Malam itu aku terbangun, "Pak?" panggilku, melihat Bapakku sedang
menciumi dadaku, mengisap-isap tetekku, menarik-narik puting tetekku
dengan mulutnya.
"Pak, ada apa?" tanyaku lagi.
"Sstttt!!" ucap Bapakku meletakan tangannya pada bibirnya.
Bapakku menjilati kedua puting tetekku bergantian.
"Geli Pak" tertawa kecil kegelian. Bapakku menghentikan permainannya, menggeser tubuhnya kedepan, laki-laki tersebut tersenyum melihatku, akupun tersenyum melihatnya.
"Bapak rindu sama Nanang, Nanang rindu sama Bapak juga khan?"
Aku mengangguk, Bapakku mengusap-usap kepalaku dan mendekatkan kepalanya, mulutnya mendekat dan menciumku, melumat bibirku, aku hanya diam, rasa geli saat kumis Bapak yang tebal, ikal menyentuh bibirku. Laki-laki tersebut menarik bibir bawahku dengan mulutnya, mulutku terbuka, Bapak langsung memasukan lidahnya ke dalam mulutku, akh, gelinya.
"Enak yah?" ucap Bapak ku sambil tersenyum, aku menatapnya dengan keheranan, aku anak laki-lakinya dicium, dicumbu, seperti dia bernafsu dengan perempuan.
Baru tiga hari yang lalu Bapakku pulang, masa tahanannya 10 tahun sudah habis. Selama itu aku hanya tinggal bersama si mbok, membantunya ke ladang. Sejak ditinggalkan aku dan si embok yang merawat tanaman singkong di ladang.
Siang itu 2 orang Polisi datang ke rumah dan menangkap Bapak, aku masih ingat Bapak dituduh memperkosa 3 orang gadis di bawah umur, yang juga temanku dan salah satunya adalah anak Pakde Sarwo. Bapak dihukum 15 tahun dan karena kelakuannya di penjara baik dan bagus hanya 10 tahun saja dia dihukum. Saat itu umurku 6 tahun. Pakde Sarwo jadi marah dan membenci kami termasuk orang-orang kampung yang lainnya.
Tidak tahan dengan sikap orang kampung, Kami pindah ke atas bukit jauh dari orang-orang Kampung, dan untungnya lagi lokasi tempat Kami tinggal dekat dengan ladang kami yang tidak begitu luas. Aku dan si embok menjalani hidup hanya berdua, jauh dari orang-orang lainnya, hingga pada saat umurku 12 tahun, siembok meninggal, sehingga aku hidup sendiri, aku yang kelola tanaman singkong di ladang, hasil panen aku jual ke pasar. Orang-orang kampung betul-betul tidak mengenal kami lagi, mungkin mereka lebih senang jika kami keluar dari kampung tersebut. Padahal Bapak sudah dihukum karena perbuatannya, tapi mereka terus membenci kami. Biarlah, yang penting aku mencoba bisa hidup mandiri tanpa mereka semua, dan selama itu juga lancar saja, hasil panen singkong yang aku tanam juga lumayan
Bapak mencium ku lagi. "Bapak rindu sekali sama Nanang" ucapnya, tangannya mengelus-elus dadaku yang bidang, dan ah, Bapak meraba-raba kontolku, meremas-remasnya. Tangannya masuk kedalam celana pendek yang aku kenakan dan totongku di tarik-tariknya.
"Burung Nanang besar juga yah" ucapnya sambil tersenyum.
"Bapak lihat yah sayang?" pintanya, aku menggelengkan kepala, malu juga.
Bapak, membuka celanaku menariknya, hingga telanjang bulat. Laki-laki tersebut tersenyum melihat kontolku.
"Apa khabar Rung?" tanyanya pada kontolku, aku tersenyum malu, Bapak melirikku sambil tersenyum.
Bapak memegang kontolku, meremasnya, dan aku terkejut saat Bapak menelan kontolku, mengisap-isapnya, mengocok dengan mulutnya. Akhhh....desahku kegelian.
"Geli Nang?, enak yah?" ucap Bapak sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya. Aku belum pernah sama sekali dibegituin, paling ngocok kontol sendiri saja.
