Waria Piaraan Pejabat

Jakarta yang metropolitan dan ibu kota Indonesia ini dikunjungi oleh segenap warganya dari Sabang sampai Merauke. Disamping masyarakat umum, dengan alasan tugas negara para pejabat dan tokoh masyarakat dari berbagai daerah silih berganti datang pergi dari daerahnya ke Jakarta. Ada yang wakil rakyat, bupati, sekda, TNI, guru, polisi, camat, tenaga ahli, politisi, gubernur, pengusaha, utusan para petani atau buruh dan berbagai profesi lainnya. Menjelang pemilu kemarin banyak pula Caleg yang mondar mandir ke Jakarta.

Tapi, yaahh.. Namanya manusia. Kalau sudah sampai Jakarta, urusan tugas bisa jadi lain. Kebanyakan urusan-urusan itu jadi mengembang. Tetapi bukan berarti tugas yang makin nambah banyak. Yang berkembang adalah selingannya. Dengan akibat urusan utamanya jadi kapiran dengan alasannya kurang waktu atau waktunya terlampau singkat.

Yang namanya tugas khan hanya berlangsung pada jam kerja. Diluar itu orang ber-hak untuk bebas. Dan sebagai abdi negara orang khan juga memerlukan istirahat, relaks atau mencari hiburan agar pikiran tidak lelah atau tegang demi pengabdiannya kepada negara dan bangsa tercinta. Ah, romantis banget nih..

Untuk itu mereka perlu shopping ke Mangga Dua atau Sogo Grand Hyyat. Atau pijat sana dan pijit sini di panti pijat yang banyak terserak di seantero Jakarta. Atau sekedar jalan-jalan 'window shopping' dan 'site seeing' ke berbagai tempat di pelosok-pelosok metropolitan ini. Salah satu tempat yang paling populer dikunjungi oleh para tetamu Jakarta adalah Taman Lawang, tempat mangkalnya para waria di daerah Menteng, Jakarta Pusat.

Taman Lawang ini oleh para waria juga bisa dipandang sebagai metropolitan atau ibukota republik tercinta dalam skala kecil atau mini. Alasannya antara lain adalah, walaupun tidak menampilkan pakaian daerahnya yang tradisional, para waria dari berbagai suku bangsa setanah air bisa ditemui di sini.

Mereka bisa ditandai dari omongannya yang suka diseling dengan bahasa daerahnya atau dari ciri-ciri fisiknya yang khas. Misalnya warna kulitnya. Rambutnya atau lainnya. Ada yang berkulit coklat, ada yang hitam, ada yang kuning, ada yang sipit, ada keriting dan macam-macam ragam lainnya. Yang pantas menjadi teladan nasional adalah, di taman ini yang namanya semangat NKRI atau semangat persatuan dan kesatuan Indonesia tak pernah tergoyahkan. Tak pernah ada perkelahian antar waria, antar suku, antar warna kulit, antar ras dan sebagainya di taman ini.

Kalau toh di tempat ini ada semacam kerusuhan, justru ditimbulkan oleh para petugas Kamtib yang maunya 'sok' bikin tertib para waria. Dan akibatnya para waria pada lari tunggang langgang atau ngumpet sampai Kamtib-nya pergi. Sepertinya ada korelasi antara ciri-ciri penghuni dengan ciri-ciri tamunya di keramaian Taman Lawang ini. Tetapi adanya sentuhan persamaan asal usul antara tamu dan penghuninya itu bukan merupakan motivasi utama adanya kehadiran mereka di sana.

Pada dasarnya mereka, masing-masing pihak, baik tamu maupun penghuni memiliki motivasi sendiri-sendiri. Dan kalau boleh disimpulkan motivasi yang nampaknya dimilki setiap orang yang ada di Taman Lawang boleh dibilang terbagi dalam 2 kelompok besar. Yaitu, demi kepuasan syahwat dan demi uang. Kalau toh ada yang lain, adalah paduan keduanya, yaitu mencari kepuasan syahwat sekaligus mendapat uang. Soal mendapat uang ini bukan semata-mata monopoli pihak penghuni.

