Tetanggaku Yang Cantik

Aku adalah salah seorang penggemar situs 21tahun. Sudah cukup lama aku menjadi penggemar, dan baru kali ini aku membagi pengalamanku kepada para pembaca. Kisah ini terjadi pada bulan February tahun 1999, dimana saat itu aku baru saja pindah rumah ke suatu kawasan pemukiman elite di daerah Jakarta Selatan. Namaku adalah Johnny (bukan nama asli) dan usiaku 23 tahun. Untuk ukuran pria, aku memiliki penampilan lumayan, tinggi 173 cm, berat 67 kg, dan aku juga suka olahraga renang dan lari pagi.

Tetangga sebelah rumahku memiliki seorang anak gadis yang sangat menarik perhatianku. Setelah tanya sana sini, aku mengetahui bahwa namanya adalah Desy (bukan nama asli). Aku perhatikan dia juga suka lari pagi, dan aku lihat tidak ada yang menemani, jadi aku bertekat ingin kenalan dengannya suatu saat.

Saat yang tepat itu datang pada suatu pagi, dimana aku sedang lari pagi, aku mendengar langkah-langkah di belakangku, maka segera saja aku menengok ke belakang, ehh.., ternyata dia. Pucuk di cinta ulam tiba, pikirku. Aku segera memperlambat lariku agar dia dapat berlari di sampingku. Setelah dia ada di sebelahku, aku menoleh dan melempar senyum ke arahnya, dan dia membalas. Wahh.., bukan main manis senyumnya itu. Jantungku langsung berdegup dengan keras.

Kemudian aku menyapanya, "Hai, suka lari pagi juga ya..?"
Dia menjawab, "Iya, dari dulu kok. Aku memang hobby lari pagi. Eh.. kamu anak sebelah itu yang baru saja pindahan kan..?"
"Betul.., namaku Johnny. Kamu Desy kan..?" jawabku.
"Loh.. kok kamu tahu namaku? Dari siapa..?" dia tampak agak heran.
"Yaa.. aku tanya-tanyalah. Sebenarnya aku sudah beberapa hari ini melihatmu, cuman baru kali ini saja kita bisa bertatap muka." ujarku sambil tersenyum.

Desy mengajak berhenti sambil beristirahat. Kebetulan saat itu kami melintasi sebuah telaga yang memang berada di dalam pemukiman itu. Kami berdua berhenti sebentar sambil mengatur nafas. Kami berdua mengobrol dengan santai, dan aku perhatikan dia sering mencuri pandang ke arahku.
"Kapan-kapan main dong ke rumah. Aku jarang keluar, soalnya temanku tidak banyak." kata Desy.
"Oh ya..? Masak sih, gadis secantik kamu temannya tidak banyak..?" ujarku keheranan.
"Iya, betuull.., kalau nggak percaya ya sudah..," jawabnya sambil cemberut.
Wahh.., si Desy ini kalau cemberut wajahnya makin cantik. Aku suka sekali melihat parasnya itu.

Desy itu dapat dikategorikan gadis cantik dan menawan. Dengan tinggi 170 cm dan berat 52 kg, tubuhnya sangat ideal, kulitnya putih mulus, rambutnya panjang sepunggung, hidungnya mancung dan juga.., dadanya indah sekali. Aku taksir ukurannya sekitar 34A.

"Ya baiklah, aku percaya kok sama kamu, jangan marah ya. Aku bukannya tidak percaya, cuman heran saja gadis secantik kamu tidak punya kawan banyak." kataku.
"Udah deh.., mau nggak mampir?" katanya tidak sabar.
"Baiklah.., tentu saja aku bersedia. Kapan..?" tanyaku.
"Sekarang juga boleh kalau kamu bisa..!" jawab dia.
"Oh.. ok lah. Aku mau saja, tapi.. orang tua kamu bagaimana nanti? Aku belum kenal mereka." kataku.
"Tenang saja, ayah-ibu sedang ke luar negeri. Mereka baru balik minggu depan." ujarnya sambil tersenyum.

