Masih ingat kisahku tentang Service Plus bersama Kika? Akhirnya
hubunganku dengannya berlanjut dengan pertemuan-pertemuan rutin untuk
saling mereguk kenikmatan. Kika yang semula polos makin canggih bermain
dan berlomba denganku untuk memberikan service yang paling memuaskan.
Selalu ada saja ide baru yang dilontarkan dan minta dipraktekan. Ide
terakhir yang cukup gila adalah ingin main bertiga. Caranya yaitu dengan
menyerahkanku sebagai hadiah di hari ulang tahun sahabatnya yang
bernama Desy, seorang wanita karir yang sukses. Pertimbangannya adalah
bahwa Desy sudah lama putus hubungan dengan pacarnya, dan tentunya
merindukan sesuatu untuk memenuhi hawa nafsunya. Ide yang bagus pikirku,
dan aku langsung menyetujuinya.
Beberapa hari kemudian, aku dan
Kika datang ke pesta ulang tahun Desy di sebuah disco hotel berbintang
lima. Takjub juga aku melihat tampang Desy sewaktu diperkenalkan oleh
Kika. Tampangnya imut banget tapi tampak anggun dengan gaun malam
hitamnya yang cocok sekali di tubuhnya yang kecil, ramping tapi padat.
Desy
cukup kaget waktu Kika bilang kalau aku adalah kado ulang tahunnya.
Barulah setelah acara usai dan kita naik ke Suite Room mewah yang
sengaja Desy booking untuk mereka berdua seperti biasa setiap selesai
acara ulang tahunnya, ia mengerti.
"Aku siap untuk men-service tuan
putri", candaku pada Desy begitu kita bertiga memasuki kamar mewah itu.
Desy hanya tersipu malu yang membuat wajah imutnya makin manis.
"Aku mandi dulu yah.. keringetan nih", katanya sambil berjalan menuju arah kamar mandi.
"Tidak
usah Des.." cegah Kika, "Biar dia aja yang mandiin", lanjutnya sambil
memainkan matanya padaku untuk segera menghampiri Desy.
Langkah
Desy pun terhenti di depan ruang bar ketika aku sudah berada tepat di
belakangnya. Tubuhnya yang mungil itu langsung kupeluk dari belakang
tanpa ada perlawanan apapun. Desy langsung menggeliat waktu bibirku
kudaratkan di telinga sambil kugigit-gigit kecil daun telinganya.
"Aaah.. gelii", rintih Desy. Rambutnya yang pendek memudahkan bibirku
turun ke lehernya yang jenjang sampai ke tengkuknya yang berbulu halus
itu. Di situlah kurasakan harum tubuhnya yang sensual dari parfum yang
telah bercampur keringatnya yang belum hilang. Justru kulit mulusnya
yang licin dan berkilat terkena sinar lampu itu makin melancarkan
jalannya bibirku menjelajah bagian atas tubuhnya. Model gaun malamnya
yang hanya sebatas dada juga menunjang kebebasanku mengecup, menggigit
kecil serta menjilati kemulusan kulit leher dan sepanjang bahunya.
"Emmh..
ssh.." desah Desy lagi sambil mengangkat kedua tangannya ke atas
memegang ujung kepalanya. Aku makin bernafsu lagi melihat ketiaknya yang
bersih dan halus tak berbulu itu terbuka lebar. Dari bahu, kutelusuri
sedikit lengannya yang kanan bagian dalam dan langsung kuturunkan
bibirku ke ketiaknya. Desy kegelian dan langsung menurunkan tangannya
sehingga kepalaku terjepit di antara lengannya. Aku tak berhenti
beroperasi, malah kuhirup sepuas-puasnya aroma ketiaknya yang harum
segar itu dengan menggeser-geser hidungku di situ dan kuakhiri dengan
jilatan-jilatan lidahku. Entah karena merasa nikmat, Desy akhirnya
membuka lagi tangannya dan menaikkannya lagi ke atas, bahkan memiringkan
tubuhnya ke kanan memberikan kesempatan kepalaku untuk masuk ke
ketiaknya yang sebelah kiri. Tak kusia-siakan kesempatan ini, langsung
kusapukan hidung dan bibirku di situ yang membuat Desy makin
menggelinjang. "Sssh.. Mas udah yaah.. tidak tahan niih", pinta Desy
manja sambil berusaha membalikkan tubuhnya.