Banyak penghuni yang justru sangat tergiur birahinya kepada sang tamu dan dia bersedia mengeluarkan uangnya untuk makan, hotel dan uang saku bagi tamunya. Lho, elok, khan? Tetapi aku nggak akan cerita yang itu. Aku akan kembali kepada Taman Lawang yang merupakan ibukota republik atau metropolitan mini. Yang penghuni dan tamunya datang dari berbagai penjuru tanah air dari Sabang sampai Merauke.

Alkisah, ini hari Jumat malam Saptu. Besok libur. Dalam rasa senangnya menikmati week end Sophia (ini nama asal sebut, jangan ada yang GR, ya) sedang bengong nungguin pemuda favoritnya. Sophia sendiri kalau siang hari punya kesibukan profesional. Dia yang berusia 26 tahun ini adalah seorang disainer grafis pada sebuah biro iklan di Jakarta. Tentu pada saat kerja tak ada yang memanggilnya sebagai Sophia. Di kantornya dia dikenal sebagai Sofyan yang boss para disainer di perusahaan itu.

Namun karena orientasi seksnya, saat matahari telah tenggelam di ufuk barat, Sofyan yang tampan simpatik ini merubah dirinya menjadi Sophia cantik jelita. Di saat malam-malam yang dingin dia banyak menikmati kehidupannya di Taman Lawang yang sangat terkenal di Jakarta ini.

Dari sisi yang lain, Sophia adalah termasuk 3 besar. Dia adalah salah satu dari 3 waria tercantik di Taman Lawang. Ini berkat hasil survey LSTL atau Lembaga Survey Taman Lawang, yang disimpulkan dari hasil jajak pendapat dan gunjingan para tamu maupun para pesaing waria lainnya.

Secara obyektif, aku mengakui kecantikan luar biasa dari si Sophia ini. Lihat saja ukuran vitalnya, tinggi 173 cm, lebih dari persyaratan untuk menjadi peragawati. Berat 60 cm, artinya tingginya langsing, khan?! Dada 36, artinya tidak kalah dengan bintang Baywatch, Pamela Anderson. Pinggulnya 34 sama dengan pinggul Kyle Minoque. Dan daya sensual serta raut wajahnya mirip persis dengan Sophia Latjuba. Yang terakhir inilah yang menjadi sebab mengapa dia dikenal sebagai Sophia.

Aku sendiri sering berdecak kagum kalau melihat Sophia melangkahkan kakinya yang bak kaki belalang itu. Dengan sepatu hak tingginya dia pertunjukkan betapa betisnya yang padat berisi itu sepertinya tongkat base ball yang bergantian mengayun untuk melentingkan bolanya.

Kemudian saat dipadukan dengan bayangan pahanya yang nampak dari balik celana panjang, rok maupun short pantss-nya, dia benar-benar tampil sebagai seorang bidadari waria yang turun ke bumi Taman Lawang ini. Rasanya kalau ada Indonesian Waria Idol para jurinya nggak perlu berlelah-lelah memilih siapa yang terbaik saat berhadapan dan menyaksikan Sophia ini. Bagi orang awampun tidak terlalu sulit untuk menerima 'brand name'-nya yang merupakan replika dari bintang iklan dan sinetron yang panas dan cantik Sophia Latjuba.

Sophia bukan waria yang getol cari uang, walaupun dia mau uang. Dia lebih mengutamakan kepuasan batin. Di Taman Lawang ini dia bisa meng-ekspresikan dirinya. Sofyan bisa menyalurkan orientasi seksualnya dengan mengubah didirinya sebagai Sophia. Dia bisa mendengar dan menikmati decak kekaguman orang-orang pada penampilan Sophia-nya. Dia juga bisa menggapai kepuasan seksual dan menyalurkan hasrat syahwat birahinya kepada dan dari siapapun yang dia inginkan. Kalau toh ada uangnya, itupun dia lebih rasakan sebagai salah satu bentuk pengakuan orang lain atas kekaguman akan kecantikan serta daya pikat seksualnya.

Malam ini Sophia sedang menunggu Antony yang masih berdarah semit itu. Bapaknya yang orang Yordania dan ibunya dari Bandung membuat Antony menjadi seorang yang sangat tampan, walaupun tetap menyukai oncom Bandung dan asinan Bogor. Badannya nampak bongsor dengan bulu-bulunya yang memenuhi tubuhnya. Hidungnya yang mancung bisa membuat seorang Antonio Banderas menjadi tidak tampan lagi kalau berdampingan dengan Antony ini.

