Pagi itu Daissy baru saja selesai mandi, ketika menerima telepon dari Erick, mantan cowoknya.
"Hallo Sayang, apa kabar?," demikian terdengar suara yang dulu pernah begitu familiar.
Karena sudah beberapa tahun tidak bertemu dengannya ada juga rasa penasaran di hati Daissy. Ingin tahu juga ia, apa kabar lelaki itu. Setelah saling bertukar informasi, tiba-tiba Erick bertanya,
"Katanya sebentar lagi mau kawin ya?"
Jawab Daissy singkat, "Iya," lalu sambungnya lagi, "Ini aku baru aja luluran, dalam rangka itu juga."
Setelah itu Daissy bertanya,
"Kenapa memangnya?"
Setelah terdiam sejenak Erick melanjutkan,
"Kamu masih ingat nggak kejadian di sofa di pavilion tempat tinggal saya."
Tertegun Daissy mendengar pertanyaannya. Pasti yang ia maksud saat-saat di mana mereka dulu masih berpacaran. Di sanalah Erick telah mengarahkan Daissy, dengan setengah memaksa, hingga akhrnya ia menjadi mahir melakukan seks oral. Terutama terhadap diri Erick.
"Kenapa?" Tanya Daissy dengan nada bercanda, "Sofanya rusak ya?"
Setelah terdiam sejenak Erick menerangkan,
"Bukan gitu, ternyata pernah ada yang motret kita berdua dalam pose yang rawan."
Seketika bulu kuduk Daissy terasa berdiri. Selanjutnya Erick menjelaskan lagi bahwa untungnya foto-foto itu berhasil ia dapatkan dan sampai sekarang masih disimpannya. Segera Daissy meminta waktu untuk bertemu dengan Erick, dan tentunya menuntut supaya ia menyerahkan foto-foto itu kepadanya. Masalah seperti ini tentunya bisa mengganggu masa depan rumah-tangganya. Akhirnya Erick setuju untuk menemui Daissy hari Sabtu yang akan datang. Dimintanya Daissy untuk menemuinya di Pavilion di sebelah rumah orang-tuanya.
Jerat Lelaki
Sesuai dengan janjinya, Daissy pun pergi ke tempatnya. Tepat pada jam yang telah kita sepakati ia telah mengetuk pintu pavilionnya. Erick sendiri yang membukakan pintu. Diciumnya pipi Daissy dan dipersilahkannya ia masuk. Erick minta maaf karena masih mengenakan bath-robe, berhubung ia baru saja selesai mandi. Tapi anehnya ia juga tidak segera mengenakan pakaian yang lebih pantas. Malah ia langsung ikut duduk menemani Daissy di atas sofa bersejarah, yang ternyata masih melengkapi ruang tamu pavilion tersebut.
Disajikannya segelas coca-cola untuk Daissy, lalu merekapun saling bertukar kabar tentang apa saja yang telah terjadi selama ini. Maklumlah tahunan juga mereka sudah berpisah. Nampaknya perasaan Daissy masih agak tergetar juga melihat mantan cowoknya tampil tampan dan macho seperti dulu. Mau tidak mau iapun teringat apa yang dulu pernah terjadi di sofa yang sekarang ini sedang mereka duduki. Terbayang kembali olehnya bagaimana dulu Erick menjilati kepunyaannya, lalu ia gantian mengemuti kepunyaannya. Mau tidak mau Daissy merasa celana dalamnya menjadi agak lembab.
Supaya tidak hanyut oleh keadaan, akhirnya Daissy menanyakan tentang foto-foto yang katanya masih ia simpan. Sambil tersenyum Erick meminta Daissy untuk duduk di sebelahnya. Tanpa rasa curiga Daissypun beranjak dan duduk di sebelahnya. Terlihat tangan Erick bergerak mengambil sebuah amplop dari bawah meja, lalu dikeluarkannya tiga buah foto berukuran agak besar. Terkejut Daissy melihatnya dan juga sedikit marah.
Di foto yang pertama tampak tubuh seorang wanita muda yang tidak lagi mengenakan baju atasnya, walaupun masih mengenakan celana jeansnya. Karena membelakangi kamera wajahnya tidak terlihat. Tapi terlihat ia sedang berlutut di depan seorang laki-laki yang duduk di atas sofa. Wajah laki-laki itupun tidak terambil oleh kamera. Jelas dari posisinya bahwa wanita tersebut sedang melakukan sesuatu pada alat kejantanannya. Tanpa ragu Daissy tahu bahwa yang tampak di foto tersebut adalah Erick dan dirinya.
Pada foto yang kedua laki-laki dan wanita itu dipotret dari arah samping. Tubuh laki-laki itu hanya terlihat dari pinggang ke bawah. Daissy melihat dirinya dalam foto tersebut sedang berlutut di depan laki-laki tadi, yang tentunya adalah Erick, sedang memegang dan mengulum alat kejantanannya.
Lalu pada foto yang ketiga terlihat adegan yang lebih mengerikan lagi. Daissy tampak terbaring dengan mata setengah terpejam. Tangannya menggenggam kepunyaan Erick yang terlihat masih agak keras. Erick berada pada posisi sedang mengangkangi wajahnya, tapi hanya terlihat dari pinggang ke bawah. Tangannya memegang kepala Daissy dan kelihatannya baru saja memalingkan wajahnya ke arah kamera. Lebih mengagetkan lagi untuk Daissy karena pada pipi dan bibirnya tampak tetes-tetes cairan berwarna putih agak kental. Siapapun yang melihat foto ini akan berkesimpulan bahwa laki-laki itu baru saja melepas air maninya kedalam mulutnya.
Daissy merasa marah sekali kepada Erick. Jelas sekali bahwa foto-foto ini telah dibuat di luar sepengetahuannya. Erick hanya mengiyakan dan menjelaskan bahwa ketiga foto itu di ambil melalui lubang jendela oleh Emir. Kemarahan Daissy mulai menyurut sewaktu Erick mulai merayunya.
"Sayang, maafkan saya ya. Dulu saya berani melakukan ini semua supaya kamu mau kawin dengan saya. Tapi sebelum saya sempat bicara sama kamu ternyata kamu sudah berangkat ke luar negeri. Orang tua kamu nggak mau kasih tahu kamu ada di mana."
Memang semua yang dikatakannya itu benar. Daissy dulu meninggalkan dia karena rasa marah.
"Siapa yang mau kamu lamar, kan kamu pacaran lagi, malah setelah itu katanya kamu pernah ada affair sama adikku sendiri," demikian Daissy menanggapi dengan ketus.
"Iya memang saya yang salah, tapi sampai hari inipun saya masih menyayangi kamu."
"Tapi kalau mengenai affair sama Cynthia itu hanya issue kok," dengan nada sungguh-sungguh ia mencoba meyakinkan Daissy.
"Ya sudahlah, jangan kita perpanjang lagi, sekarang kamu sudah kawin, aku juga sebentar lagi mau kawin."
"Sekarang foto-fotonya aku bawa ya.." Daissy ingin cepat-cepat meninggalkan Erick, karena sejujurnya ternyata getar-getar perasaannya rupanya masih ada. Erick merangkul pundak Daissy ditatapnya matanya dengan pandangan yang aneh. Katanya,
"Hanya tinggal itu kenang-kenangan saya. Jadi gimana?" Tanya Daissy agak bingung.
"Kasih saya sesuatu sebagai penggantinya, saya ingin mengulangi apa yang dulu pernah kita lakukan."
Daissy terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Apapun yang terjadi foto-foto ini harus ia dapatkan.
Cinta Terulang
Tiba-tiba ada rasa hangat di bibir Daissy, ternyata Erick telah menciumnya. Lalu sebelum Daissy sempat berontak untuk melepaskan diri, lelaki itu telah erat-erat merangkulnya. Perlawanan Daissy juga tidak berlangsung terlalu lama. Keinginan mengamankan foto-foto itu, pengaruh dari melihat adegan pada foto-foto tersebut, dan sisa perasaan Daissy terhadap Erick akhirnya mendorongnya untuk membalas ciuman Erick. Ketika tangan Erick menuntun tangan Daissy ke pangkal pahanya, Daissy merasa gairahnya mulai memuncak. Tangan Daissy menyusup memasuki celana dalam Erick, dan langsung memegang batang kejantanannya yang besar, keras, dan tegang itu. Begitu juga sewaktu tangan Erick menarik kepala Daissy ke arah kepunyaannya, dengan tanpa ragu Daissy merosot celana dalam Erick.
Kenangan dari masa lalu membuat Daissy seolah-olah lupa diri. Setidak-tidaknya begitulah pengakuannya. Daissy menciumi dan menjilati kepunyaan mantan cowoknya. Lalu seperti dulu dikulumnya ujung kepala kejantanan Erick. Bahkan dibiarkannya Erick mendorong kemaluannya masuk ke dalam mulutnya. Rongga mulut Daissy terasa penuh sesak, dan nafasnya tersengal-sengal.
Sementara Daissy sedang melakukan itu semua, Erick telah melepas bath-robenya, lalu mulai melepas baju atas Daissy. Tetapi Daissy menolak ketika Erick ingin melepas rok bawahannya. Lama juga mulut Daissy mencumbu alat kejantanan Erick, hingga akhirnya ia mulai mendekati titik klimaksnya.
"Yang, sayang, aku hampir nih, kamu siap ya!"
Daissy hanya bisa bergumam mengiyakan. Lalu Erick menelentangkan Daissy di sepanjang sofa maksiat itu, dan menempatkan barang kerasnya tepat di atas wajahnya. Rupanya ia ingin mengulangi adegan di foto yang baru saja Daissy lihat. Daissy memegang kepunyaan Erick lalu dikocok-kocoknya, sambil mulutnya mengemut-emut ujung kepalanya yang bulat keras. Rasanya aneh dan sekaligus menyenangkan. Ketika air mani kental menyembur dari alat kejantanan Erick Daissypun membiarkannya memenuhi mulutnya. Lalu diemutinya daging keras Erick, sambil menelan air siramannya.
Setelah dituntaskannya tugasnya beberapa tetes cairan dari kemaluan Erick kubiarkan jatuh di atas pipi dan bibirnya. Persis seperti dulu.
"Puas Rick?" Tanya Daissy kepadanya.
"Aduh Yang, ini yang selama ini aku kehilangan," lalu tanyanya, "boleh sering-sering nggak?" Sambil tersenyum Daissy menggelengkan kepalanya.
Kalah Menyerah
Sementara Daissy sedang membersihkan dirinya di kamar mandi, tiba-tiba Erick masuk dalam keadaan bugil. Dirangkulnya Daissy dan diremas-remasnya seluruh tubuhnya. Karena sedang membasuh diri otomatis Daissy berada dalam keadaan hampir sebugil dia.
