bangkit dan kembali memakai gaunnya tanpa BH dan celana dalam. Om Budi juga segera memakai semua pakaiannya.
"Om pulang yan, Des," kata Om Budi sambil memeluk dan mencium bibir Desi.
"Salamkan pada si Iwan ya..." ujarnya sambil meninggalkan Desi.
TAMAT
Suatu malam, di tempat tidur, beberapa hari menjelang hari ulang tahun Desi yang ke 32, sambil memeluk Desi, Iwan menanyakan hadiah ulang tahun apa yang Desi mau.
"Ada satu hal yang saya mau, Mas..." ujar Desi.
"Tapi saya malu dan takut untuk mengatakannya..." ujar Desi lagi.
"Apa itu, sayang?" tanya Iwan.
"Mm.. Gini.. Tapi saya minta Mas jangan marah, ya? Ini hanya sekedar keinginan saya saja," ujar Desi.
"Iya. Apakah itu?" tanya Iwan lagi.
"Sejak kita pertama ketemu, saya menyukai Om Budi. Dia sangat baik dan pengertian terhadap saya. Kalau dulu waktu kita pacaran ada masalah, saya selalu curhat kepada dia. Dia selalu bisa mendinginkan hati saya. Itulah kenapa saya suka dia," papar Desi.
"Lalu?" tanya Iwan.
"Saya takut dan malu mengatakannya, Mas," ujar Desi sambil menunduk.
"Ini adalah hadiah untuk ulang tahun kamu sayang. Apapun itu, katakanlah.. Mas akan berusaha untuk mengerti keinginan kamu itu," ujar Iwan.
"Benarkah?" kata Desi.
"Iya, sayang. Katakanlah..." ujar Iwan sambil tersenyum.
"Begini Mas.. Bukannya saya tidak cinta kepada Mas lagi. Tapi entah kenapa beberapa bulan terakhir ini saya selalu teringat akan Om Budi. Ingat tentang segalanya. Sampai-sampai ada suatu keinginan aneh yang datang, Mas..." ujar Desi.
"Oke. Lalu?" tanya Iwan.
"Entahlah.. Saya sulit mengatakannya.. Tapi.. Begini.. Kalau boleh, saya mau hadiah ulang tahun yang sangat spesial dari Mas kali ini yaitu.. Mm.. Saya mau minta waktu kepada Mas untuk mengijinkan saya menghabiskan waktu semalam saja dengan Om Budi..." papar Desi sambil menatap mata Iwan.
"Waktu semalam untuk apa, sayang?" tanya Iwan lagi.
"Mm.. Saya ingin menumpahkan rasa kangen saya kepada Om Budi..." ujar Desi lalu menunduk.
Iwan terdiam. Di dalam hatinya berkecamuk suatu perasaan yang sangat tidak menentu.
"Ini hanya keinginan saya saja, Mas.. Kalau Mas tidak mengijinkan juga, saya tidak apa-apa kok Mas..." ujar Desi sambil tersenyum.
"Apakah kamu benar-benar inginkan itu, sayang?" tanya Iwan memastikan.
"Iya. Mas.. Kalau Mas tidak keberatan," ujar Desi.
"Baiklah.. Mas kabulkan," ujar Iwan.
"Boleh tahu kenapa Mas mengijinkan?" tanya Desi penasaran.
"Saya ingin membahagiakan kamu. Walau terasa aneh, tapi saya akan berusaha mengabulkannya. Karena saya sayang kamu. Tapi cuma sekali saja kan, sayang?" tanya Iwan lagi.
"Iya, Mas," ujar Desi sambil tersenyum.
"Pokoknya begini, segala sesuatunya kamu yang harus urus sendiri. Saya tidak akan ikut campur. Saya hanya sebatas memberikan ijin saja buat kamu..." ujar Iwan.
"Iya, Mas.. Terima kasih," ujar Desi sambil mencium bibir Iwan mesra.
Iwan membalas ciuman Desi.. Tak lama merekapun langsung bersetubuh seperti biasanya.
"Saya tidak bisa membayangkan kalau kamu disetubuhi orang lain, apalagi Om saya sendiri..." ujar Iwan sambil terus memompa kontolnya di memek Desi.
"Saya mengerti, Mas.. Mmhh.. Ohh..." desah Desi.
"Tapi saya ingin tahu juga bagaimana kamu kalau bersetubuh dengan pria lain..." ujar Iwan.
"Nanti saya boleh lihat, tidak?" tanya Iwan.
"Boleh saja, Mas.. Nanti saya tidak akan mengunci pintu..." ujar Desi sambil tersenyum..
Malam itu mereka bersetubuh sampai pagi..
Satu hari menjelang hari ulang tahunnya, Desi menelpon Om Budi untuk datang ke rumahnya dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke-32.