Baik Antony maupun Sophia keduanya saling 'kesengsem'. Keduanya memiliki penis gede dan panjang yang kalau ngaceng keduanya menunjukkan bonggol kepalanya berkilatan mengundang orang untuk mengulum dan melumatinya. Lubang kencingnya yang lebar serta urat-urat pada batangnya selalu merangsang hasrat seksual mereka berkobar menyala-nyala.

Keduanya sangat tampan dan cantik. Bahkan demikian pula Sophia saat tampil sebagai Sofyan. Dan keduanya sangat saling membutuhkan serta mengisi relung-relung nafsu birahi mereka. Tadi siang Antony telpon dan berjanji menemuinya di Taman Lawang ini. Tetapi sudah terlalu malam Antony belum nongol juga. Sophia sih tak terlampau kecewa. Baginya Antony adalah semacam telur ayam kampung. Sesekali ditenggak untuk sekedar memulihkan staminanya. Dan untuk Antony-nya Sophialah yang selalu mengeluarkan uang.

Tiba-tiba sebuah Audi A3 tahun 2004 berhenti didekatnya. Kaca muka mobil terbuka dan nongol sebuah wajah. Tak ada yang pernah melihatnya. Mungkin pendatang dari luar Jakarta yang memang termasuk yang selalu meramaikan Taman Lawang ini.

Dia menyapa Sophia dengan, "Hai".
Sophia menerima tetamu dengan ramah, dia jawab pula dengan, "Hai".
Kemudian seseorang turun dari mobil, mendekat dan menyentuh tangan Sophia, "Apa kabar, Sophia?"
"Baik, dari mana Mas?" jawab Sophia bercampur bangga tamu asing ini telah mengenali namanya.
"Saya dari seberang lautan Teman saya ngasih tahu kalau ke Jakarta mampir ke Taman Lawang cari saja yang paling cantik, namanya Sophia" kata sang tamu dengan sedikit ber-humor penuh romansa pinggir jalanan.
Tak urung menambah bangganya hati Sophia, "Kok langsung ngenalin?".
"Tebak-tebak saja. Dan lagian mana sih yang lebih cantik? Dan ternyata kamu benar-benar mirip Sophia Latjuba, loh" lanjut tamu itu yang membuat Sophia makin tersanjung.

Pengakuan-pengakuan macam begini yang selalu ditunggu Sophia. Walaupun telah diucapkan oleh beribu orang lain, mendengar itu diucapkan kemabli oleh seseorang tetap saja bisa memberikan kepuasan batin bagi Sophia.

"Mas mau jalan-jalan kemana?" Sophia memberikan dorongan sambil tangannya meraih selangkangan
"Aku pengin puter-puter lihat Jakarta. Mau ikut? N'tar kalau lapar makan kalau haus minum kalau pengin lainnya cari tempat parkir. OK?!" woowww.. Rancangan yang 'nice'.
"Nggak takut nyasar?" pancing Sophia,
"Siapa takut?" gaya sang tamu menirukan 'copy write' iklan shampo.

Kalau hati sedang senang kenapa mesti mikir kelamaan. Ini ajakan yang eksotik dan erotik. Dari tampilan dan gaya bicaranya dia merasa sedang berhadapan dengan seorang tamu yang cukup 'handsome' yang menunjukkan kemewahan dan keramahan. Siapa tahu tamu ini bisa memberikan selingan dari rutinitas hidup yang dihadapi Sophia sehari-hari. Dia merasa pendekatan tamu ini padanya mesti direspon dengan baik. Dan.. Jadilah. Mereka menderu ditengah keramaian Jakarta diwaktu malam.

Ditengah mengalirnya cahaya lampu jalanan metropolitan yang menerobos ke interior mobilnya, sambil meraih kemudi di tangan kanan dan meremasi tangan Sophia di tangan kiri, sang tamu memperkenalkan dirinya lebih jauh. Namanya Danu Roso. Dia adalah seorang pejabat daerah. Seorang bupati dari sebuah propinsi di tanah air.