Kini wajah imutnya
tepat berada di hadapanku. Nafasnya yang masih tersengal-sengal membuat
bibirnya yang merah mungil makin merekah dan terkesan sensual. Tanpa
menunggu lama, kukecup bibir tipisnya perlahan. Kugeserkan lidahku di
seputar bibirnya, dan ketika bibirnya makin membuka, lidahku kumasukkan
menjelajah bagian dalam. "Mmmph.. mmph", erang Desy kenikmatan. Desy
mulai aktif dengan menggeluti lidahku dengan lidahnya, dan ketika
berhasil kupancing keluar, lidahnya kuhisap lembut. Sementara itu,
jari-jariku menggerayang ke leher Desy dan terus turun ke bagian dada.
Mula-mula kuusap lembut bagian atas buah dadanya yang menyembul karena
ketatnya penutup dadanya. Kemudian tanganku bergeser lagi sampai tepat
di depan gundukan buah dadanya yang masih tertutup gaun itu. Desy
menggelinjang ke sana ke mari merasakan putaran-putaran telapak tanganku
di dadanya, yang bersamaan dengan pagutan bibirku yang makin liar ke
bibirnya. "Mmm.. mmph.. ssh.. gila kamuu Don.. aah.. mmph", desah Desy
menahan nikmat.
Kika yang sejak tadi memperhatikan, tiba-tiba
berada di belakang Desy dan membuka retsleting gaun Desy pelan-pelan.
Yang terjadi kemudian adalah mengendurnya bagian atas gaun Desy sehingga
dengan mudah tanganku menyusup ke dalamnya. Aku sempat kaget ternyata
tanganku langsung menyentuh kekenyalan buah dada Desy yang ternyata tak
ber-BH itu. "Mmmph.." hanya itu yang keluar dari mulut Desy karena
bungkaman bibirku waktu Desy merasakan rangsangan yang hebat di kedua
bukitnya. Di tanganku, buah dadanya terasa begitu bulat dan kencang.
Putingnya yang mengeras makin menambah nafsuku memainkan jari-jariku di
situ. Kika membantu menurunkan lagi gaun atas Desy hingga pinggul, lalu
menarik kedua tangan Desy yang pasrah itu ke belakang sambil mendudukkan
Desy ke kursi bar yang tinggi.
"Mas.. silakan yang ini
diservice.." kata Kika seolah menyodorkan buah Dada Desy untuk kulumat.
Aku yang baru selesai mengistirahatkan bibirku dari bibirnya, baru bisa
melihat bebas kedua bukit Desy yang terpampang persis di depan wajahku.
Ternyata memang benar-benar indah walaupun tak begitu besar. Bentuknya
bulat, kencang dan ranum dengan putingnya yang merah muda, kontras
sekali dengan warna kulitnya yang putih mulus dan berkilat itu.
Aku
tak sabar lagi, kubenamkan dan kusapukan wajahku ke belahan dadanya
yang membuat Desy melenguh panjang sambil menggeliat. Setelah itu
kukecup dan kujilat-jilat di seputar gundukan bukitnya yang harum itu
bergantian. Kadang kusapukan bibirku dari samping ketiaknya, kadang dari
arah perutnya ke atas, tapi tak sampai menyentuh putingnya yang makin
mencuat itu. Aku memang sengaja karena aku punya rencana lain nanti.
Rupanya
Kika terus beraksi, kali ini gaun Desy yang sudah setengah tersingkap
sebagian itu dilepaskannya lagi ke bawah sekaligus dengan CD-nya. Desy
yang sedang menikmati ganasnya ciumanku di seputar buah dadanya cuma
bisa pasrah. Aku pun lalu menghentikan seranganku dan turut membantu
melepaskan gaunnya yang sudah berada di betisnya. Kaki Desy masih
tertutup rapat waktu kulepas gaunnya dari kakinya yang jenjang itu, dan
mungkin masih merasa risih mempertontonkan bukit kemaluannya. Walaupun
tidak tampak penuh, namun bulu-bulu kemaluan bagian atasnya yang tak
begitu lebat itu membuatnya benar-benar tampak sensual.