"Siapa saja yang diundang?" tanya Om Budi di telepon.
"Hanya Om kok, sebagai tanda hormat kami kepada Om," ujar Desi penuh harap.
"Baiklah Om akan datang bersama tante kamu," ujar Om Budi.
"Mm, begini Om, karena hari ini adalah hari khusus, saya minta Om datang sendiri saja, ya.. Please..." ujar Desi.
"Baiklah kalau itu mau kamu. Jam berapa Om harus datang?" tanya Om Budi.
"Besok jam 7 malam Om. Hanya kita bertiga yang merayakan kok. Anak-anak sejak kemarin sudah liburan sekolah bersama neneknya di kampung..." ujar Desi.
"Janji datang ya, Om," tanya Desi lagi.
"Iya, iya..." ujar Om Budi.
Besok malamnya, bertepatan dengan hari ulang tahun Desi, Om Budi datang ke rumah mereka. Om Budi adalah adik kandung dari ayahnya Iwan. Dalam umurnya yang 45 tahun, Om Budi masih kelihatan gagah dan berwibawa.
"Selamat ulang tahun ya, Des..." ujar Om Budi sambil mencium kening Desi.
"Nih, hadiah buat kamu," ujar Om Budi sambil menyerahkan kado.
"Terima kasih, Om..." ujar Desi.
Setelah makan malam, mereka bertiga lalu berbincang dan bersenda gurau sampai jam 10. Lalu dengan alasan sudah mengantuk, Iwan pamit untuk tidur karena besok harus kerja. Lalu Iwan naik ke loteng dan masuk kamarnya. Padahal sesampai di kamar, Iwan berusaha mendengarkan pembicaraan istrinya dengan Om Budi.
"Kok hanya Om yang diundang sih?" tanya Om Budi.
"Kan ini hari spesial buat saya. Jadi saya minta Iwan untuk mengundang Om saja," ujar Desi sambil berpindah duduk ke samping Om Budi.
"Memangnya kenapa?" tanya Om Budi.
"Agar saya bisa curhat dengan Om tentunya," ujar Desi.
"Mau curhat apa sih?" tanya Om Budi lagi.
"Ini kan hari spesial saya, boleh tidak kalau saya minta sesuatu yang spesial dari Om?" tanya Desi.
"Boleh saja," jawab Om Budi.
"Mau minta apa?" tanya Om Budi menyambung.
"Mm.. Boleh tidak saya minta cium sayang?" tanya Desi sambil tersenyum menatap mata Om Budi.
"Ah, kamu ini ada-ada saja. Lagian si Iwan bisa ngamuk tuh..." ujar Om Budi.
"Tidak apa-apa kok, Om.. Saya sudah minta ijin Mas Iwan kok," ujar Desi.
"Lalu?" tanya Om Budi.
"Mas Iwan sudah mengijinkan kok, makanya dia cepat tidur," ujar Desi lagi.
Om Budi terdiam sambil menatap Desi.
"Boleh kan Om minta cium sayang?" pinta Desi sambil tangannya meraih dan menggenggam tangan Om Budi.
Om Budi tetap diam sambil terus menatap Desi.
"Om tidak marah, kan?" tanya Desi sambil merapatkan tubuhnya ke Om Budi.
"Tidak," jawab Om Budi.
"Hanya saja Om merasa bingung harus bagaimana..." ujar Om Budi.
"Kenapa Om?" tanya Desi sambil mulai berani mencium pipi Om Bud
"Ya bingung.. Om sangat sayang sama kamu, tapi harus bagaimana menghadapi Iwan nanti?" jawab Om Budi.
Desi tersenyum. Tanpa ragu Desi mulai mengecup bibir Om Budi. Om Budi tidak membalas. Desi makin berani. Desi langsung naik ke pangkuan Om Budi, lalu langsung melumat bibir Om Budi. Namanya juga laki-laki, walau bagaimana nafsu Om Budi terangsang juga akhirnya. Om Budi langsung membalas ciuman Desi dengan liar. Keduanya saling berpagutan bagai sepasang kekasih memadu asmara. Tangan Om Budi mulai meraba buah dada Desi dari luar gaun malamnya. Desi terpejam merasakan nikmatnya rabaan tangan Om Budi di buah dadanya.
"Masukkin tangannya dong, Om..." pinta Desi sambil melepas beberapa kancing gaunnya.
Tangan Om Budi langsung masuk ke BH Desi lalu meremas-remas buahdadanya sambil sesekali jarinya memainkan puting susunya.
"Ohh.. Terus Omm.. Hh..." desah Desi sambil sesekali mencium bibir Om Budi.
"Kita ke kamar yuk, Om?" ajak Desi sambil turun dari pangkuan Om Budi.
Terlihat celana Om Budi menggembung besar tanda kontolnya sudah bangkit. Desi segera menarik tangan Om Budi ke kamar anaknya.