Jangan bengong atau heran, menurut para ahli ilmu kejiwaan, lebih dari 10% lelaki memiliki orientasi homoseksual atau cinta sesama lelaki. Dan lebih dari itu, mungkin s/d 30% para lelaki cenderung seorang biseksual. Orang itu bisa mencintai perempuan dan sekaligus cinta sesama lelaki. Dengan beberapa perbedaan yang dimungkinkan, orang macam Pak Danu yang suka waria ini, mungkin bisa dimasukkan dalam kategori biseksual. Dia mencintai kecantikkan perempuan sekaligus seorang lelaki. Dia menyenangi seorang 'ladyboy'.

Jadi bukan aneh atau tak mungkin dari sekitar 300 kabupaten yang ada di tanah air ini, setidaknya ada 30 orang bupatinya berorientasi seksual macam Pak Danu yang menunjukan minatnya pada seorang waria macam Sophia ini. Belum dihitung lagi macam pejabat lainnya.

Kabupaten yang dipimpin Pak Danu Roso ini memiliki Gross Domestic Bruto yang tinggi. Dan rakyatnya yang hanya sekitar dari 1 juta orang memiliki pendapatan per kapita tertinggi di nusantara ini. Danu Roso baru 4 bulan menduduki jabatannya. Beberapa milyar rupiah telah dia pertaruhkan untuk memperebutkan posisi strategis itu. Hasilnya adalah, dia dipilih secara 'demokratis' oleh para wakil rakyat.

Danu Roso adalah bupati yang dicintai rakyatnya. Buktinya tak ada satu pihakpun yang menolaknya. Tak ada demo dari LSM. Pokoknya, dengan modal yang dimilikinya semua pihak harus mendapat bagian, begitu pesan Pak bupati pada 'team sukses'-nya. Yaa.. Begitulah kwalitas para pejabat di tanah air kita ini. Itulah politik uang sang bupati. Jabatan baginya adalah sebuah lapangan usaha berdasarkan prinsip kekuasaan. Untuk itu memerlukan modal, kalkulasi dan keberanian.

Danu Roso yakin bahwa apa yang dipertaruhkan akan kembali. Seluruh investasinya akan mendatangkan untung. Analisa rasionya menunjukkan tingkat kelayakan yang tinggi. Jabatannya akan berlaku untuk masa 5 tahun. Tahun ke.1 dan ke.2 harus mengusahakan seluruh investasinya kembali atau Break Even Point-BEP, tahun ke 3 dan seterusnya mulai meraih keuntungan. Itu semua merupakan dialektika dan dinamika politik yang lazim bagi siapapun yang hidup di negeri koruptor no.1 di dunia ini.

Sepanjang jalanan mata Pak Danu tak lepas-lepasnya menikmati penampilan sensual Sophia. Dia sudah mengimpikan sesaat lagi tubuh cantik ini sudah berada dalam pangkuannya. Dia sudah membayangkan betapa nanti hidungnya, bibirnya atau lidahnya akan merambati lekuk liku tubuh indah itu tanpa ada bagian kecilpun yang terlewatkan.

Dia bayangkan betapa bibir Sophia akan dilumatinya. Dan dia yakin kegembiraan hati Sophia saat ini sedang berbunga-bunga karena berkesempatan berasyik masyuk dengan dia seorang bupati. Pasti waria semacam Sophia akan pasrah dan memenuhi apapun yang dia kehendaki. Tanpa 'politik uang' yang mahal dan pakai tinggi Sophia pasti akan melayani sepenuhnya dengan penuh bangga dan sukacita. Nampak membayang senyuman di sudut bibir Pak bupati kita ini.
Saat mesti berhenti di sebuah lampu merah, di keremangan cahaya dalam mobilnya Danu Roso menyandarkan kepala sambil mencium bahu indah Sophia.

Dia mendapatkan respon dan senyuman yang mengembang dari bibir Sophia. Bagi Sophia tamunya kali ini sungguh merupakan tamu istimewa. Disentuh belainya dagu Pak bupati saat nempel di bahunya. Pak bupati langsung serasa dimanjakan. Dia lupakan istrinya, dia lupakan anaknya, dia lupakan DPRD, dia lupakan 1 juta rakyat dan dia lupakan pekerjaan dinasnya di Jakarta. Pak bupati kini sedang perlu istirahat sejenak dan relaks untuk memikirkan hal-hal yang inovatip demi kesejahteraan yang lebih besar lagi bagi daerahnya.