Rupanya hal ini membangkitkan gairah Erick. Tanpa berkata apa-apa lagi, digelandangnya Daissy ke tempat tidur di ruangan dalam.
"Rick, kalau yang ini jangan dong," pinta Daissy dengan nada memelas. Dia menatap Daissy dan bertanya,
"Memangnya sampai sekarang belum pernah juga ya?"
Mengerti apa yang dimaksud, Daissy menjawabnya,
"Ya udah, tapi kan sebentar lagi aku kawin."
Dengan nada enteng Erick hanya menanggapi,
"Kalau belum sampai kawin, ya masih milik umum dong."
"Sialan si Erick," umpat Daissy dalam hatinya.
Didudukkannya Daissy di sisi ranjang dan disodorkannya alat kejantanannya kepadaku. Tanpa disuruh lagi langsung Daissy mengemut-emutnya, mulanya asal-asalan tapi lama-kelamaan dengan penuh gairah. Akibatnya dalam tempo singkat barang kepunyaan Erick sudah menjadi besar dan keras seperti sedia-kala. Ditelentangkannya Daissy di tempat tidur, lalu ia naik ke atasnya dan mulai memasukkan batang kerasnya ke dalam kemaluan Daissy. Tapi rupanya Erick ingin menggoda Daissy dulu. Ditahan-tahannya kemaluannya itu sehingga tidak sepenuhnya masuk, sambil digosok-gosoknya di bibir kepunyaan Daissy. Daissy merasa kegelian sekali. Karena tidak tahan akhir Daissy merangkul pantat Erick dan menekannya keras-keras ke bawah.
Erick tertawa, Daissy merintih. Erick mengerang, Daissy menjerit kecil. Erick mengganas, Daissy hanya mampu mendesah menyebut-nyebut namanya. Sempat terpikir oleh Daissy kalau tahu enaknya seperti ini mungkin sudah dari dulu akan diserahkannya semua untuk Erick. Pada puncak pengalaman di hari itu Erick melepas semburan air maninya ke dalam liang rahim Daissy. "Aduh Rick enak sekali," hampir Daissy melolong keras karena kenikmatan yang dirasakannya.
Setelah menikmati diri Daissy sikap Erick menjadi agak berubah. Tidak lagi semesra dan semanis sebelumnya. Tapi Daissy tidak mengacuhkannya. Karena setelah hari ini tentunya Daissy tidak punya rencana untuk bertemu lagi dengan dirinya. Sebelum meninggalkan pavilion Erick, dengan membawa foto-foto celaka itu, teringat oleh Daissy untuk meminta negatifnya.
"Waduh, masih ada sama si Emir tuh," jawab Erick dengan gaya seenaknya.
Daissy meminta Erick menelepon Emir, sementara ia duduk menantikan di sofa depan.
Samar-samar terdengar suara Erick sedang bercakap-cakap di telepon. Beberapa ucapannya membuat Daissy agak tersinggung. Terdengar oleh Daissy,
"Masih lu simpen nggak?"
"Iya, diminta tuh sama bintang filmnya.."
"Gue suruh ketemu sendiri ya.."
"Bisa tuh dipake.. Mau kok, gua udah dong.."
"Iyalah, semuanya dong.. Ya pinter-pinternya elu aja."
Daissy merasa dianggap murahan sekali. Tapi ya sudahlah semuanya memang salahku sendiri, demikian pikir Daissy. Erick memberi Daissy nomor telepon Emir. Ia tinggal di sebuah pavilion kecil di daerah Cawang. Segera Daissy meninggalkan Erick dengan 1001 rasa penyesalan, tapi sebetulnya bercampur rasa kepuasan juga.
Ajak Bercinta
Beberapa hari kemudian Daissy menelpon Emir,
"Mir ini aku!"
Tidak langsung mengenali Daissy terdengar suara Emir bertanya,
"Ini siapa sih?" tanyanya.
"Nggak ngenalin ya, memangnya dikira siapa," demikian Daissy berlagak ramah.
Dengan nada yang kocak tapi menjengkelkan Emir mengatakan,
"Kirain ada cewek cari penis."
Agak kesal Daissy, "Ih kurang ajar banget."
Memang setahu Daissy dari dulu Emir terkenal sebagai pemuas dahaga nafsu kaum wanita, terutama untuk ibu-ibu yang lazim disebut tante girang-nyonya jalang. Beberapa saat kemudian Emir mengenali suara Daissy, terutama setelah Daissy menjelaskan permintaannya. Emir setuju untuk menerima Daissy besok, asal Daissy datang sendiri.
Sebetulnya Daissy merasa agak curiga, tapi ya sudahlah, sudah betul-betul kepalang tanggung. Maka tidak heran Daissy ketika datang ke rumahnya dan menyatakan maksudnya, langsung Emir bertanya,
"Imbalannya apa? "
"Ya kamu mintanya berapa? " Daissy menanggapi ketus.
"Bukan berapa anak manis, tapi apa? " demikian Emir menegaskan.
Daissy mengatakan kepada Emir semuanya terserah kepada dia saja. Walaupun demikian Daissy tidak langsung mau menuruti kemauan Emir begitu saja. Masih dicobanya untuk menawar-nawar, supaya ia tidak harus memenuhi dorongan nafsu syahwatnya. Dibujuknya Emir dengan mengatakan bahwa orang seperti dirinya bukan tipe wanita yang dia suka. Tiba-tiba Emir menarik tangan Daissy dan berkata dengan serius,
"Sebaliknya, dari dulu saya udah naksir kamu, tapi sayangnya keduluan Erick."
Lalu ditunjukkannya amplop berisi negatif film yang Daissy cari. Ketika dicobanya untuk merebutnya, Emir mengelak lincah. Karena gemasnya akhirnya Daissy mengejar-ngejar Erick, sehingga tanpa sengaja terpancing mengikutinya masuk ke kamar tidur. Emir mengunci pintu, lalu memandangi Daissy yang terduduk kelelahan di tepi ranjang. Ia berlutut di depan Daissy lalu mencium bibirnya, dan seterusnya melumatnya dengan ganas. Belum pernah Daissy dicium seorang laki-laki sampai seperti itu. Karena baru sekedar dicium oleh Emir getaran-getaran lembut seperti pada awal orgasme telah mulai melanda sekujur tubuhnya. Seperti terhipnotis semua kendali kesadaran dirinya sirna. Bahkan ia merasa sangat terhormat ketika Emir mulai melucuti seluruh pakaiannya. Dalam perasaannya sepertinya Emir adalah orang yang memiliki dirinya dan berhak untuk berbuat apa saja terhadap dirinya.
Emir memang lumayan ganteng, walaupun kulitnya agak gelap. Tapi kemampuannya untuk menundukkan wanita rupanya bukan semata-mata berasal dari kelebihan-kelebihan jasmaniahnya. Baru di hari-hari kemudian Daissy tahu dari beberapa sahabatnya, yang juga pernah digauli Emir, bahwa merekapun mengalami mirip dengan apa yang dialaminya di siang hari itu. Ketika Emir melepas baju dan celananya, Daissy merasa heran karena di hatinya malah ada rasa bangga. Ketika alat kejantanannya yang hitam besar ia sorongkan kepada Daissy, rasanya ia seperti mendapat anugerah.
Daissy mencium-ciumi, dan mengusap-usapkannya di wajahnya, lalu menjilati, dan mengulumi ujung kepalanya, hingga akhirnya mulai mengemut-emut semuanya di mulutnya. Berbeda dengan pengalamannya bersama Erick, dengan Emir ia merasa dihargai, dan perasaan itu timbul justru ketika ia sedang memuaskan hasratnya. Laki-laki yang dikiranya kurang ajar itu ternyata malah lembut sekali. Setidak-tidaknya pada waktu sedang bercinta. Kata-kata yang diucapkannya cenderung membuat Daissy berbesar hati.
Ketika alat kejantanannya itu memasuki kemaluan Daissy yang telah basah, Daissy menjadi lupa segala-galanya. Hebatnya rasa orgasme yang ia alami bukan hanya terjadi di ujung permainan cinta seksual itu, tetapi terus-menerus. Ketika Emir telah membasahi liang rahimnya dengan air maninya, dan kemudian berbaring memeluk tubuhnya, Daissy menyembunyikan wajahnya di dada lelaki itu, lalu menangis. Kejengkelannya pada Erick hari ini lepas terbuang. Bersama Emir harga dirinya terpulihkan dan hasrat kewanitaannya terpuaskan.
"Emir, aku seneng sekali," katanya berbisik.
Emir hanya mengusap-usap kepala Daissy dengan lembut. Kemudian diajaknya Daissy sama-sama ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Diserahkannya negatif foto-foto yang tadi diminta Daissy kepadanya.
Tapi rupanya Daissy belum ingin pergi, maka ketika Emir memintanya tinggal, ia merasa senang sekali. Pada waktu Emir mengajak Daissy makan malam, walaupun hanya makanan dari warung di sebelah rumah, Daissy sungguh menikmati apa yang disantapnya. Tidak lama kemudian Emir mengajak Daissy dengan suara berbisik,
"Masih mau menemani saya nggak? "
"Wah jangan ditanya lagi," kata Daissy dalam hati, dan nggak perlu diminta dua kali. Kali ini Daissy menumpahkan seluruh gairah-birahinya dengan lebih bersemangat. Seluruh tubuh Emir yang telah terbaring tanpa busana itu ia jilati. Maksudnya sungguh-sungguh seluruhnya. Dari ujung kepalanya sampai ujung kakinya, bahkan hingga mencapai semua celah-celah yang paling tersembunyi sekalipun.
Kali ini Emir yang sampai mendesah dan mengerang karena pelayanan Daissy terhadap dirinya. Apalagi ketika alat kejantanannya yang besar dan keras itu ia lumat dengan bibir dan lidahnya. "Aduh, kamu hebat sekali, betul-betul nggak saya sangka," katanya tulus mengaku.
Ketika tiba gilirannya mengerjai Daissy, Emirpun tampil ganas, buas, dan sangat tangguh. Tubuh Daissy serasa hampir remuk, dan Daissypun hanya mampu untuk mengerang dan menjerit, setiap kali getaran kenikmatan melanda sekujur tubuhnya. Daissy sampai merasa hampir pingsan. Maka ketika harus pergi meninggalkan Emir rasa hati Daissy enggan sekali.
Luap Birahi
Tidak sampai tiga hari kemudian Emir menelpon Daissy.
"Waktu itu enak sekali ya, kapan lagi dong sayang?" demikian katanya meminta.
Daissy mengatakan kepadanya bahwa setiap saat ia mau dan siap. Maka keesokan harinya kembali Daissy pergi ke tempat tinggalnya. Di sanalah ia memuaskan hasrat hati dan nafsu birahinya. Begitu pula dengan Emir, yang kekuatannya seakan-akan tidak mengenal batas, ditumpahkan semua yang ia miliki. Di liang kewanitaan Daissy, di mulutnya, di wajahnya, dan di sekujur tubuhnya. Basah dan puas Daissy dibuatnya.