Kika
menyuruh Desy untuk pindah duduk dari kursi ke meja bar di atasnya. Aku
mengerti maksud Kika agar aku bisa bebas menikmati bagian bawah tubuh
Desy untuk melengkapi service-ku. Satu-satunya yang menempel di tubuh
Desy kini tinggal sepatu tingginya saja yang ditumpangkan di atas kursi
bekas yang dia duduki tadi. Tanganku kemudian meraba halus kaki kanannya
yang ditumpangkan ke kaki kirinya, dari atas paha, lutut, hingga
betisnya yang sangat indah itu. Sepatunya kemudian kubuka perlahan, dan
nampaklah keindahan kakinya yang ramping, halus dan bersih dengan
jari-jari kakinya yang mungil tak berkutek. Kugenggam kakinya dengan
tangan kiriku, lalu kudaratkan ciumanku di punggung kakinya terus
pelan-pelan sampai ke ujungnya. Desy yang tak pernah diperlakukan
seperti ini tetap pasrah dan mendesah kecil, "Ssshh.. aahh.. aaw..
gelii", lanjutnya lagi waktu lidahku sudah berputar-putar di tumit lalu
kusapukan di sepanjang telapak kakinya. Kakinya lalu berontak saat
kuhisap jari kakinya yang tengah, namun karena genggamanku cukup kuat,
kaki Desy tak banyak bergeming sehingga bibirku pun akhirnya bebas
menghisap satu persatu jari kakinya yang mungil-mungil itu.
Posisi
badan Desy pun akhirnya bukan lagi duduk tapi merebah ke belakang
sambil terus mendesah menahan nikmat. Tanganku kemudian membuka satu
lagi sepatunya dan langsung kuarahkan ke wajahku juga. Karena bibirku
sibuk menjilat dan menghisap kaki kanannya, kakinya yang kiri hanya bisa
kutelusuri dengan hidungku saja, sekaligus merasakan aroma khas kaki si
wanita karir yang imut-imut ini. Tubuh Desy terus menggeliat hingga tak
sadar kedua kakinya menurut saja ketika kurenggangkan perlahan-lahan
sambil terus kuciumi. Kaki kanannya kutaruh di kursi di sebelah kiriku,
sedang yang satunya di kursi sebelah kananku. Otomatis kakinya
terkangkang dan barulah tampak gundukan liang kemaluannya yang terbuka
bebas di hadapanku. Untuk menuju ke sana, aku harus menuntaskan
perjalanan bibirku dahulu, yaitu dari kakinya terus ke atas melewati
betis, lutut bagian dalam dan pahanya yang benar-benar putih mulus itu.
Desy
tampak pasrah lagi dan sabar waktu bibirku menciumi paha bagian dalam
kanan dan kiri secara bergantian. "Tuan putri mau diapain lagi nih?"
kataku bercanda sambil terus meneruskan sapuan lidahku ke pangkal
pahanya. "Aaagh.. terusin please.. lakuin apa ajah.. puasin akuu.." kata
Desy lagi yang menggeliat sambil rebahan di meja bar dengan posisi
kedua kakinya yang mengangkang lebar. Tanpa menunggu lama, kusapukan
lidahku tepat di belahan lubang kemaluannya yang merah merekah itu.
"Aaaw.. sshh", rintihnya menahan nikmat yang tak terkira.
Bersamaan
dengan itu, tiba-tiba aku dikejutkan dengan terbukanya celana
panjangku, bahkan kemudian CD-ku. Rupanya Kika yang sejak tadi menahan
nafsu, menghampiriku dan langsung melucuti celanaku. Batang kemaluanku
yang menegang jadi mencuat bebas tanpa terhalang. Kika langsung
menempatkan dirinya di antara kedua kakiku, dan dengan posisi jongkok,
dilumatnya batang kemaluanku tanpa basa-basi lagi. Dengan ganasnya Kika
mengulum kemaluanku dengan sesekali menjilat panjang batanganku,
kemudian bervariasi lagi dengan kocokan mulutnya yang bergerak
maju-mundur. "Kreatif juga nih Kika", pikirku sambil merasakan nikmat
goyangan lidahnya yang makin jago di sepanjang batang kemaluanku.
Sementara
itu di antara paha Desy, sapuan-sapuan lidahku di belahan kemaluannya
berlanjut dengan putaran-putaran lidahku di bibir kemaluannya. Tubuh
Desy makin menggelinjang tidak karuan, apalagi waktu ujung lidahku mulai
menyentuh klitorisnya yang mungil. "Uuugh.. aahh.. aww", teriaknya
merasakan jilatan dan sedotan bibirku di klitorisnya. Pinggulnya
bergoyang ke sana ke mari bahkan tubuhnya yang mungil itu makin bergeser
maju ke arah kepalaku. Kedua kakinya kini digantungkannya di atas
bahuku, dan agar tidak jatuh kutopang pantatnya dengan kedua tanganku.