Bapak menggeser tubuhnya ke depan, "Enak yah Nang?" ucapnya lagi tersenyum memandangku, padahal aku ingin kontolku diisap-isap Bapak lebih lama lagi. Bapak meraih tanganku dan ahh, aku terkejut saat menyentuh totongnya dan melihat Bapak sudah telanjang bulat dan kontolnya sudah membesar tegang, hitam dan panjang. Bapak memintaku untuk mengocok-ngocok kontolnya, aku memandangnya. Laki-laki tersebut tersenyum. Aku menggser tubuhku kebelakang, Bapakpun melakukan hal sama dia duduk bersandar di dinding. Aku mengocok-ngocok kontolnya dengan pelan sesuai dengan permintaannya. Kontolnya yang besar dan panjang aku pegang erat, kutarik-tarik ke atas. Bapak mendesah kegelian.
"Akhhh....enak Nang, geli" ucap Bapak.
Laki-laki tersebut mengusap kepalaku.
"Isap kontol Bapak seperti Bapak mengisap kontol Nanang" pinta Bapak lagi dan lagi-lagi aku turuti.
Kumasukan batang totong Bapak ke dalam mulutku, masih kaku memang, namun Bapak mengajarkanku dan dengan cepat aku mengerti dan melakukannya hingga Bapak mendesah-desah keenakan.
"Geli....geli...Nang, lagi...teruskan, teruskan, akhhhh" desahnya.
Aku menjilati jembut-jembut Bapak yang tumbuh subur, keriting dan ikal. Kucoba untuk menjilati batang kontol Bapak dengan arahan Bapak.
"Yah, yah, begitu..teruskan Nang, teruskan" ucap Bapak.
Biji kontol Bapak yang menggantung juga aku jilati, sehingga dia keenakan, Bapak kembali menyuruhku mengisapi batang kontolnya.
"Akh...Nang, Bapak kegelian, enak Nang, nikmat, teruskan, teruskan sayang" desah Bapak hingga Bapakpun mendesah kuat besertaan tubuhnya mengejang.
"Akhhhh.....nang....akhhhhhh".
Aku merasakan cairan kental nyemprot, aku cepat-cepat mengeluarkan kontol Bapak dari mulutku, dan masih memegangnya kuat saat mani kental putih keluar dari lobang totongnya. Bapak mengusap-usap rambutku lagi.
"Akhhh....enak Nang"
Bapak memintaku untuk duduk menggantikan posisinya, dia akan mengisap-isap kontolku, aku menurut dan saat pertama enak sih. Bapak langsung menelan batang kontolku, menarik-nariknya dengan mulutku. Totongku bertambah besar dan panjang, berdiri tegak dan keras. Bapak menelan habis batang kontolku ke dalam mulutnya, akhhh, enaknya.
"Pak, mau keluar" ucapku.
Bapak semakin bersemangat mengocok-ngocok kontolku, mengemutnya hingga pangkalnya, Bapak menjilati jembut-jembutku yang tumbuh subur di atas totongku, dan beralih ke batang kontolku lagi, Bapak menjilati batang kontoku dengan sangat mahir sekali, kepala totongku yang besar dan merah mendapat sasaran berikutnya, Bapak menjilati lobang kencingku, lama, sehingga aku sangat menikmatinya, Akhhh.....geli sekali desahku, menggigit bibirku. Mulut Bapak mendapat sasaran baru, kedua biji kontolku dijilati, diisapi, diemut seperti permen, hingga kedua biji totongku masuk ke dalam mulutnya.
"Akhhh...Pak, geli" ucapku.
Bapak menggesek-gesekan kumisnya ke batang kontolku, dan berikutnya Bapak menelan batang kontolku kembali, akhhhh..... dan akhirnya aku tidak mampu untuk menahan kenikmatan dan kegelelian yang sangat, hingga tubuhku mengejang dan melepaskan maniku padahal masih di dalam mulut Bapak. Bapak memandangku, melepas kontolku dari mulutnya dan tersenyum dengan mulut yang penuh dengan cairan maniku.
"Enak, Nang, lezat" ucapnya, dan mendekatiku lagi dan kini Bapak duduk di atas pangkuanku, menggenggam totongku, dan yah ampun Bapak memasukan kontolku ke dalam lobang pantatku. Bapak menekan pantatnya ke bawah sehingga totongku masuk lebih dalam.
"Enak yah, Nang" ucapnya.
Aku mengangguk, akhhh kurasakan totongku di jepit kencang, dan Bapak menggoyang-goyangkan pantatnya, akkkkhhh....enaknya desahku. Bapak menyuruhku mengisap-isap teteknya, aku menurut. Kuisap-isap, kujilati teteknya, dan bulu-bulu dadanya ku usap-usap. Bapak terus menggoyang-goyangkan pantatnya, sehingga menambah kenikmatan.