Kemudian kami berdua melanjutkan lari pagi yang sempat tertunda tadi. Sekarang kami berlari menuju rumahnya. Sesampainya di rumah dia, dia membuka pagar dan mempersilakan aku masuk. Aku masuk dan duduk di ruang tamu. Memang rumah ini tampak sepi.

"Pembantumu mana Des..?" tanyaku.
"Ohh.., dia lagi ke pasar. Kamu ikut aku saja, jangan duduk di sini, kamarku di atas kok..!" katanya.
Maka kami pun berjalan menuju ruang atas. Rumah ini sungguh luas. Memang aku tahu orang tua Desy ini adalah orang yang berada. Semua perlengkapannya luks.

Sesampainya di ruangannya, Desy membuka pintu kamar dan menyuruhku duduk di sofa. Setelah mengunci pintu, dia duduk di sebelahku dan tiba-tiba saja dia menyandarkan kepalanya ke bahuku. Dadaku berdegup kencang dan aku membelai rambutnya yang harum itu.
"Mas.., aku mau mandi dulu nih. Hmm.. mau ikutan nggak..?" dia bertanya.
Aku kaget juga, dalam hati aku berkata, wahh, berani juga cewek ini.
"Ya oke, siapa takut.." jawabku.
Dia menarik tanganku ke arah kamar mandi yang memang letaknya di dalam kamarnya itu.

Setelah kami berdua ada di kamar mandi, dia mulai membuka pakaiannya. Dadaku berdegup lebih kencang. Aku saat itu betul-betul seperti melihat Dewi yang baru turun dari langit. Sungguh indah tubuh Desy, benar-benar sempurna. Aku pun segera membuka seluruh pakaianku. Setelah kami berdua telanjang bulat, maka dia mengambil sabun dan mulai menyiramkan air ke badanku dan menyabuniku. Aku pun tidak mau kalah dan melakukan hal yang sama.

Setelah itu kami berdua berpelukan, aku menatap wajahnya dalam-dalam. Akhirnya perlahan kukecup keningnya, terus pipinya, dan akhirnya kukecup bibirnya yang telah merekah merah. Kami saling berpagutan dan lidah kami saling bertautan. Desy menciumku dengan ganas sekali, aku pun tidak mau kalah dan membalasnya. Aku mulai menciumi lehernya dan meninggalkan beberapa bekas cupangan di sana. Setelah itu aku mencium dadanya yang indah itu dengan puting yang telah tegak menantang, berwarna merah muda.
"Ssshh.. terus Mas..! Enak..!" Desy mendesis kenikmatan sambil mengusap-usap kepalaku.

Kemudian aku menjilat-jilat buah dadanya sambil mengulum putingnya bergantian kiri-kanan.
"Ohh.., yaahh.., terus Sayang..!" erang Desy.
Dari dada aku terus menjilati tubuhnya ke perutnya yang putih mulus dan rata itu. Terus ke bawah, ke arah pahanya, kakinya, dan aku mulai mengusap-usap kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang cukup rimbun. Kuciumi kemaluannya, dan tanganku membuka kemaluannya, dan aku dapat melihat lubang kemaluannya yang sudah basah dan berwarna merah muda. Aku mulai menjilati klitorisnya. Baunya sungguh harum dan aku sangat menyukainya.

"Auhh..! Sshh..! Terus Sayang..! Teruuss..!" Desy makin menjadi-jadi dan mulai menjambak rambutku.
Aku lama bermain di selangkangannya. Setelah sekitar 10 menit, dia menyuruhku duduk di atas closet dan dia mulai menjelajahi tubuhku dengan lidahnya. Dia menyapu mulai dari dadaku, turun ke perut dan tangannya mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah tegak dengan panjang 19 cm dan lebar 3 cm.

Perlahan dia menempelkan mulut seksinya di ujung kemaluanku, dan mulai menghisapnya.
"Ahh.., enak Sayang.. teruus..!" erangku kenikmatan.
Dia memasukkan seluruh batang kemaluanku sampai habis dan menaik-turunkan mulutnya itu. Aku sungguh merasa seperti berada di awang-awang.