Kepalaku makin terbenam diantara kedua pahanya, dan tiba-tiba tangan
Desy menarik kepalaku kencang sekali ke selangkangannya. "Aku mau nih..
agh.. aaghh", teriak Desy bersamaan dengan kencangnya himpitan pahanya
dan tubuhnya yang membusur ke atas. Tangannya masih menekan kepalaku
seolah tak mau dilepas, sehingga wajahku hanya bisa diam sambil
merasakan hangatnya cairan kewanitaannya yang membanjir.
Di
bawah, Kika pun telah selesai melaksanakan keinginannya melumat batang
kemaluanku yang merupakan kepuasan tersendiri baginya. Kini batang
kemaluanku tetap berdiri tegak dan tampak berkilat bekas hisapan dan
jilatan-jilatan lidah Kika. Bersamaan dengan itu, himpitan paha Desy
berangsur mengendor dan tubuhnya langsung kupeluk sambil menggendongnya
dari depan setelah Desy melingkarkan kakinya di pinggangku. Sambil
kuciumi kembali bibirnya, tubuhnya kubawa ke ruang tamu. Kemudian dengan
posisi tak berubah, aku duduk perlahan di sofa, sehingga tubuhnya kini
kupangku di depanku. Kakiku tertutup lurus, sedangkan Desy kuangkat
sedikit pinggulnya seperti berlutut, namun kedua kakinya menghimpit
pahaku. Maka jadilah pemandangan yang indah di mana buah dada Desy yang
ranum menjadi tepat berada di depan wajahku. Sementara lubang
kemaluannya tepat di atas batang kemaluanku yang tegak berdiri.
Pelan-pelan
kuusap bongkahan pantatnya yang mulus sambil kuturunkan sedikit demi
sedikit tubuhnya sampai.., "Bless.." batang kemaluanku terbenam di liang
kemaluannya yang masih basah itu. "Oh.." erang Desy bersamaan dengan
tubuhnya yang bergetar menahan nikmat. Aku sengaja pasif membiarkan Desy
agar beraksi sendiri menaikkan dan menurunkan pinggulnya. Gerakannya
itu membuat buah dadanya yang bergantung bergoyang-goyang dengan
indahnya. Kesempatan itu kupergunakan dengan menjulurkan lidahku ke
depan, sehingga putingnya yang mengeras itu menyentuh lidahku setiap
kali lewat. Desy tampak penasaran dengan perlakuanku. Hal ini memang
kusengaja seperti rencanaku semula bahwa putingnya tak akan kusentuh
sampai saat yang tepat. Benar saja, Desy yang sudah terangsang hebat
menjadi ganas dan mulai meminta. "Isep putingku.. please.." erangnya
sambil menjulurkan kedua tangannya lurus ke depan hingga menyentuh
sandaran kursi sofa. Kini buah dada Desy yang kanan langsung menempel di
wajahku, dan putingnya yang tepat di mulutku, langsung kujilat dan
kuhisap habis-habisan yang membuat tubuh Desy kelonjotan.
Kenikmatan
di buah dadanya membuat gerakan pinggulnya tak beraturan, Kadang
berputar kadang naik-turun. Kemaluanku pun makin basah oleh cairan yang
keluar dari liang kemaluannya. Sambil terus membenamkan lubang
kemaluannya, giliran buah dada kirinya yang disodorkan ke mulutku minta
dihisap juga. Desy tak ingin mencapai klimaks cepat. Dimintanya aku
turun dari sofa dan merebah di karpet. Desy kemudian membalikkan badan
kemudian jongkok tepat di atas batang kemaluanku dan langsung
dibenamkannya lagi ke liang kemaluannya. Sambil jongkok Desy memegang
kendali dengan menggenjot tubuhnya yang mungil sepuasnya. "Agh.. aghh..
aghh", erang Desy kenikmatan sambil memelintir puting susunya.