"Enak, Nang, geli yah".
Aku mengangguk dan sesekali mendesah, akhhh.....
"Kalo sudah mau keluar, bilang yah sayang?" ucap Bapak dan aku mengangguk.
Tubuh Bapak turun naik di atas pangkuanku, dia juga mengeluarkan desahan-desahan dengan suara kuat.
"Akh, Pak, sudah mau keluar" ucapku.
Bapak turun dari pangkuanku dan meremas kontolku, mengocok-ngocoknya dengan kencang.
"Akhh...Pak" desahku, melihat kontolku menyemprotkan mani kental sampai belepotan di tangan Bapak.
Crot...crot...crottt, Bapak tersenyum melihatku, sampai maniku yang terakhir diperasnya untuk keluar.
"Akhhh..enak...Pak" ucapku.
Bapak menyambutku dan menciumku, melumat bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman. Lagi-lagi kumisnya membuat aku kegelian. Bapak duduk disampingku, memelukku, memegangi perutku, dari belakang laki-laki itu menciumi leherku, menjilatinya.
"Kapan-kapan Bapak akan ajarkan lagi, mau khan"
"Yah Pak" ucapku, ketagihan juga, enak dan geli permainan yang dilakukan Bapak.
"Dan suatu saat Bapak yang akan melakukannya yah sayang, Bapak yang akan menyodomi Nanang, lobang pantat Nanang pasti masih sempit" ucap Bapak meraba-raba lobang pantatku.
Berarti itu adalah permainan sodomi yah, pikirku. pantas enak dan membuat geli sampai maniku keluar banyak.
"Ayo tidur" ajak Bapak yang tetap memeluk tubuhku.
Kehangatan badan Bapak membuat badanku bertambah hangat, ditengah malam yang dingin, sejak sore tadi hujan turun dengan lebatnya. Dalam keadaan telanjang bulat kami tidur berpelukan, menambah mesra antara Anak dan Bapak dan aku mendapatkan pelajaran yang berharga dari Bapak, sehingga pengetahuanku bertambah seiring kedewasaanku yang sudah berumur 16 tahun.
TAMAT
"Pak, ada apa?" tanyaku lagi.
"Sstttt!!" ucap Bapakku meletakan tangannya pada bibirnya.
Bapakku menjilati kedua puting tetekku bergantian.
"Geli Pak" tertawa kecil kegelian. Bapakku menghentikan permainannya, menggeser tubuhnya kedepan, laki-laki tersebut tersenyum melihatku, akupun tersenyum melihatnya.
"Bapak rindu sama Nanang, Nanang rindu sama Bapak juga khan?"
Aku mengangguk, Bapakku mengusap-usap kepalaku dan mendekatkan kepalanya, mulutnya mendekat dan menciumku, melumat bibirku, aku hanya diam, rasa geli saat kumis Bapak yang tebal, ikal menyentuh bibirku. Laki-laki tersebut menarik bibir bawahku dengan mulutnya, mulutku terbuka, Bapak langsung memasukan lidahnya ke dalam mulutku, akh, gelinya.
"Enak yah?" ucap Bapak ku sambil tersenyum, aku menatapnya dengan keheranan, aku anak laki-lakinya dicium, dicumbu, seperti dia bernafsu dengan perempuan.
Baru tiga hari yang lalu Bapakku pulang, masa tahanannya 10 tahun sudah habis. Selama itu aku hanya tinggal bersama si mbok, membantunya ke ladang. Sejak ditinggalkan aku dan si embok yang merawat tanaman singkong di ladang.
Siang itu 2 orang Polisi datang ke rumah dan menangkap Bapak, aku masih ingat Bapak dituduh memperkosa 3 orang gadis di bawah umur, yang juga temanku dan salah satunya adalah anak Pakde Sarwo. Bapak dihukum 15 tahun dan karena kelakuannya di penjara baik dan bagus hanya 10 tahun saja dia dihukum. Saat itu umurku 6 tahun. Pakde Sarwo jadi marah dan membenci kami termasuk orang-orang kampung yang lainnya.