Sekembalinya Daissy ke rumahnya, semua terasa begitu sepi dan membosankan. Untunglah bagi dirinya karena kurang-lebih seminggu kemudian kembali Emir menghubunginya. Katanya,
"Yang, saya lagi kangen nih, ketemu yuk!"
Sayangnya Daissy sedang tidak ada kendaraan, sehingga terpaksa mereka membuat janji untuk bertemu di sebuah super-market dekat tempat tinggal Daissy. Dari sana Emir membawa Daissy ke sebuah motel dan mencurahkan rasa rindunya kepadanya. Begitu pula Daissy. Apalagi di tengah rangkaian acara senggama itu, Emir sempat menyampaikan bahwa beberapa hari lagi ia akan berangkat ke Sulawesi. Di sana ia akan bekerja di salah-satu usaha milik keluarga jauhnya.
"Yah daripada di Jakarta jadi supir, satpam, atau pegawai rendahan, mungkin karirnya di tempat yang jauh itu bisa lebih maju. Apalagi sebentar lagi Daissy akan melangsungkan pernikahan. Lebih baik kalau setelah itu kita tidak ketemu."
Mendengar semua yang disampaikan Daissy padanya Emir tersenyum.
"Kalau begitu anggap aja ini hadiah perkawinan dari saya ya," demikian ia berkata dengan bijak, sambil menyodorkan alat kejantanannya yang telah mengeras tegang ke arah Daissy. Setengah bercanda Daissy mengucapkan terimakasih kepada Emir, lalu mulai melayani hasrat birahi lelaki Sulawesi itu. Dengan sempurna, sepenuhnya, dan sepuas perasaan Daissy. Tidak ada satu moment-pun yang boleh terbuang percuma. Berjam-jam mereka berdua bercengkerema tanpa busana. Daissy memuaskan Emir, dan Emirpun memuaskan dirinya.
Bangga Terasa
Beberapa minggu kemudian Daissy sempat menghadiri acara reuni SMA-ku. Ternyata ada beberapa sahabat dekatnya yang pernah mengalami hal yang sama dengan Emir. Yasmin, yang paling suka bicara seronok, berkomentar,
"Wah, kalau punya Emir sih memang penis dewa."
Semua yang pernah ada hubungan dengan Emir tertawa tersipu-sipu. Tapi ada satu hal bagi Daissy yang tidak pernah kuduga, pada waktu ia menceritakan bahwa Emir sampai tiga kali menemuinya. Bahkan mungkin lebih kalau Daissy tidak menikah, atau dia tidak berangkat ke Sulawesi. Kawan-kawannya semua berpendapat, jangan-jangan Emir benar-benar jatuh cinta padanya. Biasanya lelaki itu paling jual mahal. Kalau begitu rupanya Emir juga kena batunya. Daissy hanya diam saja, dan mensyukuri keberuntungannya.
Awal Mulanya
Kebetulan di tengah pembicaraan saat itu juga ada sahabatnya. Dialah satu-satunya orang yang mengetahui peristiwa yang terjadi antara Daissy dengan Erick dan kemudian dengan Emir belum lama ini. Terus terang dari sejak di SMA dulu Carla, sahabatnya itu, yang sering-kali menjadi tempat Daissy berkonsultasi masalah pacar dan seks. Carla mencari Daissy, terlihat dia tersenyum nakal ke arahnya. Mengingat kenakalan Daissy bersamanya dulu Carla hanya dapat tersenyum geli.
Memang kalau diurut-urut sebenarnya semua yang telah dialami Daissy di tangan Erick dan Emir berujung pangkal pada ulah Carla juga. Awalnya ialah sewaktu dulu Daissy mulai berpacaran dengan Erick. Menurut Daissy beberapa kali Erick telah memintanya untuk melakukan hubungan intim dengannya. Tapi keinginannya selalu berhasil ditolaknya. Soalnya masalah kegadisan adalah sesuatu yang menurut Daissy pada waktu itu harus dipertahankannya. Katanya ini memang sudah menjadi tekadnya. Memang kadang-kadang timbul juga rasa kasihan di hatinya melihat Erick. Tapi aku harus bagaimana lagi?, Tanya Daissy bingung di kala itu.
Keinginan Erick yang satu ini diceritakannya secara terus terang kepada Carla, sahabat dan sekaligus penasihat pribadinya yang lebih berpengalaman. Berbeda dengan Daissy, Carla sudah sejak lama kehilangan keperawanan. Jadi waktu Daissy menceritakan masalahnya dengan Erick, Carla hanya tertawa geli. "Itu sih masih mau jadi perempuan kolot," demikian komentar Carla menggodanya. Lalu dianjurkan Daissy, "Tapi kalau kamu mau, kasih aja dia alternatifnya."
Dengan heran Daissy bertanya, "Apa sih La? Orang yang dia minta yang satu itu kok."
Sambil terus menggodanya akhirnya Carla memberi tawaran padanya. Katanya,
"Kalau mau tahu malam minggu nanti ke tempat gue deh, entar gue ajarin elo musti gimana sama cowok! OK?"
Rupanya karena merasa penasaran ajakan Carla itu diterima Daissy dengan penuh semangat.
Bermalam Minggu
Malam minggu berikutnya Daissy datang ke rumah Carla. Suasana rumah pada malam ini agak sepi. "Pada kemana La? Kok sepi amat," tanya Daissy pada Carla.
"Iya nih, Enyak, Babe sama adik-adik gue lagi pada ke puncak, katanya sih sampai besok sore," demikian Carla menjelaskan. Lalu ditegaskannya lagi pada Daissy,
"Jadi kita bebas mau ngapain aja."
Kecuali mandi sore dan makan malam tidak begitu banyak yang terjadi malam itu. Kelihatannya Daissy sudah penasaran menunggu Carla menceritakan pengalamannya, katanya supaya bisa dipakainya untuk mengatasi persoalannya dengan Erick. Kasihan juga Carla melihat Daissy agak malu-malu mau menanyakan langsung kepadanya. Apalagi dengan sengaja justru Carla banyak bercerita tentang pacar barunya. Digambarkannya tentang cowoknya itu sebagai seorang laki-laki jantan yang usianya lebih dewasa dan sudah bekerja di sebuah Oil Drilling Company. Kalau jadi nanti malam dia akan datang. Kelihatannya Daissy menjadi kuatir.
"Kalau begitu kapan sempat ngasih tahu jurus-jurus rahasianya sama aku?" tanyanya pada Carla.
Kira-kira jam 9-an Carla mengajak Daissy ke kamarnya untuk berganti pakaian dan memakai daster. Tapi dilarangnya Carla membersihkan riasan di wajahnya. Menurut Carla biar saja begitu, minimal sampai Bambang, pacar barunya, datang dan melihat Daissy. Sambil menunggu Bambang, Carla mengajak Daissy menonton film video yang baru disewanya. Kaget juga dia menonton videonya blue-film yang meragakan bermacam-ragam adegan seks. Seperti juga Carla, kelihatannya Daissy mulai merasa panas melihat barang kepunyaan laki-laki yang besar-besar diemut-emut, lalu diundang memasuki liang kemaluan wanita yang kemerah-merahan.
Carla melirik Daissy menonton film video itu di sebelahnya. Kadang-kadang matanya sampai terpejam-pejam. Tangan kanannya sudah berada di balik celana dalamnya. Rupanya secara sembunyi-sembunyi dia sedang melakukan mengusap-usap kemaluannya. Merasa ada yang memperhatikan, Daissy berpaling menengok ke arah Carla. Dia tersenyum dan dengan malu-malu bertanya,
"Kenapa La?" Supaya tidak merasa canggung Carla menganjurkan Daissy untuk meneruskan,
"Terusin aja, aku juga mau kok!"
"Hallo Sayang, apa kabar?," demikian terdengar suara yang dulu pernah begitu familiar.
Karena sudah beberapa tahun tidak bertemu dengannya ada juga rasa penasaran di hati Daissy. Ingin tahu juga ia, apa kabar lelaki itu. Setelah saling bertukar informasi, tiba-tiba Erick bertanya,
"Katanya sebentar lagi mau kawin ya?"
Jawab Daissy singkat, "Iya," lalu sambungnya lagi, "Ini aku baru aja luluran, dalam rangka itu juga."
Setelah itu Daissy bertanya,
"Kenapa memangnya?"
Setelah terdiam sejenak Erick melanjutkan,
"Kamu masih ingat nggak kejadian di sofa di pavilion tempat tinggal saya."
Tertegun Daissy mendengar pertanyaannya. Pasti yang ia maksud saat-saat di mana mereka dulu masih berpacaran. Di sanalah Erick telah mengarahkan Daissy, dengan setengah memaksa, hingga akhrnya ia menjadi mahir melakukan seks oral. Terutama terhadap diri Erick.
"Kenapa?" Tanya Daissy dengan nada bercanda, "Sofanya rusak ya?"
Setelah terdiam sejenak Erick menerangkan,
"Bukan gitu, ternyata pernah ada yang motret kita berdua dalam pose yang rawan."
Seketika bulu kuduk Daissy terasa berdiri. Selanjutnya Erick menjelaskan lagi bahwa untungnya foto-foto itu berhasil ia dapatkan dan sampai sekarang masih disimpannya. Segera Daissy meminta waktu untuk bertemu dengan Erick, dan tentunya menuntut supaya ia menyerahkan foto-foto itu kepadanya. Masalah seperti ini tentunya bisa mengganggu masa depan rumah-tangganya. Akhirnya Erick setuju untuk menemui Daissy hari Sabtu yang akan datang. Dimintanya Daissy untuk menemuinya di Pavilion di sebelah rumah orang-tuanya.
Jerat Lelaki
Sesuai dengan janjinya, Daissy pun pergi ke tempatnya. Tepat pada jam yang telah kita sepakati ia telah mengetuk pintu pavilionnya. Erick sendiri yang membukakan pintu. Diciumnya pipi Daissy dan dipersilahkannya ia masuk. Erick minta maaf karena masih mengenakan bath-robe, berhubung ia baru saja selesai mandi. Tapi anehnya ia juga tidak segera mengenakan pakaian yang lebih pantas. Malah ia langsung ikut duduk menemani Daissy di atas sofa bersejarah, yang ternyata masih melengkapi ruang tamu pavilion tersebut.