Tangan yang membelai dagunya diambilnya. Telapak tangan Sophia diciuminya. Sophia menggelijang. Lidah Pak bupati terasa kasar pada permukaan telapak tangannya. Syahwat Sophia merinding bergetar. Tangannya menjamah dan meremasi lembut bibir tamunya.

"Soph, ke kamarku saja yok"
"Dimana pak?"
"Aku ada 2 kamar. Satu di Sahid, penginapan resmi untuk tamu-tamu resmi yang mau ketemu aku di Jakarta ini. Satu lagi di Daichi Tanah Abang yang disediakan oleh seorang pengusaha dari daerahku.
Pilih mana?"
"Terserah bapak, to".
Sampai di depan lobby hotel Daichi Pak bupati menyerahkan kunci kamar,
"Sophia langsung tunggu di kamar ya, ini kuncinya. Aku parkir dulu".

Dari kamar Pak bupati pesan makanan. Berbagai makanan serta minuman mewah dan enak melimpah di meja President Suite kamar no. 513 itu. Nampaknya mereka berdua siap untuk 'long play' hingga pagi hari.

Malam itu Sophia memberikan yang terbaik bagi tamunya. Pak bupati mendapatkan layanan hebat dari bidadari Taman Lawang ini. Layanan yang sangat spesial yang hanya diberikan untuk tamu spesial pula. Lidah Sophia melata pada tubuh Pak Danu Roso. Seperti kucing yang memandikan anaknya, dengan bibir, lidah dan ludahnya Sophia merambah dan memandikan tubuh berikut lambang-lambang ke-lelaki-an Pak Danu.

Pak Danu Roso merasakan betapa 'mandi kucing' yang diberikan Sophia telah memberikan sensasi syahwat yang luar biasa. Tak ada secuilpun bagian tubuhnya yang terlewat dari jilatan lidah Sophia. Semua lembah, bukit, palung beserta semak belukar yang ada di tubuh Pak bupati tanpa ada yang terlewatkan dirambah oleh kecupan bibir dan jilatan lidah sang bidadari.

Setiap sapuan lidah Sophia melata merambati bagian-bagian peka tubuhnya, setiap kali itu pula syahwatnya tergetar dan membuat tubuhnya bergelinjang luar biasa. Desah, rintih dan racau berkesinambungan terus menerus keluar dari mulut Pak bupati. Hampir sepenuh malam Pak bupati tak pernah menginjak bumi. Sophia telah membuatnya terus melayang-layang mengarungi angkasa nikmat birahi yang tak terhingga.

Hingga menjelang pagi, penis Pak bupati telah 4 kali menumpahkan berliter-liter sperma ke mulut Sophia. Tetapi energinya tidak nampak susut. Penisnya yang cukup gede bagi rata-rata ukuran orang Indonesia masih tetap tegak menantang. Adakah dia pakai resep dari daerahnya? Pasak Bumi kali, ya?! Dan dari sinilah kisah anak manusia ini bermula..

Ketika segalanya seharusnya usai, justru di kamar President Suite Daichi ini segalanya baru mulai. Pak Danu Roso benar-benar terseok dan tersungkur lahir maupun batinnya. Dia jatuh hati kepada Sophia. Pak bupati jatuh cinta kepada bidadari Taman Lawang.

Apa yang telah diberikan Sophia demi kepuasan syahwatnya sungguh luar biasa. Dia nggak pernah menerima kenikmatan sebesar itu. Baik dari istrinya maupun dari perempuan sundal atau dari waria lain. Sophia telah memberikan pengalaman syahwat birahi yang penuh sensasi. Kini, dengan sepenuh percaya dirinya, dengan tanpa merasa takut atau khawatir akan mengancam martabat maupun harga dirinya Pak Danu Roso melamar Sophia. Matanya memandang dengan tajam ke mata Sophia,

"Soph, maukah kamu jadi istriku? Maukah kamu melayani aku saat-saat aku di Jakarta? Maukah kamu jadi piaraanku? Sophia, aku jadi sangat mencintai kamu. Maukah kamu menerima cinta tulusku?"