Tidak tahan dengan sikap orang kampung, Kami pindah ke atas bukit jauh dari orang-orang Kampung, dan untungnya lagi lokasi tempat Kami tinggal dekat dengan ladang kami yang tidak begitu luas. Aku dan si embok menjalani hidup hanya berdua, jauh dari orang-orang lainnya, hingga pada saat umurku 12 tahun, siembok meninggal, sehingga aku hidup sendiri, aku yang kelola tanaman singkong di ladang, hasil panen aku jual ke pasar. Orang-orang kampung betul-betul tidak mengenal kami lagi, mungkin mereka lebih senang jika kami keluar dari kampung tersebut. Padahal Bapak sudah dihukum karena perbuatannya, tapi mereka terus membenci kami. Biarlah, yang penting aku mencoba bisa hidup mandiri tanpa mereka semua, dan selama itu juga lancar saja, hasil panen singkong yang aku tanam juga lumayan
Bapak mencium ku lagi. "Bapak rindu sekali sama Nanang" ucapnya, tangannya mengelus-elus dadaku yang bidang, dan ah, Bapak meraba-raba kontolku, meremas-remasnya. Tangannya masuk kedalam celana pendek yang aku kenakan dan totongku di tarik-tariknya.
"Burung Nanang besar juga yah" ucapnya sambil tersenyum.
"Bapak lihat yah sayang?" pintanya, aku menggelengkan kepala, malu juga.
Bapak, membuka celanaku menariknya, hingga telanjang bulat. Laki-laki tersebut tersenyum melihat kontolku.
"Apa khabar Rung?" tanyanya pada kontolku, aku tersenyum malu, Bapak melirikku sambil tersenyum.
Bapak memegang kontolku, meremasnya, dan aku terkejut saat Bapak menelan kontolku, mengisap-isapnya, mengocok dengan mulutnya. Akhhh....desahku kegelian.
"Geli Nang?, enak yah?" ucap Bapak sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya. Aku belum pernah sama sekali dibegituin, paling ngocok kontol sendiri saja.
Bapak menggeser tubuhnya ke depan, "Enak yah Nang?" ucapnya lagi tersenyum memandangku, padahal aku ingin kontolku diisap-isap Bapak lebih lama lagi. Bapak meraih tanganku dan ahh, aku terkejut saat menyentuh totongnya dan melihat Bapak sudah telanjang bulat dan kontolnya sudah membesar tegang, hitam dan panjang. Bapak memintaku untuk mengocok-ngocok kontolnya, aku memandangnya. Laki-laki tersebut tersenyum. Aku menggser tubuhku kebelakang, Bapakpun melakukan hal sama dia duduk bersandar di dinding. Aku mengocok-ngocok kontolnya dengan pelan sesuai dengan permintaannya. Kontolnya yang besar dan panjang aku pegang erat, kutarik-tarik ke atas. Bapak mendesah kegelian.
"Akhhh....enak Nang, geli" ucap Bapak.
Laki-laki tersebut mengusap kepalaku.
"Isap kontol Bapak seperti Bapak mengisap kontol Nanang" pinta Bapak lagi dan lagi-lagi aku turuti.
Kumasukan batang totong Bapak ke dalam mulutku, masih kaku memang, namun Bapak mengajarkanku dan dengan cepat aku mengerti dan melakukannya hingga Bapak mendesah-desah keenakan.
"Geli....geli...Nang, lagi...teruskan, teruskan, akhhhh" desahnya.
Aku menjilati jembut-jembut Bapak yang tumbuh subur, keriting dan ikal. Kucoba untuk menjilati batang kontol Bapak dengan arahan Bapak.
"Yah, yah, begitu..teruskan Nang, teruskan" ucap Bapak.
Biji kontol Bapak yang menggantung juga aku jilati, sehingga dia keenakan, Bapak kembali menyuruhku mengisapi batang kontolnya.
"Akh...Nang, Bapak kegelian, enak Nang, nikmat, teruskan, teruskan sayang" desah Bapak hingga Bapakpun mendesah kuat besertaan tubuhnya mengejang.
"Akhhhh.....nang....akhhhhhh".
Aku merasakan cairan kental nyemprot, aku cepat-cepat mengeluarkan kontol Bapak dari mulutku, dan masih memegangnya kuat saat mani kental putih keluar dari lobang totongnya. Bapak mengusap-usap rambutku lagi.