Sementara
itu Kika bikin kejutan lagi. Dia sudah berdiri di sampingku dalam
keadaan bugil total. Kakinya yang jenjang itu tiba-tiba direnggangkannya
tepat di atas kepalaku, dan tiba-tiba berlutut sehingga gundukan
kemaluannya tinggal beberapa centi saja di atas wajahku. "Ciumin ituku
sepuasnya Don.." pinta Kika sambil pelan-pelan merenggangkan pahanya
lebih lebar sehingga liang kemaluannya makin terbuka lebar dan siap
untuk dijelajahi. Lidahku langsung kujulurkan menyentuh liang
kemaluannya yang disambut desahan suara Kika. Liang kemaluannya
kuperlakukan seperti orang makan ice cream. "Slurp.. slurp", begitu
lidahku beraksi sambil mencari klitorisnya.
Kini aku men-service 2
orang sekaligus sambil rebahan di karpet. Batang kemaluanku bertugas
menyodok-nyodok ke atas liang kemaluan Desy, dan lidahku menyapu liang
kemaluan Kika. Goyangan Desy makin cepat bersamaan dengan rintihannya
yang makin keras, tanda hampir mencapai klimaks. Tiba-tiba..,
"Aaaghh..", Desy berteriak sambil membenamkan dalam-dalam liang
kemaluannya ke batang kemaluanku dan tubuhnya terasa mengejang hebat.
Desy langsung lunglai menelungkup ke depan tanpa melepaskan batang
kemaluanku yang terasa membanjir dari liang kemaluannya.
Nampaknya
Kika juga mau mengikuti kenikmatan yang diperoleh Desy. "Kerasin
lidahmu.. ayoo", pinta Kika yang makin hebat menggoyangkan pinggulnya.
Wajahku makin terbenam di selangkangannya, bahkan sampai membuatku
gelagapan. Namun aku tetap menjalankan tugasku dengan mengencangkan
lidahku hingga menyentuh klitorisnya. Pinggul Kika kemudian naik turun
makin cepat sampai muncul erangan panjang Kika. "Ooogh.. aaggh." Cairan
kewanitaannya membanjiri mulutku bersamaan dengan mengejangnya tubuhnya.
Walaupun wajahku masih terbenam di antara pahanya, namun sempat kulihat
wajah Kika tersenyum puas.
Tak berapa lama kemudian, mereka
duduk bersebelahan di pinggir sofa sambil memandang kemaluanku yang
masih tegak berdiri. "Curang yah.. kita udah beberapa kali klimaks, tapi
kamu belum.. kalau gitu kita keluarin yuk Des.." kata Kika. Aku
kemudian disuruhnya berdiri dan Kika mengambil posisi berlutut di
bawahku. Tangan Kika menggenggam kemaluanku dan mulai mengocok makin
lama makin cepat. Desy cuma tertegun melihat kelakuan sahabatnya ini.
Aku yang sudah hampir sampai juga, mengambil alih tangan Kika dengan
tanganku. Kika rupanya cepat tanggap. Dilepasnya tangannya, namun
didekatkannya mulutnya ke batang kemaluanku sambil mengajak Desy
mengikutinya.
Aku mengocok kemaluanku makin cepat, dan akhirnya..
"Aaaghh", erangku bersamaan dengan muncratnya spermaku. Ternyata
spermaku ditangkap oleh mulut-mulut mungil Kika dan Desy di bawahku
sampai berlepotan di sekelilingnya, bahkan sampai di wajah-wajah yang
imut-imut itu. "Mau tidak dibersihin ininya?" kata Kika sambil mengusap
kemaluanku. "Tapi ada syaratnya lhoo, musti service kita lagi sampai
pagi, oke?" lanjut Kika. Begitu aku mengiyakan, mendaratlah lidah-lidah
mereka di sepanjang batang kemaluanku seolah menyapu bersih sisa maniku,
yang divariasi dengan hisapan mulut-mulut mereka yang mungil itu. Wah,
rasanya bikin aku kelojotan.
Kupenuhi janjiku untuk men-service
mereka lagi. Tubuh-tubuh mulus mereka yang banjir oleh keringat,
kurebahkan menelentang di ranjang dan kutelusuri semua lekuk-lekuk
tubuhnya dengan ciuman, hisapan dan jilatan tanpa ada yang terlewatkan.
Mereka benar-benar menikmatinya hingga pagi, tidur sebentar, dan
dilanjutkan sampai siang hari. Komentar Desy setelah selesai semua, "Aku
mau lho diservice tiap hari.." Alamak..
TAMAT