Sesungguhnya kata-kata semacam itu sudah sering dia terima dari berbagai lelaki lain. Tapi pada kali ini bagi Sophia omongan ini bukan omongan orang biasa. Ini omongan dari orang yang cukup berwibawa dan 'handsome' dengan usianya yang relatip muda, 48 yahun. Dia yang terpilih oleh 1 juta rakyatnya untuk menjadi penguasa daerah. Ini omongan seorang bupati. Sophia berusaha memberikan respon,

"Pak bupati, jangan.., nanti bapak jadi repot.. Sudahlah. Saya akan selalu melayani bapak walaupun tidak harus bapak pinang macam ini. Percayalah".

Tetapi bagi Pak bupati yang sedang terseok dan tersungkur ini respon Sophia semacam itu terdengar seperti penolakan terhadap cintanya. Pak Danu Roso bukan orang yang biasa menerima penolakan. Dia harus bisa meyakinkan Sophia dan menundukkannya. Dia nggak akan mundur. Tanpa banyak pikir dan timbang Pak bupati langsung menggunakan 'politik uang'nya. Dia menaikkan tawarannya, bahkan melipat gandakannya,

"Nggak ada yang repot bagiku. Lihat Sophia, kalau kamu meluluskan permintaanku, untukmu telah kusediakan rumah lengkap dengan isinya di Bintaro Indah. Aku ingin menunjukkan padamu bahwa aku bersungguh-sungguh pada apa yang aku sampaikan pada kamu tadi. Aku benar-benar mencintaimu dan ingin kamu selalu berada di sampingku".

Edan, batin Sophia. Kini pikirannya jadi risau. Adakah Pak bupati ini benar-benar sadar akan apa yang dia ucapkan? Kini saatnya bagi Sophia harus menceritakan segalanya yang berkaitan dengan dirinya secara lugas, terus terang apa adanya. Sophia ingin mendapatkan keyakinan bahwa ucapan Pak bupati bukan 'asal bunyi' atau 'asbun'.

Dia ceritakan siapa dia, apa dan bagaimananya. Dia berusaha menceritakan sisi jelek maupun baiknya. Sophia memang orang yang terbiasa jujur dan apa adanya. Bahkan dia juga ceritakan adanya hubungan dengan seseorang yang bernama Antony itu. Pak bupati mendengarkan bicara Sophia dengan penuh kekaguman. Bukan kagum pada isi bicaranya tetapi lebih ke polah tingkah Sophia saat bicara. Dia semakin terpesona saat melihati bibir-bibir indah Sophia membuka dan menutup saat bicara. Pak bupati juga terpesona dengan vokal yang keluar dari bibir indah itu.

Sementara kupingnya mendengarkan tangan Pak bupati terus bergerilya. Tangan-tangan itu merabai dan meremasi bagian-bagian sensual di tubuh Sophia. Pak Danu Roso sangat terangsang saat menyentuhi penis gede dan panjang milik Sophia ini. Penis gede Sophia itu justru membuat niat Pak bupati semakin kenceng untuk memiliki Sophia. Setidaknya saat-saat dia berada di Jakarta.

Untuk hal-hal lainnya, dia sama sekali menyukai apapun keadaan Sophia. Soal Antony itu urusan dan terserah kepada Sophia. Pak Danu yakin tak akan terganggu dengan adanya Antony. Bukankan secara kelaziman, hubungan yang sedang terjadi inipun juga tidak lazim?! Dia mengagumi profesi yang dilakukan Sophia sebagai Sofyan yang disainer perusahaan iklan. Bahkan dia menawari apakah mau bikin perusahaan sendiri untuk menunjang profesinya? Berapa modal yang diperlukan?

Sophia tidak menjawab tawaran hebat Pak bupati. Yang dia rasakan kini adalah remasan tangan Pak bupati yang membuat penisnya semakin gede dan keras tegak mencuat dari selangkangannya. Dia menyaksikan betapa Pak bupati semakin asyik melihati penis hangat yang panjang penuh otot melingkar-lingkar di seputar batangnya itu. Matanya tak berkedip mengamati kepala dan lubang kencingnya. Dia melihat titik bening meleleh dari lubang itu. Nampaknya Pak Danu Roso diserang hasrat syahwatnya kembali.