"Akhhh....enak Nang"
Bapak memintaku untuk duduk menggantikan posisinya, dia akan mengisap-isap kontolku, aku menurut dan saat pertama enak sih. Bapak langsung menelan batang kontolku, menarik-nariknya dengan mulutku. Totongku bertambah besar dan panjang, berdiri tegak dan keras. Bapak menelan habis batang kontolku ke dalam mulutnya, akhhh, enaknya.
"Pak, mau keluar" ucapku.
Bapak semakin bersemangat mengocok-ngocok kontolku, mengemutnya hingga pangkalnya, Bapak menjilati jembut-jembutku yang tumbuh subur di atas totongku, dan beralih ke batang kontolku lagi, Bapak menjilati batang kontoku dengan sangat mahir sekali, kepala totongku yang besar dan merah mendapat sasaran berikutnya, Bapak menjilati lobang kencingku, lama, sehingga aku sangat menikmatinya, Akhhh.....geli sekali desahku, menggigit bibirku. Mulut Bapak mendapat sasaran baru, kedua biji kontolku dijilati, diisapi, diemut seperti permen, hingga kedua biji totongku masuk ke dalam mulutnya.
"Akhhh...Pak, geli" ucapku.
Bapak menggesek-gesekan kumisnya ke batang kontolku, dan berikutnya Bapak menelan batang kontolku kembali, akhhhh..... dan akhirnya aku tidak mampu untuk menahan kenikmatan dan kegelelian yang sangat, hingga tubuhku mengejang dan melepaskan maniku padahal masih di dalam mulut Bapak. Bapak memandangku, melepas kontolku dari mulutnya dan tersenyum dengan mulut yang penuh dengan cairan maniku.
"Enak, Nang, lezat" ucapnya, dan mendekatiku lagi dan kini Bapak duduk di atas pangkuanku, menggenggam totongku, dan yah ampun Bapak memasukan kontolku ke dalam lobang pantatku. Bapak menekan pantatnya ke bawah sehingga totongku masuk lebih dalam.
"Enak yah, Nang" ucapnya.
Aku mengangguk, akhhh kurasakan totongku di jepit kencang, dan Bapak menggoyang-goyangkan pantatnya, akkkkhhh....enaknya desahku. Bapak menyuruhku mengisap-isap teteknya, aku menurut. Kuisap-isap, kujilati teteknya, dan bulu-bulu dadanya ku usap-usap. Bapak terus menggoyang-goyangkan pantatnya, sehingga menambah kenikmatan.
"Enak, Nang, geli yah".
Aku mengangguk dan sesekali mendesah, akhhh.....
"Kalo sudah mau keluar, bilang yah sayang?" ucap Bapak dan aku mengangguk.
Tubuh Bapak turun naik di atas pangkuanku, dia juga mengeluarkan desahan-desahan dengan suara kuat.
"Akh, Pak, sudah mau keluar" ucapku.
Bapak turun dari pangkuanku dan meremas kontolku, mengocok-ngocoknya dengan kencang.
"Akhh...Pak" desahku, melihat kontolku menyemprotkan mani kental sampai belepotan di tangan Bapak.
Crot...crot...crottt, Bapak tersenyum melihatku, sampai maniku yang terakhir diperasnya untuk keluar.
"Akhhh..enak...Pak" ucapku.
Bapak menyambutku dan menciumku, melumat bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman. Lagi-lagi kumisnya membuat aku kegelian. Bapak duduk disampingku, memelukku, memegangi perutku, dari belakang laki-laki itu menciumi leherku, menjilatinya.
"Kapan-kapan Bapak akan ajarkan lagi, mau khan"
"Yah Pak" ucapku, ketagihan juga, enak dan geli permainan yang dilakukan Bapak.
"Dan suatu saat Bapak yang akan melakukannya yah sayang, Bapak yang akan menyodomi Nanang, lobang pantat Nanang pasti masih sempit" ucap Bapak meraba-raba lobang pantatku.
Berarti itu adalah permainan sodomi yah, pikirku. pantas enak dan membuat geli sampai maniku keluar banyak.
"Ayo tidur" ajak Bapak yang tetap memeluk tubuhku.
Kehangatan badan Bapak membuat badanku bertambah hangat, ditengah malam yang dingin, sejak sore tadi hujan turun dengan lebatnya. Dalam keadaan telanjang bulat kami tidur berpelukan, menambah mesra antara Anak dan Bapak dan aku mendapatkan pelajaran yang berharga dari Bapak, sehingga pengetahuanku bertambah seiring kedewasaanku yang sudah berumur 16 tahun.
TAMAT