Disajikannya segelas coca-cola untuk Daissy, lalu merekapun saling bertukar kabar tentang apa saja yang telah terjadi selama ini. Maklumlah tahunan juga mereka sudah berpisah. Nampaknya perasaan Daissy masih agak tergetar juga melihat mantan cowoknya tampil tampan dan macho seperti dulu. Mau tidak mau iapun teringat apa yang dulu pernah terjadi di sofa yang sekarang ini sedang mereka duduki. Terbayang kembali olehnya bagaimana dulu Erick menjilati kepunyaannya, lalu ia gantian mengemuti kepunyaannya. Mau tidak mau Daissy merasa celana dalamnya menjadi agak lembab.
Supaya tidak hanyut oleh keadaan, akhirnya Daissy menanyakan tentang foto-foto yang katanya masih ia simpan. Sambil tersenyum Erick meminta Daissy untuk duduk di sebelahnya. Tanpa rasa curiga Daissypun beranjak dan duduk di sebelahnya. Terlihat tangan Erick bergerak mengambil sebuah amplop dari bawah meja, lalu dikeluarkannya tiga buah foto berukuran agak besar. Terkejut Daissy melihatnya dan juga sedikit marah.
Di foto yang pertama tampak tubuh seorang wanita muda yang tidak lagi mengenakan baju atasnya, walaupun masih mengenakan celana jeansnya. Karena membelakangi kamera wajahnya tidak terlihat. Tapi terlihat ia sedang berlutut di depan seorang laki-laki yang duduk di atas sofa. Wajah laki-laki itupun tidak terambil oleh kamera. Jelas dari posisinya bahwa wanita tersebut sedang melakukan sesuatu pada alat kejantanannya. Tanpa ragu Daissy tahu bahwa yang tampak di foto tersebut adalah Erick dan dirinya.
Pada foto yang kedua laki-laki dan wanita itu dipotret dari arah samping. Tubuh laki-laki itu hanya terlihat dari pinggang ke bawah. Daissy melihat dirinya dalam foto tersebut sedang berlutut di depan laki-laki tadi, yang tentunya adalah Erick, sedang memegang dan mengulum alat kejantanannya.
Lalu pada foto yang ketiga terlihat adegan yang lebih mengerikan lagi. Daissy tampak terbaring dengan mata setengah terpejam. Tangannya menggenggam kepunyaan Erick yang terlihat masih agak keras. Erick berada pada posisi sedang mengangkangi wajahnya, tapi hanya terlihat dari pinggang ke bawah. Tangannya memegang kepala Daissy dan kelihatannya baru saja memalingkan wajahnya ke arah kamera. Lebih mengagetkan lagi untuk Daissy karena pada pipi dan bibirnya tampak tetes-tetes cairan berwarna putih agak kental. Siapapun yang melihat foto ini akan berkesimpulan bahwa laki-laki itu baru saja melepas air maninya kedalam mulutnya.
Daissy merasa marah sekali kepada Erick. Jelas sekali bahwa foto-foto ini telah dibuat di luar sepengetahuannya. Erick hanya mengiyakan dan menjelaskan bahwa ketiga foto itu di ambil melalui lubang jendela oleh Emir. Kemarahan Daissy mulai menyurut sewaktu Erick mulai merayunya.
"Sayang, maafkan saya ya. Dulu saya berani melakukan ini semua supaya kamu mau kawin dengan saya. Tapi sebelum saya sempat bicara sama kamu ternyata kamu sudah berangkat ke luar negeri. Orang tua kamu nggak mau kasih tahu kamu ada di mana."
Memang semua yang dikatakannya itu benar. Daissy dulu meninggalkan dia karena rasa marah.
"Siapa yang mau kamu lamar, kan kamu pacaran lagi, malah setelah itu katanya kamu pernah ada affair sama adikku sendiri," demikian Daissy menanggapi dengan ketus.
"Iya memang saya yang salah, tapi sampai hari inipun saya masih menyayangi kamu."
"Tapi kalau mengenai affair sama Cynthia itu hanya issue kok," dengan nada sungguh-sungguh ia mencoba meyakinkan Daissy.
"Ya sudahlah, jangan kita perpanjang lagi, sekarang kamu sudah kawin, aku juga sebentar lagi mau kawin."
"Sekarang foto-fotonya aku bawa ya.." Daissy ingin cepat-cepat meninggalkan Erick, karena sejujurnya ternyata getar-getar perasaannya rupanya masih ada. Erick merangkul pundak Daissy ditatapnya matanya dengan pandangan yang aneh. Katanya,
"Hanya tinggal itu kenang-kenangan saya. Jadi gimana?" Tanya Daissy agak bingung.
"Kasih saya sesuatu sebagai penggantinya, saya ingin mengulangi apa yang dulu pernah kita lakukan."
Daissy terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Apapun yang terjadi foto-foto ini harus ia dapatkan.
Cinta Terulang
Tiba-tiba ada rasa hangat di bibir Daissy, ternyata Erick telah menciumnya. Lalu sebelum Daissy sempat berontak untuk melepaskan diri, lelaki itu telah erat-erat merangkulnya. Perlawanan Daissy juga tidak berlangsung terlalu lama. Keinginan mengamankan foto-foto itu, pengaruh dari melihat adegan pada foto-foto tersebut, dan sisa perasaan Daissy terhadap Erick akhirnya mendorongnya untuk membalas ciuman Erick. Ketika tangan Erick menuntun tangan Daissy ke pangkal pahanya, Daissy merasa gairahnya mulai memuncak. Tangan Daissy menyusup memasuki celana dalam Erick, dan langsung memegang batang kejantanannya yang besar, keras, dan tegang itu. Begitu juga sewaktu tangan Erick menarik kepala Daissy ke arah kepunyaannya, dengan tanpa ragu Daissy merosot celana dalam Erick.
Kenangan dari masa lalu membuat Daissy seolah-olah lupa diri. Setidak-tidaknya begitulah pengakuannya. Daissy menciumi dan menjilati kepunyaan mantan cowoknya. Lalu seperti dulu dikulumnya ujung kepala kejantanan Erick. Bahkan dibiarkannya Erick mendorong kemaluannya masuk ke dalam mulutnya. Rongga mulut Daissy terasa penuh sesak, dan nafasnya tersengal-sengal.
Sementara Daissy sedang melakukan itu semua, Erick telah melepas bath-robenya, lalu mulai melepas baju atas Daissy. Tetapi Daissy menolak ketika Erick ingin melepas rok bawahannya. Lama juga mulut Daissy mencumbu alat kejantanan Erick, hingga akhirnya ia mulai mendekati titik klimaksnya.
"Yang, sayang, aku hampir nih, kamu siap ya!"
Daissy hanya bisa bergumam mengiyakan. Lalu Erick menelentangkan Daissy di sepanjang sofa maksiat itu, dan menempatkan barang kerasnya tepat di atas wajahnya. Rupanya ia ingin mengulangi adegan di foto yang baru saja Daissy lihat. Daissy memegang kepunyaan Erick lalu dikocok-kocoknya, sambil mulutnya mengemut-emut ujung kepalanya yang bulat keras. Rasanya aneh dan sekaligus menyenangkan. Ketika air mani kental menyembur dari alat kejantanan Erick Daissypun membiarkannya memenuhi mulutnya. Lalu diemutinya daging keras Erick, sambil menelan air siramannya.
Setelah dituntaskannya tugasnya beberapa tetes cairan dari kemaluan Erick kubiarkan jatuh di atas pipi dan bibirnya. Persis seperti dulu.
"Puas Rick?" Tanya Daissy kepadanya.
"Aduh Yang, ini yang selama ini aku kehilangan," lalu tanyanya, "boleh sering-sering nggak?" Sambil tersenyum Daissy menggelengkan kepalanya.
Kalah Menyerah
Sementara Daissy sedang membersihkan dirinya di kamar mandi, tiba-tiba Erick masuk dalam keadaan bugil. Dirangkulnya Daissy dan diremas-remasnya seluruh tubuhnya. Karena sedang membasuh diri otomatis Daissy berada dalam keadaan hampir sebugil dia.
Rupanya hal ini membangkitkan gairah Erick. Tanpa berkata apa-apa lagi, digelandangnya Daissy ke tempat tidur di ruangan dalam.
"Rick, kalau yang ini jangan dong," pinta Daissy dengan nada memelas. Dia menatap Daissy dan bertanya,
"Memangnya sampai sekarang belum pernah juga ya?"
Mengerti apa yang dimaksud, Daissy menjawabnya,
"Ya udah, tapi kan sebentar lagi aku kawin."
Dengan nada enteng Erick hanya menanggapi,
"Kalau belum sampai kawin, ya masih milik umum dong."
"Sialan si Erick," umpat Daissy dalam hatinya.
Didudukkannya Daissy di sisi ranjang dan disodorkannya alat kejantanannya kepadaku. Tanpa disuruh lagi langsung Daissy mengemut-emutnya, mulanya asal-asalan tapi lama-kelamaan dengan penuh gairah. Akibatnya dalam tempo singkat barang kepunyaan Erick sudah menjadi besar dan keras seperti sedia-kala. Ditelentangkannya Daissy di tempat tidur, lalu ia naik ke atasnya dan mulai memasukkan batang kerasnya ke dalam kemaluan Daissy. Tapi rupanya Erick ingin menggoda Daissy dulu. Ditahan-tahannya kemaluannya itu sehingga tidak sepenuhnya masuk, sambil digosok-gosoknya di bibir kepunyaan Daissy. Daissy merasa kegelian sekali. Karena tidak tahan akhir Daissy merangkul pantat Erick dan menekannya keras-keras ke bawah.
Erick tertawa, Daissy merintih. Erick mengerang, Daissy menjerit kecil. Erick mengganas, Daissy hanya mampu mendesah menyebut-nyebut namanya. Sempat terpikir oleh Daissy kalau tahu enaknya seperti ini mungkin sudah dari dulu akan diserahkannya semua untuk Erick. Pada puncak pengalaman di hari itu Erick melepas semburan air maninya ke dalam liang rahim Daissy. "Aduh Rick enak sekali," hampir Daissy melolong keras karena kenikmatan yang dirasakannya.
Setelah menikmati diri Daissy sikap Erick menjadi agak berubah. Tidak lagi semesra dan semanis sebelumnya. Tapi Daissy tidak mengacuhkannya. Karena setelah hari ini tentunya Daissy tidak punya rencana untuk bertemu lagi dengan dirinya. Sebelum meninggalkan pavilion Erick, dengan membawa foto-foto celaka itu, teringat oleh Daissy untuk meminta negatifnya.
"Waduh, masih ada sama si Emir tuh," jawab Erick dengan gaya seenaknya.
Daissy meminta Erick menelepon Emir, sementara ia duduk menantikan di sofa depan.
Samar-samar terdengar suara Erick sedang bercakap-cakap di telepon. Beberapa ucapannya membuat Daissy agak tersinggung. Terdengar oleh Daissy,
"Masih lu simpen nggak?"
"Iya, diminta tuh sama bintang filmnya.."
"Gue suruh ketemu sendiri ya.."