Setelah kira-kira 5 menit berlalu, akhirnya aku menaikkan badannya di atas bak mandi yang memang ukurannya lebar. Desy mengerti dan membuka pahanya lebar-lebar. Aku mulai menggesekkan ujung kemaluanku di klitorisnya.
"Ohh..! Ayo John.. aku sudah tidak tahan. Masukkan punyamu, Sayang. Pelan-pelan ya..! Aku sudah lama tidak mengalami hal ini." desah Desy.
Maka aku pun menuruti kemauannya. Aku mulai memasukkan kemaluanku perlahan ke dalam vaginanya.

Mula-mula terasa agak seret, untung saja dibantu dengan cairan yang keluar dari vagina Desy, sehingga perlahan tapi pasti kemaluanku terbenam seluruhnya di dalam vaginanya yang hangat dan berdenyut-denyut itu.
"Oohh..! Enak Sayang..! Ayo goyang..!" kata Desy.
Aku memaju-mundurkan pinggangku berirama, sementara itu bibirku mengulum bibirnya, dan tanganku meremas-remas kedua buah dadanya yang makin mengeras dan putingnya makin meruncing. Kadang aku ganti mengulum putingnya, sehingga Desy mendesah tanpa henti keenakan. Batang kemaluanku serasa dipijit-pijit di dalam liang vaginanya. Sungguh nikmat permainan kami berdua saat itu.

Setelah beberapa saat, kusuruh dia membalikkan badan, kedua tangannya bertumpu pada pinggiran bak mandi, dan kami mengganti posisi dengan gaya doggy style. Aku masukkan kemaluanku dari belakang, sedangkan kaki Desy yang satunya dia naikkan sedikit menginjak pinggiran bak mandi. Bless.., kemaluanku sudah tertanam sepenuhnya, dan aku mulai menggoyangkan pinggulku dengan berirama. Desy juga tidak mau kalah dan menggoyangkan pinggulnya ke depan, belakang. Kali ini aku menciumi dan menjilati punggungnya yang putih mulus ditumbuhi bulu-bulu halus, dan kedua tanganku memainkan putingnya, dan sesekali menelusuri bagian perut dan pahanya. Kami melakukan gaya itu selama kurang lebih 15 menit.

"Ahh..! Nikmat Sayang..! Teruuss..! Aku tidak lama lagi mau keluar John.., ayoohh..!" erang Desy.
"Aku juga mau keluar Des.., keluarinnya di dalam apa di luar..?" tanyaku.
"Di dalam saja, Sayang..!" jawab Desy.
Beberapa menit kemudian, milik Desy bertambah kuat denyutannya, dan aku tahu dia mau mencapai orgasme. Maka aku pun mempercepat irama goyanganku, dan kukulum bibirnya sambil tangan kiriku memainkan puting susunya sebelah kiri.

"Ohh.., aku keluar Sayang..! Aauhh..!" tubuh Desy menegang, dan aku merasakan semburan cairan vagina Desy di kemaluanku.
Aku juga merasakan akan keluar, "Aku juga keluar Sayang..! Ohh..! Sret.. sret.. sret..!" spermaku dengan deras menyemprot ke liang senggama Desy.
Aku memeluk tubuhnya, dan kami berdua berpelukan. Kemaluanku kutancapkan sedalam-dalamnya di dalam liang senggamanya. Aku masih memeluk tubuhnya dengan erat sambil mengatur nafas.

"Jangan dicabut dulu ya Sayang, aku masih ingin merasakan milikmu di dalam milikku..!" ucap Desy.
"Oke..!" jawabku sambil tersenyum.
Kucium lagi bibirnya yang sungguh seksi itu, dan kupeluk dengan erat tubuhnya.
"Thanks ya Sayang, aku sungguh puas hari ini." kataku.
"Iya, aku juga puas Sayang. Aku mau begini terus sama kamu..!" timpal Desy.

Setelah itu kami berdua mengambil handuk dan mengeringkan badan serta berpakaian. Aku pamit dengan Desy dan pulang ke rumah. Besok kami berencana mau mengulangi lagi apa yang kami alami tadi.

TAMAT