"Tutup pintunya, Des..." bisik Om Budi.
"Tidak usah, Om.. Biarkan saja. Saya suka kalau pintu terbuka. Lebih horny..." ujar Desi sambil melepas semua gaun malamnya.
Setelah itu dibukanya semua kancing baju Om Budi, kemudian mebuka resleting celananya. Tampak olehnya celana dalam Om Budi menggembung besar.. Segera Desi melepas semua pakaian Om Budi. Dalam keadaan telanjang, Desi merangkul Om Budi. Mereka kembali berciuman sambil tangan mereka dengan sesuka hati meraba, meremas apapun yang mereka mau.. Tangan Desi sambil berciuman terus memegang, meremas, dan mengocok kontol Om Budi yang sudah tegang keras.
"Ohh.. Enak, Des.. Teruss..." bisik Om Budi sambil menggerakkan pinggulnya seiring kocokan tangan Desi pada kontolnya.
"Mau yang lebih enak lagi, Om?" tanya Desi sambil tersenyum lalu segera berjongkok.
Tak lama kontol Om Budi sudah dikulumnya, dijilat, dihisap sambil terus agak dikocok..
"Ohh..." desah Om Budi sambil agak mengeluarmasukkan kontolnya di mulut Desi. Setelah beberapa lama..
"Jilati memek Desi dong, Om," pinta Desi berbisik.
Om Budi mengangguk. Segera Desi naik ke ranjang lalu membuka lebar pahanya. Terlihat memeknya sangat merangsang dengan sedikit bulu.. Om budi langsung menjilat dan melumat memek Desi, terutama kelentitnya yang membuat Desi hampir menjerit menahan nikmat.
"Ohh.. Mmhh.. Sshh.. Omm.. Enakk.. Teruss..." desah Desi sambil menggoyangkan pinggulnya.
Tak lama kemudian tubuh Desi mengejang, lalu memegang kepala Om Budi erat dan menekankannya ke memeknya.
"Mmffhh.. Ohh.. Sangat enak Omm..." desah Desi.
Om Budi lalu manaiki tubuh Desi lalu mencium bibirnya. Desi membalas ciuman Om Budi walau mulut Om Budi masih basah oleh air memek.
"Enak, Des?" tanya Om Budi sambil tersenyum.
"Iya, Om," ujar Desi sambil membalas senyum.
Om Budi metapa mata Desi sambil berusaha mengarahkan kontol tegangnya ke memek Desi. Desi lalu memegang kontol Om Budi dan mengarahkannya ke lubang memeknya. Tak lama.. Bless.. Kontol Om Budi mulai keluar masuk memek Desi. Dengan ritme yang teratur Om Budi terus menyetubuhi Desi.
"Ohh.. Omm.. Enakk..." desah Desi.
"Terus setubuhi Desi, Omm..." desah Desi lagi.
Om Budi terus memompa kontolnya ke memek Desi. Selang beberapa belas menit, Desi menggoyangkan pinggulnya dengan cepat, lalu kamudian pahanya menjepit pingguk Om Budi dengan erat. Tak lama.. Desi terkulai lemas. Desi mendapatkan orgasmenya yang kedua. Sementara Om Budi terus memompa kontolnya. Selang beberapa menit, Om Burhan mempercepat gerakannya. Kemudian..
Crott.. Crott.. Crott.. Crott..
Air mani Om Budi menyembur di dalam memek Desi. Keduanya lalu terkulai lemas saling berpelukan tanpa busana. Sementara Iwan sejak mereka masuk kamar, langsung turun dan menyaksikan persetubuhan istri dengan Om-nya sendiri dari seberang ruangan. Badannya bergetar. Bukan bergetar karena marah, tapi bergetar karena menahan suatu rangsangan yang timbul selama menyaksikan persetubuhan istrinya dengan lelaki lain.
Iwan beronani sambil menyaksikan istrinya digumuli Om Budi. Waktu itu Iwan mencapai orgasme.. Setelah melihat istrinya selesai disetubuhi Om Budi dan tergolek lemas di ranjang, Iwan segera naik lagi ke loteng. Di kamarnya, Iwan tak henti membayangkan sensasi rangsangan waktu melihat Desi bersetubuh dengan Om Budi.
"Terima kasih ya, Om..." ujar Desi sambil mencium bibir Om Budi.
"Ini adalah hadiah ulang tahun terindah buat saya," ujarnya lagi sambil bangkit dan kembali memakai gaunnya tanpa BH dan celana dalam. Om Budi juga segera memakai semua pakaiannya.
"Om pulang yan, Des," kata Om Budi sambil memeluk dan mencium bibir Desi.
"Salamkan pada si Iwan ya..." ujarnya sambil meninggalkan Desi.
TAMAT