"Bisa tuh dipake.. Mau kok, gua udah dong.."
"Iyalah, semuanya dong.. Ya pinter-pinternya elu aja."
Daissy merasa dianggap murahan sekali. Tapi ya sudahlah semuanya memang salahku sendiri, demikian pikir Daissy. Erick memberi Daissy nomor telepon Emir. Ia tinggal di sebuah pavilion kecil di daerah Cawang. Segera Daissy meninggalkan Erick dengan 1001 rasa penyesalan, tapi sebetulnya bercampur rasa kepuasan juga.
Ajak Bercinta
Beberapa hari kemudian Daissy menelpon Emir,
"Mir ini aku!"
Tidak langsung mengenali Daissy terdengar suara Emir bertanya,
"Ini siapa sih?" tanyanya.
"Nggak ngenalin ya, memangnya dikira siapa," demikian Daissy berlagak ramah.
Dengan nada yang kocak tapi menjengkelkan Emir mengatakan,
"Kirain ada cewek cari penis."
Agak kesal Daissy, "Ih kurang ajar banget."
Memang setahu Daissy dari dulu Emir terkenal sebagai pemuas dahaga nafsu kaum wanita, terutama untuk ibu-ibu yang lazim disebut tante girang-nyonya jalang. Beberapa saat kemudian Emir mengenali suara Daissy, terutama setelah Daissy menjelaskan permintaannya. Emir setuju untuk menerima Daissy besok, asal Daissy datang sendiri.
Sebetulnya Daissy merasa agak curiga, tapi ya sudahlah, sudah betul-betul kepalang tanggung. Maka tidak heran Daissy ketika datang ke rumahnya dan menyatakan maksudnya, langsung Emir bertanya,
"Imbalannya apa? "
"Ya kamu mintanya berapa? " Daissy menanggapi ketus.
"Bukan berapa anak manis, tapi apa? " demikian Emir menegaskan.
Daissy mengatakan kepada Emir semuanya terserah kepada dia saja. Walaupun demikian Daissy tidak langsung mau menuruti kemauan Emir begitu saja. Masih dicobanya untuk menawar-nawar, supaya ia tidak harus memenuhi dorongan nafsu syahwatnya. Dibujuknya Emir dengan mengatakan bahwa orang seperti dirinya bukan tipe wanita yang dia suka. Tiba-tiba Emir menarik tangan Daissy dan berkata dengan serius,
"Sebaliknya, dari dulu saya udah naksir kamu, tapi sayangnya keduluan Erick."
Lalu ditunjukkannya amplop berisi negatif film yang Daissy cari. Ketika dicobanya untuk merebutnya, Emir mengelak lincah. Karena gemasnya akhirnya Daissy mengejar-ngejar Erick, sehingga tanpa sengaja terpancing mengikutinya masuk ke kamar tidur. Emir mengunci pintu, lalu memandangi Daissy yang terduduk kelelahan di tepi ranjang. Ia berlutut di depan Daissy lalu mencium bibirnya, dan seterusnya melumatnya dengan ganas. Belum pernah Daissy dicium seorang laki-laki sampai seperti itu. Karena baru sekedar dicium oleh Emir getaran-getaran lembut seperti pada awal orgasme telah mulai melanda sekujur tubuhnya. Seperti terhipnotis semua kendali kesadaran dirinya sirna. Bahkan ia merasa sangat terhormat ketika Emir mulai melucuti seluruh pakaiannya. Dalam perasaannya sepertinya Emir adalah orang yang memiliki dirinya dan berhak untuk berbuat apa saja terhadap dirinya.
Emir memang lumayan ganteng, walaupun kulitnya agak gelap. Tapi kemampuannya untuk menundukkan wanita rupanya bukan semata-mata berasal dari kelebihan-kelebihan jasmaniahnya. Baru di hari-hari kemudian Daissy tahu dari beberapa sahabatnya, yang juga pernah digauli Emir, bahwa merekapun mengalami mirip dengan apa yang dialaminya di siang hari itu. Ketika Emir melepas baju dan celananya, Daissy merasa heran karena di hatinya malah ada rasa bangga. Ketika alat kejantanannya yang hitam besar ia sorongkan kepada Daissy, rasanya ia seperti mendapat anugerah.
Daissy mencium-ciumi, dan mengusap-usapkannya di wajahnya, lalu menjilati, dan mengulumi ujung kepalanya, hingga akhirnya mulai mengemut-emut semuanya di mulutnya. Berbeda dengan pengalamannya bersama Erick, dengan Emir ia merasa dihargai, dan perasaan itu timbul justru ketika ia sedang memuaskan hasratnya. Laki-laki yang dikiranya kurang ajar itu ternyata malah lembut sekali. Setidak-tidaknya pada waktu sedang bercinta. Kata-kata yang diucapkannya cenderung membuat Daissy berbesar hati.
Ketika alat kejantanannya itu memasuki kemaluan Daissy yang telah basah, Daissy menjadi lupa segala-galanya. Hebatnya rasa orgasme yang ia alami bukan hanya terjadi di ujung permainan cinta seksual itu, tetapi terus-menerus. Ketika Emir telah membasahi liang rahimnya dengan air maninya, dan kemudian berbaring memeluk tubuhnya, Daissy menyembunyikan wajahnya di dada lelaki itu, lalu menangis. Kejengkelannya pada Erick hari ini lepas terbuang. Bersama Emir harga dirinya terpulihkan dan hasrat kewanitaannya terpuaskan.
"Emir, aku seneng sekali," katanya berbisik.
Emir hanya mengusap-usap kepala Daissy dengan lembut. Kemudian diajaknya Daissy sama-sama ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Diserahkannya negatif foto-foto yang tadi diminta Daissy kepadanya.
Tapi rupanya Daissy belum ingin pergi, maka ketika Emir memintanya tinggal, ia merasa senang sekali. Pada waktu Emir mengajak Daissy makan malam, walaupun hanya makanan dari warung di sebelah rumah, Daissy sungguh menikmati apa yang disantapnya. Tidak lama kemudian Emir mengajak Daissy dengan suara berbisik,
"Masih mau menemani saya nggak? "
"Wah jangan ditanya lagi," kata Daissy dalam hati, dan nggak perlu diminta dua kali. Kali ini Daissy menumpahkan seluruh gairah-birahinya dengan lebih bersemangat. Seluruh tubuh Emir yang telah terbaring tanpa busana itu ia jilati. Maksudnya sungguh-sungguh seluruhnya. Dari ujung kepalanya sampai ujung kakinya, bahkan hingga mencapai semua celah-celah yang paling tersembunyi sekalipun.
Kali ini Emir yang sampai mendesah dan mengerang karena pelayanan Daissy terhadap dirinya. Apalagi ketika alat kejantanannya yang besar dan keras itu ia lumat dengan bibir dan lidahnya. "Aduh, kamu hebat sekali, betul-betul nggak saya sangka," katanya tulus mengaku.
Ketika tiba gilirannya mengerjai Daissy, Emirpun tampil ganas, buas, dan sangat tangguh. Tubuh Daissy serasa hampir remuk, dan Daissypun hanya mampu untuk mengerang dan menjerit, setiap kali getaran kenikmatan melanda sekujur tubuhnya. Daissy sampai merasa hampir pingsan. Maka ketika harus pergi meninggalkan Emir rasa hati Daissy enggan sekali.
Luap Birahi
Tidak sampai tiga hari kemudian Emir menelpon Daissy.
"Waktu itu enak sekali ya, kapan lagi dong sayang?" demikian katanya meminta.
Daissy mengatakan kepadanya bahwa setiap saat ia mau dan siap. Maka keesokan harinya kembali Daissy pergi ke tempat tinggalnya. Di sanalah ia memuaskan hasrat hati dan nafsu birahinya. Begitu pula dengan Emir, yang kekuatannya seakan-akan tidak mengenal batas, ditumpahkan semua yang ia miliki. Di liang kewanitaan Daissy, di mulutnya, di wajahnya, dan di sekujur tubuhnya. Basah dan puas Daissy dibuatnya.
Sekembalinya Daissy ke rumahnya, semua terasa begitu sepi dan membosankan. Untunglah bagi dirinya karena kurang-lebih seminggu kemudian kembali Emir menghubunginya. Katanya,
"Yang, saya lagi kangen nih, ketemu yuk!"
Sayangnya Daissy sedang tidak ada kendaraan, sehingga terpaksa mereka membuat janji untuk bertemu di sebuah super-market dekat tempat tinggal Daissy. Dari sana Emir membawa Daissy ke sebuah motel dan mencurahkan rasa rindunya kepadanya. Begitu pula Daissy. Apalagi di tengah rangkaian acara senggama itu, Emir sempat menyampaikan bahwa beberapa hari lagi ia akan berangkat ke Sulawesi. Di sana ia akan bekerja di salah-satu usaha milik keluarga jauhnya.
"Yah daripada di Jakarta jadi supir, satpam, atau pegawai rendahan, mungkin karirnya di tempat yang jauh itu bisa lebih maju. Apalagi sebentar lagi Daissy akan melangsungkan pernikahan. Lebih baik kalau setelah itu kita tidak ketemu."
Mendengar semua yang disampaikan Daissy padanya Emir tersenyum.
"Kalau begitu anggap aja ini hadiah perkawinan dari saya ya," demikian ia berkata dengan bijak, sambil menyodorkan alat kejantanannya yang telah mengeras tegang ke arah Daissy. Setengah bercanda Daissy mengucapkan terimakasih kepada Emir, lalu mulai melayani hasrat birahi lelaki Sulawesi itu. Dengan sempurna, sepenuhnya, dan sepuas perasaan Daissy. Tidak ada satu moment-pun yang boleh terbuang percuma. Berjam-jam mereka berdua bercengkerema tanpa busana. Daissy memuaskan Emir, dan Emirpun memuaskan dirinya.
Bangga Terasa
Beberapa minggu kemudian Daissy sempat menghadiri acara reuni SMA-ku. Ternyata ada beberapa sahabat dekatnya yang pernah mengalami hal yang sama dengan Emir. Yasmin, yang paling suka bicara seronok, berkomentar,
"Wah, kalau punya Emir sih memang penis dewa."
Semua yang pernah ada hubungan dengan Emir tertawa tersipu-sipu. Tapi ada satu hal bagi Daissy yang tidak pernah kuduga, pada waktu ia menceritakan bahwa Emir sampai tiga kali menemuinya. Bahkan mungkin lebih kalau Daissy tidak menikah, atau dia tidak berangkat ke Sulawesi. Kawan-kawannya semua berpendapat, jangan-jangan Emir benar-benar jatuh cinta padanya. Biasanya lelaki itu paling jual mahal. Kalau begitu rupanya Emir juga kena batunya. Daissy hanya diam saja, dan mensyukuri keberuntungannya.