Kini Sophia dengan kepala penisnya yang berkilat-kilat karena ngacengnya yang maksimal sedang pasrah dan menunggu. Dengan semangat penasarannya Pak bupati jadi penyerang. Dia menampilkan keasliannya yang tak sabaran. Dia mendekatkan wajahnya. Bibirnya membuka menyongsong kepala penis Sophia yang sangat menantang itu. Pak Danu Roso mulai dengan menyapukan lidahnya, menjilat precumnya. Dia kecapi asin precum Sophia sebelum akhirnya mengulum penisnya.

Sophia langsung kelabakan dan menggelinjang. Geliat tubuhnya mengaduk seprei ranjang hotel. Dia mendesah sambil meremas-remasi rambut Pak bupati. Dia merasakan nikmat tak bertara saat mulut Pak bupati mengenyot-enyoti penisnya. Rasa geli luar biasa merangsang syahwatnya untuk meledak. Dan akhirnya tak memerlukan waktu lebih lama, setelah segala upaya dan daya tahan dipertaruhkan, Sophia tak mampu lagi membendung spermanya. penisnya berkedut keras disertai dengan semprotan kuat. Gumpalan kental hangat muncrat menyembur dari lubang kencingnya.

Sophia berteriak tertahan sambil kedua tangannya kuat-kuat menahan kepala Pak bupati dan menekan agar penisnya lebih menyeruak menusuk tenggorokkannya. Baru kali ini Pak Danu merasakan dan mengecapi sperma waria. Sperma itu begitu kental sehingga Pak bupati serasa bisa mengigit-gigit dan mengunyahnya. Rasanya sangat manis dan gurih seperti rasa kelapa muda yang sangat muda.

Akhirnya kedua insan manusia itu jatuh terlelap. Mereka tertidur pulas sesudah lebih dari 4 jam tanpa jeda berasyik masyuk yang sangat menguras tenaganya. Dengan selimutnya yang hanya terpasang setengah Pak bupati telanjang memeluki Sophia yang telanjang pula. Nampak wajah Pak bupati nyungsep ke ketiak Sophia sambil tangan kanannya masih menggenggam batang penisnya yang gede itu.

Jam 8 pagi keesokan harinya..

HP Pak bupati memanggil. Dengan terhuyung Pak Danu Roso bangkit dari tidurnya. Dari ujung sana terdengar pesan bahwa pertemuan dengan Koperasi Tani dan Nelayan akan dilaksanakan jam 11 siang untuk dilanjutkan dengan makan siang bersama. Saat ini panitia menunggu konfirmasi dari Pak bupati.

Dengan matanya yang masih setengah ngantuk Pak bupati nengok kembali ke ranjang. Dia menyaksikan pemandangan yang sangat membangkitkan birahinya. penis Sophia yang gede panjang itu nampak menjuntai di selangkangannya yang putih bersih. Rambut kemaluannya menambah indahnya tampilan penis itu. Sambil mengelusi kemaluannya Pak bupati menjawab penelpon di seberang sana, suara jawabannya menampakkan perasaan iba yang dalam.

"Bb.. Bagaimana.. Kalau pertemuan itu ditunda sampai Senin siang. Aku.. Rasanya kena influensa ini. Tadi saya sudah janjian dengan dokter di RSPP untuk check dan recheck kesehatan"
"Bb.. Bbaik, pak" akhir jawaban dari ujung sana yang terbawa perasaan iba pula.

Pak bupati langsung tutup telponnya dan dia matikan batery HP-nya. Dia putuskan segala hubungan dengan dunia luar. Dengan tak sabar dia merangkaki kembali ranjangnya. Dia merangkak ke arah selangkangan Sophia yang masih tertidur itu. Bibirnya langsung mendekat dan nyosor tenggelam dalam palung selangkangan indah itu. Hidungnya yang mengendusi batang penis Sophia langsung diterpa baunya yang khas. Lidahnya sesaat menyapu-nyapu batang yang masih meng-ulai itu sebelum akhirnya dia melumatinya.

Sophia yang sejak tadi memang masih berat untuk melek dan bangun kini menggeliat. Dia merasakan penisnya dalam kehangatan mulut Pak bupati. Bibirnya langsung mengeluarkan desahan sambil tangannya mengelusi kepala Pak bupati. Pak Danu Roso telah ketagihan untuk kembali mengecapi sperma kental Sophia. Rasa kelapa muda yang lengket gurih. Kentalnya hingga bisa dikunyah-kunyah dan digigit itulah yang membuat Pak Danu Roso ingin merasakannya kembali.