Awal Mulanya
Kebetulan di tengah pembicaraan saat itu juga ada sahabatnya. Dialah satu-satunya orang yang mengetahui peristiwa yang terjadi antara Daissy dengan Erick dan kemudian dengan Emir belum lama ini. Terus terang dari sejak di SMA dulu Carla, sahabatnya itu, yang sering-kali menjadi tempat Daissy berkonsultasi masalah pacar dan seks. Carla mencari Daissy, terlihat dia tersenyum nakal ke arahnya. Mengingat kenakalan Daissy bersamanya dulu Carla hanya dapat tersenyum geli.
Memang kalau diurut-urut sebenarnya semua yang telah dialami Daissy di tangan Erick dan Emir berujung pangkal pada ulah Carla juga. Awalnya ialah sewaktu dulu Daissy mulai berpacaran dengan Erick. Menurut Daissy beberapa kali Erick telah memintanya untuk melakukan hubungan intim dengannya. Tapi keinginannya selalu berhasil ditolaknya. Soalnya masalah kegadisan adalah sesuatu yang menurut Daissy pada waktu itu harus dipertahankannya. Katanya ini memang sudah menjadi tekadnya. Memang kadang-kadang timbul juga rasa kasihan di hatinya melihat Erick. Tapi aku harus bagaimana lagi?, Tanya Daissy bingung di kala itu.
Keinginan Erick yang satu ini diceritakannya secara terus terang kepada Carla, sahabat dan sekaligus penasihat pribadinya yang lebih berpengalaman. Berbeda dengan Daissy, Carla sudah sejak lama kehilangan keperawanan. Jadi waktu Daissy menceritakan masalahnya dengan Erick, Carla hanya tertawa geli. "Itu sih masih mau jadi perempuan kolot," demikian komentar Carla menggodanya. Lalu dianjurkan Daissy, "Tapi kalau kamu mau, kasih aja dia alternatifnya."
Dengan heran Daissy bertanya, "Apa sih La? Orang yang dia minta yang satu itu kok."
Sambil terus menggodanya akhirnya Carla memberi tawaran padanya. Katanya,
"Kalau mau tahu malam minggu nanti ke tempat gue deh, entar gue ajarin elo musti gimana sama cowok! OK?"
Rupanya karena merasa penasaran ajakan Carla itu diterima Daissy dengan penuh semangat.
Bermalam Minggu
Malam minggu berikutnya Daissy datang ke rumah Carla. Suasana rumah pada malam ini agak sepi. "Pada kemana La? Kok sepi amat," tanya Daissy pada Carla.
"Iya nih, Enyak, Babe sama adik-adik gue lagi pada ke puncak, katanya sih sampai besok sore," demikian Carla menjelaskan. Lalu ditegaskannya lagi pada Daissy,
"Jadi kita bebas mau ngapain aja."
Kecuali mandi sore dan makan malam tidak begitu banyak yang terjadi malam itu. Kelihatannya Daissy sudah penasaran menunggu Carla menceritakan pengalamannya, katanya supaya bisa dipakainya untuk mengatasi persoalannya dengan Erick. Kasihan juga Carla melihat Daissy agak malu-malu mau menanyakan langsung kepadanya. Apalagi dengan sengaja justru Carla banyak bercerita tentang pacar barunya. Digambarkannya tentang cowoknya itu sebagai seorang laki-laki jantan yang usianya lebih dewasa dan sudah bekerja di sebuah Oil Drilling Company. Kalau jadi nanti malam dia akan datang. Kelihatannya Daissy menjadi kuatir.
"Kalau begitu kapan sempat ngasih tahu jurus-jurus rahasianya sama aku?" tanyanya pada Carla.
Kira-kira jam 9-an Carla mengajak Daissy ke kamarnya untuk berganti pakaian dan memakai daster. Tapi dilarangnya Carla membersihkan riasan di wajahnya. Menurut Carla biar saja begitu, minimal sampai Bambang, pacar barunya, datang dan melihat Daissy. Sambil menunggu Bambang, Carla mengajak Daissy menonton film video yang baru disewanya. Kaget juga dia menonton videonya blue-film yang meragakan bermacam-ragam adegan seks. Seperti juga Carla, kelihatannya Daissy mulai merasa panas melihat barang kepunyaan laki-laki yang besar-besar diemut-emut, lalu diundang memasuki liang kemaluan wanita yang kemerah-merahan.
Carla melirik Daissy menonton film video itu di sebelahnya. Kadang-kadang matanya sampai terpejam-pejam. Tangan kanannya sudah berada di balik celana dalamnya. Rupanya secara sembunyi-sembunyi dia sedang melakukan mengusap-usap kemaluannya. Merasa ada yang memperhatikan, Daissy berpaling menengok ke arah Carla. Dia tersenyum dan dengan malu-malu bertanya,
"Kenapa La?" Supaya tidak merasa canggung Carla menganjurkan Daissy untuk meneruskan,
"Terusin aja, aku juga mau kok!"
Lalu mulai juga Carla meraba-raba kepunyaannya yang
mulai terasa basah. Carla melirik kearah Daissy yang sedang mengamati
dirinya sedang melakukan masturbasi. Terus-terang saja memang Carla
lebih ahli. Tehnik-tehnik masturbasi yang ia lakukan langsung ditiru
Daissy, hingga memberinya pengalaman baru, dan sensasi yang luar biasa.
Apalagi dia melakukan itu semua sambil memperhatikan adegan-adegan seks
di layar TV.
"Daissy," Carla mengejutkannya dengan panggilannya. Lalu Carla mengajaknya tanpa ragu-ragu,
"Kita buka baju yuk, nanti lebih terangsang lagi deh."
Melihat Daissy agak ragu-ragu, Carla terus mendesak dia.
"Alah, biasanya kalau habis olah-raga kita mandi dan ganti baju sama-sama."
Akhirnya Daissy mengikuti anjuran Carla juga. Nampaknya dia sudah tidak mampu lagi untuk berpikir dengan jelas. Sambil terus mengusap-usap kemaluannya Carla mulai menyampaikan kuliahnya.
"Daissy, untuk yang umurnya seperti kita sebetulnya udah boleh lho berhubungan seks."
Lalu lanjutnya,
"Tapi kalau belum siap, lakukan aja yang mendekati hubungan intim. Kata cowok gue rasanya juga enak sih."
Dengan rasa penasaran Daissy bertanya,
"Apa itu La? Gimana caranya?"
Langsung Carla menunjuk ke layar TV, di mana adegan oral seks sedang berlangsung,
"Seperti gitu tuh!"
Rupanya langsung Daissy mengerti. Tapi katanya,
"Nggak berani ah La. Jijik kan!"
Dengan gaya seorang wanita yang bijak dan berpengalaman Carla menjelaskan padanya,
"Kalau belum coba nggak bakal tahu enaknya."
Lalu diperjelasnya lagi,
"Betul-betul sensasi yang luar biasa lho masturbasi sambil ngemutin punya cowok."
Penasaran dia kepingin tahu,
"Kamu pernah La?"
Carla hanya tersenyum,
"Ya pernah dong, malah sampai keluar di mulut gue."
"Ih Carla, nekad amat sih," tanpa sadar Daissy berteriak.
Tapi Carla yakin sebenarnya dia juga kepingin tahu rasanya.
"Caranya gimana La? Masa lagi sayang-sayangan tiba-tiba punya dia langsung kita masukin ke mulut?"
Dengan sabar Carla terus memperluas cakrawala pengetahuan seks Daissy.
"Nggak gitu dong, ya pake pemanasan dulu.. Pertama-tama kan dia kita rangsang dulu.. Ya caranya ciumin sama jilatin aja seluruh badannya, lama-kelamaan kan sampai ke.. ITU-nya." Rasanya Daissy mulai mengerti. Lain soal apakah dia punya cukup keberanian untuk melakukannya atau tidak. Selanjutnya Carla mengajak Daissy terus menonton film video seks itu, sambil terus mengelus-elus bibir kemaluannya. Carla sudah merasa panas dan bergairah, tentunya demikian pula Daissy.
Kenalan Baru
"Hallo.. Wah kok ada bidadari kayangan nih?"
Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki. Terlihat Daissy kaget setengah mati. Kalaupun mau lari entah bisa kemana. Karena bingung sekali paling-paling yang bisa ia lakukan hanya merapatkan lengan, menutup dada, dan merapatkan pahanya. Carla sendiri hanya tersenyum geli, karena memang semua ini sudah diaturnya dari awal.
Bambang, lelaki gagah dan berbadan bagus yang menjadi cowok Carla, terlihat santai memasuki kamar dan menghampiri dirinya. Sempat Carla melirik ke arah Daissy dengan tatapan yang semakin membuat Daissy kebingungan. Selanjutnya Bambang memeluk tubuh Carla yang sudah telanjang, seperti keadaan Daissy juga saat itu, lalu mencium bibirnya lama. Barangkali karena sudah sangat bergairah dengan bernafsu tanpa malu-malu Carla melepas baju kaos cowoknya.
Melihatnya dalam keadaan telanjang membuat Carla cukup terangsang. Tapi ditahannya hasrat birahinya, karena ia ingin supaya Daissy bisa praktek langsung dengan Bambang.
"Eh sayang," kata Carla padanya, "kenalin dong, ini sahabat Lala!"
Daissy makin menciut ketakutan, terutama ketika laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Bambang," katanya memperkenalkan diri.
Daissy sendiri tidak mampu berkata apa-apa. Melihat seorang laki-laki tanpa baju dalam keadaan diri yang penuh gairah, membuat lututnya terasa lemas sekali. Pasti dia sudah betul-betul kehilangan akal. Dengan gamblang Carla menyampaikan kepada cowoknya,
"Bang, kamu tahu kan yang kamu paling seneng dari saya."
"Iya dong, making love kan"
"Nggak, maksud Lala yang sebelum itu apa?"
Carla melihat mata Daissy mendelik marah sekali kepadanya.
"Oh oralnya, Iya memang kamu hebat," kata Bambang tanggap.
Kata-kata Carla selanjutnya pasti membuat Daissy terkejut seperti disambar petir.
"Bang, Lala tadi baru ngajarin Daissy caranya melakukan oral. Kayaknya perlu dipraktekkin langsung deh. Kamu mau nggak bantu?"
Bambang menatap Daissy ramah, sambil mengatakan, dengan senang hati. Ia beranjak semakin mendekati Daissy. Sebetulnya Carla merasa agak cemburu juga, tapi direlakannya Bambang untuk Daissy, supaya dia bisa mempraktekkan apa yang tadi baru diajarkannya pada temannya itu.
Tanpa ragu sedikitpun Bambang mengusap bahu Daissy. Lalu diajaknya Daissy yang terlihat ketakutan itu duduk di atas sofa. Daissy semakin gugup.
"Bukan.. eh.. jangan.. saya belum pernah."
Tiba-tiba bibir Bambang hangat mencium Daissy. Rupanya dia yang dari tadi sudah terlanda gairah tidak mampu menahan diri. Tidak berapa lama kemudian ia mulai membalas ciuman Bambang itu dengan sepenuh hati.
"Jangan takut, kamu nikmatin aja," kata Bambang menenangkan Daissy.
Lalu Bambang mulai menciumi leher Daissy dan akhirnya mengemut-emut puting dadanya. Daissy merasa seperti dibawa terbang melayang. Entah berapa lama ia terbawa hanyut.
Waktu dibuka matanya, ternyata Bambang sudah duduk di sampingnya. Kepala Daissy sudah tersandar di lengan Bambang yang kokoh. Karena cukup dekat dengan ketiaknya, tercium bau keringat bercampur cologne yang katanya kemudian membuatnya semakin terangsang. Semua yang tadi kuajarkan padanya mulai dilakukannya. Dia tidak lagi merasa malu. Diciumnya lagi bibir Bambang, malah agak sedikit agak digigit, sampai Bambang mengeluh nikmat. Setelah itu mulai diciuminya leher, bahu dan dadanya. Wangi cologne-nya Bambang membuat Daissy semakin lupa diri. Walaupun sadar bahwa Carla sedang memperhatikannya, dia tidak terlalu mampu untuk memikirkannya.
Pada waktu sedang menciumi dadanya, tangan Bambang dengan lembut menekan kepalanya ke bawah. Akibatnya sekarang wajahnya berada dalam keadaan sejajar dengan perutnya. Sempat ia sejenak mengagumi tubuh lelaki ini. Katanya, pada waktu itu dinilainya tubuh Bambang betul-betul terpelihara baik, berotot, dan menggairahkan. Akhirnya karena posisi duduknya sudah semakin tidak karuan, Daissy mulai berganti posisi. Sekarang ia berlutut di depan Bambang sambil mengecup-ecup perutnya. Untung lantainya ada karpetnya, jadi lututnya tidak terasa terlalu sakit.
Oral Pertama
"Daissy," sapa Bambang lembut, "bukain dong celananya."
Sekarang sudah tidak ada lagi rasa canggung dan malu di hatinya. Apapun yang akan terjadi biarlah terjadi sekarang, demikian katanya ia memutuskan pada saat itu. Dibukanya ikat pinggang celana Bambang, lalu kancing atas dan ruitslijtingnya. Begitu terbuka Bambang mendorongnya turun hingga terlepas semua. Daissy sendiri hanya sekedar membantunya supaya lebih mudah.
Di depannya kini terlihat jelas sesuatu yang terpeta pada lapisan celana dalamnya. Diusap-usapnya sejenak. Ketika ditatap Daissy, wajah Bambang tampak tersenyum. Katanya setengah berbisik menyuruh Daissy, "Buka semua deh." Pelan-pelan ditarik celana dalam Bambang turun. Tonggak kejantanan Bambang yang terlihat keras dan besar mencuat gagah. Terkejut Daissy menjerit,
"Aduh La besarnya!"
Mendengarnya Carla tertawa kecil, lalu katanya, "Jangan panggil gue dong, panggil aja dia."
Bambang menarik tangan Daissy dan menaruhnya di atas barang kepunyaannya. Mulai diusap-usapnya daging keras Bambang dengan telapak tangannya. Katanya rasanya geli sekali dan membuatnya semakin terangsang.
Semakin lama Daissy semakin berani juga. Mulai digenggamnya batang keras Bambang di tangannya lalu dikocok-kocoknya lembut.
"Dicium dong," kata Bambang meminta.
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya Daissy mulai mengecup-ngecup kemaluan Bambang. Ketika bibirnya menyentuh bonggol kepala kemaluan Bambang, Daissy menjadi semakin berani. Maka dengan lancar Daissy mulai melakukan semua yang dirasanya pasti akan memuaskan Bambang. Seluruh petunjuk Carla yang telah diberikan, dan pasti film video yang tadi ditonton, berikut daya imajinasinya sendiri menyatu dalam pelayanan oral Daissy kepada Bambang. Dilakukannya semua yang diminta Bambang, malahan juga apa yang tidak terucapkan olehnya. Barang kepunyaan Bambang itu ia jilati, lalu ia kulum dengan keras, dan akhirnya diemut-emutnya dengan penuh semangat. Kadang-kadang karena belum berpengalaman sempat ia tampak terselak. Tapi kelihatannya tidak apa-apa, malah ia tersenyum senang saja. Apalagi mendengar pujian bercampur erangan yang keluar dari mulut Bambang sebagai tanda puas.
Ia menjelaskan kemudian, bahwa mengingat cerita pengalaman Carla tadi, ia sendiri mulai melakukan masturbasi. Karena sudah dirangsang sejak tadi Daissy mencapai orgasmenya jauh sebelum Bambang. Rupanya akibatnya kepuasan yang dicapainya, semakin keras juga Daissy mengemut dan mengisap-isap alat kejantanan Bambang di mulutnya. Sampai akhirnya Bambang mengerang panjang. Tangannya yang satu meremas bahu Daissy, sedangkan yang satunya mengusap-usap kepalanya. Untuk pertama kali dalam hidupnya Daissy mengalami air mani laki-laki menyembur dalam mulutnya. Di luar dugaan Carla, Daissy membiarkan cairan kelelakian Bambang di mulutnya tertelan. Tapi karena terlalu banyak ada juga yang mengalir keluar dari celah-celah bibirnya. Pipi, dagu dan lehernya sampai basah karenanya.
Tapi setelah sejenak berlalu dan gairahnyapun surut, rasa malu Daissy rupanya mulai timbul lagi. Bambang masih mengusap-usap kepalanya. Ia memandangi Daissy dengan senyuman mesra. Segera Daissy berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Barangkali karena malu, lama sekali ia di kamar mandi. Baru setelah dipanggil-panggil Carla ia mau memberanikan diri untuk bertemu dengan Bambang dan Carla. Bambang menyapanya dan bertanya meminta,
"Daissy, boleh dong kapan-kapan ketemu lagi!"
Langsung Carla memelototinya dengan pura-pura marah,
"Enak aja, hanya sekali ini aja bolehnya. Dia itu udah punya pacar lho Bang!"
Tadinya Daissy ingin langsung pulang tapi berhasil dicegah Carla. Kalau dia pulang, nanti Carla yang disalahkan orang-tuanya, karena rencana Daissy menginap itu yang menjadi alasan sehingga ia tidak ikut ke Puncak.
Rupanya sebagai akibatnya, terpaksa sekali lagi Daissy didera rangsangan gairahnya sendiri. Karena sementara ia tidur di sofa di atas ranjang giliran Carla yang beraksi menimba kejantanan Bambang. Dengan Carla tentunya Bambang tidak mendapat hanya secara oral, tapi semuanya. Pengalamannya dengan Daissy tadi membuatnya berterima kasih pada Carla, dan juga membuatnya semakin perkasa. Bambang puas sekali. Begitu juga Carla ketika dilanda kejantanannya yang hebat. Menurut Bambang, Carla adalah wanita yang betul-betul berpengalaman dan pandai memuaskan laki-laki. Bambangpun hebat sekali. Setelah tadi dengan Daissy, sekarang dia masih mampu membawa Carla ke langit yang ketujuh.
Bekal Pacaran
Berbekal pengalamannya dengan Bambang di rumah Carla, sekarang Daissy tahu apa yang bisa dilakukannya untuk menyenangkan Erick. Menurut ceritanya, ketika Erick sekali lagi memintanya untuk berhubungan intim, Daissy berhasil memberinya sebuah kejutan. Sangat puas Erick menerima pelayanan oral Daissy, sehingga sering memintanya untuk melakukannya lagi.
Rupanya foto-foto yang akhirnya telah menjerumuskan Daissy untuk memenuhi keinginan Erick itu diambil pada salah satu peristiwa asmaranya di masa silam. Carla sendiri merasa secara tidak langsung ia juga ikut bertanggung-jawab atas terjadinya peristiwa itu.
TAMAT
"Daissy," Carla mengejutkannya dengan panggilannya. Lalu Carla mengajaknya tanpa ragu-ragu,
"Kita buka baju yuk, nanti lebih terangsang lagi deh."
Melihat Daissy agak ragu-ragu, Carla terus mendesak dia.
"Alah, biasanya kalau habis olah-raga kita mandi dan ganti baju sama-sama."
Akhirnya Daissy mengikuti anjuran Carla juga. Nampaknya dia sudah tidak mampu lagi untuk berpikir dengan jelas. Sambil terus mengusap-usap kemaluannya Carla mulai menyampaikan kuliahnya.
"Daissy, untuk yang umurnya seperti kita sebetulnya udah boleh lho berhubungan seks."
Lalu lanjutnya,
"Tapi kalau belum siap, lakukan aja yang mendekati hubungan intim. Kata cowok gue rasanya juga enak sih."
Dengan rasa penasaran Daissy bertanya,
"Apa itu La? Gimana caranya?"
Langsung Carla menunjuk ke layar TV, di mana adegan oral seks sedang berlangsung,
"Seperti gitu tuh!"
Rupanya langsung Daissy mengerti. Tapi katanya,
"Nggak berani ah La. Jijik kan!"
Dengan gaya seorang wanita yang bijak dan berpengalaman Carla menjelaskan padanya,
"Kalau belum coba nggak bakal tahu enaknya."
Lalu diperjelasnya lagi,
"Betul-betul sensasi yang luar biasa lho masturbasi sambil ngemutin punya cowok."
Penasaran dia kepingin tahu,
"Kamu pernah La?"
Carla hanya tersenyum,
"Ya pernah dong, malah sampai keluar di mulut gue."
"Ih Carla, nekad amat sih," tanpa sadar Daissy berteriak.
Tapi Carla yakin sebenarnya dia juga kepingin tahu rasanya.
"Caranya gimana La? Masa lagi sayang-sayangan tiba-tiba punya dia langsung kita masukin ke mulut?"
Dengan sabar Carla terus memperluas cakrawala pengetahuan seks Daissy.
"Nggak gitu dong, ya pake pemanasan dulu.. Pertama-tama kan dia kita rangsang dulu.. Ya caranya ciumin sama jilatin aja seluruh badannya, lama-kelamaan kan sampai ke.. ITU-nya." Rasanya Daissy mulai mengerti. Lain soal apakah dia punya cukup keberanian untuk melakukannya atau tidak. Selanjutnya Carla mengajak Daissy terus menonton film video seks itu, sambil terus mengelus-elus bibir kemaluannya. Carla sudah merasa panas dan bergairah, tentunya demikian pula Daissy.
Kenalan Baru
"Hallo.. Wah kok ada bidadari kayangan nih?"
Tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki. Terlihat Daissy kaget setengah mati. Kalaupun mau lari entah bisa kemana. Karena bingung sekali paling-paling yang bisa ia lakukan hanya merapatkan lengan, menutup dada, dan merapatkan pahanya. Carla sendiri hanya tersenyum geli, karena memang semua ini sudah diaturnya dari awal.
Bambang, lelaki gagah dan berbadan bagus yang menjadi cowok Carla, terlihat santai memasuki kamar dan menghampiri dirinya. Sempat Carla melirik ke arah Daissy dengan tatapan yang semakin membuat Daissy kebingungan. Selanjutnya Bambang memeluk tubuh Carla yang sudah telanjang, seperti keadaan Daissy juga saat itu, lalu mencium bibirnya lama. Barangkali karena sudah sangat bergairah dengan bernafsu tanpa malu-malu Carla melepas baju kaos cowoknya.
Melihatnya dalam keadaan telanjang membuat Carla cukup terangsang. Tapi ditahannya hasrat birahinya, karena ia ingin supaya Daissy bisa praktek langsung dengan Bambang.
"Eh sayang," kata Carla padanya, "kenalin dong, ini sahabat Lala!"
Daissy makin menciut ketakutan, terutama ketika laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Bambang," katanya memperkenalkan diri.
Daissy sendiri tidak mampu berkata apa-apa. Melihat seorang laki-laki tanpa baju dalam keadaan diri yang penuh gairah, membuat lututnya terasa lemas sekali. Pasti dia sudah betul-betul kehilangan akal. Dengan gamblang Carla menyampaikan kepada cowoknya,
"Bang, kamu tahu kan yang kamu paling seneng dari saya."
"Iya dong, making love kan"
"Nggak, maksud Lala yang sebelum itu apa?"
Carla melihat mata Daissy mendelik marah sekali kepadanya.
"Oh oralnya, Iya memang kamu hebat," kata Bambang tanggap.
Kata-kata Carla selanjutnya pasti membuat Daissy terkejut seperti disambar petir.
"Bang, Lala tadi baru ngajarin Daissy caranya melakukan oral. Kayaknya perlu dipraktekkin langsung deh. Kamu mau nggak bantu?"
Bambang menatap Daissy ramah, sambil mengatakan, dengan senang hati. Ia beranjak semakin mendekati Daissy. Sebetulnya Carla merasa agak cemburu juga, tapi direlakannya Bambang untuk Daissy, supaya dia bisa mempraktekkan apa yang tadi baru diajarkannya pada temannya itu.
Tanpa ragu sedikitpun Bambang mengusap bahu Daissy. Lalu diajaknya Daissy yang terlihat ketakutan itu duduk di atas sofa. Daissy semakin gugup.
"Bukan.. eh.. jangan.. saya belum pernah."
Tiba-tiba bibir Bambang hangat mencium Daissy. Rupanya dia yang dari tadi sudah terlanda gairah tidak mampu menahan diri. Tidak berapa lama kemudian ia mulai membalas ciuman Bambang itu dengan sepenuh hati.
"Jangan takut, kamu nikmatin aja," kata Bambang menenangkan Daissy.
Lalu Bambang mulai menciumi leher Daissy dan akhirnya mengemut-emut puting dadanya. Daissy merasa seperti dibawa terbang melayang. Entah berapa lama ia terbawa hanyut.
Waktu dibuka matanya, ternyata Bambang sudah duduk di sampingnya. Kepala Daissy sudah tersandar di lengan Bambang yang kokoh. Karena cukup dekat dengan ketiaknya, tercium bau keringat bercampur cologne yang katanya kemudian membuatnya semakin terangsang. Semua yang tadi kuajarkan padanya mulai dilakukannya. Dia tidak lagi merasa malu. Diciumnya lagi bibir Bambang, malah agak sedikit agak digigit, sampai Bambang mengeluh nikmat. Setelah itu mulai diciuminya leher, bahu dan dadanya. Wangi cologne-nya Bambang membuat Daissy semakin lupa diri. Walaupun sadar bahwa Carla sedang memperhatikannya, dia tidak terlalu mampu untuk memikirkannya.
Pada waktu sedang menciumi dadanya, tangan Bambang dengan lembut menekan kepalanya ke bawah. Akibatnya sekarang wajahnya berada dalam keadaan sejajar dengan perutnya. Sempat ia sejenak mengagumi tubuh lelaki ini. Katanya, pada waktu itu dinilainya tubuh Bambang betul-betul terpelihara baik, berotot, dan menggairahkan. Akhirnya karena posisi duduknya sudah semakin tidak karuan, Daissy mulai berganti posisi. Sekarang ia berlutut di depan Bambang sambil mengecup-ecup perutnya. Untung lantainya ada karpetnya, jadi lututnya tidak terasa terlalu sakit.
Oral Pertama
"Daissy," sapa Bambang lembut, "bukain dong celananya."
Sekarang sudah tidak ada lagi rasa canggung dan malu di hatinya. Apapun yang akan terjadi biarlah terjadi sekarang, demikian katanya ia memutuskan pada saat itu. Dibukanya ikat pinggang celana Bambang, lalu kancing atas dan ruitslijtingnya. Begitu terbuka Bambang mendorongnya turun hingga terlepas semua. Daissy sendiri hanya sekedar membantunya supaya lebih mudah.
Di depannya kini terlihat jelas sesuatu yang terpeta pada lapisan celana dalamnya. Diusap-usapnya sejenak. Ketika ditatap Daissy, wajah Bambang tampak tersenyum. Katanya setengah berbisik menyuruh Daissy, "Buka semua deh." Pelan-pelan ditarik celana dalam Bambang turun. Tonggak kejantanan Bambang yang terlihat keras dan besar mencuat gagah. Terkejut Daissy menjerit,
"Aduh La besarnya!"
Mendengarnya Carla tertawa kecil, lalu katanya, "Jangan panggil gue dong, panggil aja dia."
Bambang menarik tangan Daissy dan menaruhnya di atas barang kepunyaannya. Mulai diusap-usapnya daging keras Bambang dengan telapak tangannya. Katanya rasanya geli sekali dan membuatnya semakin terangsang.
Semakin lama Daissy semakin berani juga. Mulai digenggamnya batang keras Bambang di tangannya lalu dikocok-kocoknya lembut.
"Dicium dong," kata Bambang meminta.
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya Daissy mulai mengecup-ngecup kemaluan Bambang. Ketika bibirnya menyentuh bonggol kepala kemaluan Bambang, Daissy menjadi semakin berani. Maka dengan lancar Daissy mulai melakukan semua yang dirasanya pasti akan memuaskan Bambang. Seluruh petunjuk Carla yang telah diberikan, dan pasti film video yang tadi ditonton, berikut daya imajinasinya sendiri menyatu dalam pelayanan oral Daissy kepada Bambang. Dilakukannya semua yang diminta Bambang, malahan juga apa yang tidak terucapkan olehnya. Barang kepunyaan Bambang itu ia jilati, lalu ia kulum dengan keras, dan akhirnya diemut-emutnya dengan penuh semangat. Kadang-kadang karena belum berpengalaman sempat ia tampak terselak. Tapi kelihatannya tidak apa-apa, malah ia tersenyum senang saja. Apalagi mendengar pujian bercampur erangan yang keluar dari mulut Bambang sebagai tanda puas.
Ia menjelaskan kemudian, bahwa mengingat cerita pengalaman Carla tadi, ia sendiri mulai melakukan masturbasi. Karena sudah dirangsang sejak tadi Daissy mencapai orgasmenya jauh sebelum Bambang. Rupanya akibatnya kepuasan yang dicapainya, semakin keras juga Daissy mengemut dan mengisap-isap alat kejantanan Bambang di mulutnya. Sampai akhirnya Bambang mengerang panjang. Tangannya yang satu meremas bahu Daissy, sedangkan yang satunya mengusap-usap kepalanya. Untuk pertama kali dalam hidupnya Daissy mengalami air mani laki-laki menyembur dalam mulutnya. Di luar dugaan Carla, Daissy membiarkan cairan kelelakian Bambang di mulutnya tertelan. Tapi karena terlalu banyak ada juga yang mengalir keluar dari celah-celah bibirnya. Pipi, dagu dan lehernya sampai basah karenanya.
Tapi setelah sejenak berlalu dan gairahnyapun surut, rasa malu Daissy rupanya mulai timbul lagi. Bambang masih mengusap-usap kepalanya. Ia memandangi Daissy dengan senyuman mesra. Segera Daissy berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Barangkali karena malu, lama sekali ia di kamar mandi. Baru setelah dipanggil-panggil Carla ia mau memberanikan diri untuk bertemu dengan Bambang dan Carla. Bambang menyapanya dan bertanya meminta,
"Daissy, boleh dong kapan-kapan ketemu lagi!"
Langsung Carla memelototinya dengan pura-pura marah,
"Enak aja, hanya sekali ini aja bolehnya. Dia itu udah punya pacar lho Bang!"
Tadinya Daissy ingin langsung pulang tapi berhasil dicegah Carla. Kalau dia pulang, nanti Carla yang disalahkan orang-tuanya, karena rencana Daissy menginap itu yang menjadi alasan sehingga ia tidak ikut ke Puncak.
Rupanya sebagai akibatnya, terpaksa sekali lagi Daissy didera rangsangan gairahnya sendiri. Karena sementara ia tidur di sofa di atas ranjang giliran Carla yang beraksi menimba kejantanan Bambang. Dengan Carla tentunya Bambang tidak mendapat hanya secara oral, tapi semuanya. Pengalamannya dengan Daissy tadi membuatnya berterima kasih pada Carla, dan juga membuatnya semakin perkasa. Bambang puas sekali. Begitu juga Carla ketika dilanda kejantanannya yang hebat. Menurut Bambang, Carla adalah wanita yang betul-betul berpengalaman dan pandai memuaskan laki-laki. Bambangpun hebat sekali. Setelah tadi dengan Daissy, sekarang dia masih mampu membawa Carla ke langit yang ketujuh.
Bekal Pacaran
Berbekal pengalamannya dengan Bambang di rumah Carla, sekarang Daissy tahu apa yang bisa dilakukannya untuk menyenangkan Erick. Menurut ceritanya, ketika Erick sekali lagi memintanya untuk berhubungan intim, Daissy berhasil memberinya sebuah kejutan. Sangat puas Erick menerima pelayanan oral Daissy, sehingga sering memintanya untuk melakukannya lagi.
Rupanya foto-foto yang akhirnya telah menjerumuskan Daissy untuk memenuhi keinginan Erick itu diambil pada salah satu peristiwa asmaranya di masa silam. Carla sendiri merasa secara tidak langsung ia juga ikut bertanggung-jawab atas terjadinya peristiwa itu.
TAMAT