Kini Pak bupati mulai memompa dengan mulutnya. Sementara Sophia juga mengayun dengan menaik turunkan pantatnya agar penisnya yang telah ngaceng dan tegak kaku ini bisa menjemputi mulut Pak bupati. Duh, nikmat banget niihh..

Tangan Pak bupati juga bergerilya untuk lebih merangsang birahi Sophia. Jari-jarinya di tusukkan ke analnya. Jari kanannya berusaha meruyak masuk ke lubang itu. Akibatnya bukan main. Sophia langsung makin liar mengayun pantat dan pinggulnya. Dia kini menggoncang-goncang ranjang hotel itu. Jari-jari tangan Pak bupati yang makin menusuk ke lubang duburnya benar-benar memberikan nikmat syahwat tak terhingga.

Lamaran yang mengungkapkan keinginan hati dan jiwa Pak bupati masih belum dijawab oleh Sophia. Hal itu membuatnya semakin penasaran. Ternyata Sophia ini bukan macam perempuan umumnya. Dia sama sekali tidak menunjukkan gemingnya saat mendengar lamarannya.

Jabatan bupati yang disandangnya dan tawaran harta atau uang untuk modal membuat perusahaan tidak membuat Sophia langsung 'yes'. Sungguh mati, Pak Danu Roso sangat heran.

Tetapi sesungguhnya jauh di lubuk hati dan relung jiwanya dia bukan sekedar heran. Dia kagum. Kok ada seseorang, apalagi di jamannya serba uang ini, kebetulan orang itu adalah Sophia yang waria, tidak tergiur untuk serta merta menyambar tawarannya yang bukan main itu. Tiba-tiba dia merasa jadi kecil. Dia merasa kalah secara moral kepada Sophia. Bahkan lebih buruk lagi, dia sangat hina di hadapan waria Taman Lawang ini.

Ataukah mungkin ada sebersit keraguan atau khawatir pada hati dan pikiran Sophia?!
"Tetapi ketiak ini sungguh sangat nikmat dalam jilatan lidahku. Biarlah aku melahapi tubuhnya sepuasku. Biarlah kunikmati apa yang kini telah kuraih. Masa bodoh dengan yang lainnya" demikian sebersit pikiran Pak Danu yang kini tenggelam dalam nikmat syahwat tubuh Sophia. Dia tetap yakin Sophia akan menerima lamarannya.

Dia akan ganti memandikan Sophia yang belum mandi ini dengan lidahnya. Bau asem tubuh indahnya sangat merangsang birahinya. Dia tak akan melewatkan se-inchipun tubuh Sophia luput dari lumatan bibirnya. Kini biarlah Sophia yang merasakan nikmatnya 'mandi kucing'. Pak bupati merangseki lembah, palung dan bukit-bukit indah tubuh Sophia dengan hati merana.

Sophia merasa dimanjakan oleh Pak bupati. Pada pagi yang masih dingin ini Pak Danu telah menjemput tubuhnya dengan lumatan bibir dan jilatan lidahnya.'Mandi kucing' yang kemarin dia suguhkan kepada Pak bupati kini dikembalikan lagi kepadanya. Dan Pak bupati benar-benar sangat profesional dengan sepenuh perasaan dia melakukan itu semua.

Dia mendapatkan getaran syahwat yang sangat sensasional saat merasakan betapa bibir dan lidah Pak bupati merambah lubang duburnya. Lidahnya yang terasa mendesaki pusat lubangnya seperti kepala ular yang mematuk-matuk untuk merobek kulit telur penyu yang liat untuk santapan paginya. Lidah itu tak mampu menembusi lubang analnya. Sophia memperdengarkan desahan dan rintihannya yang sangat mengibakan dan membuat Pak Danu menjadi sangat liar.

Pertarungan pagi itu berakhir dengan muncratnya sperma Sophia ke mulut Pak bupati yang langsung dengan gagap dan penuh nafsu dia kunyah-kunyah dan telan habis cairan lengket kental semanis dan segurih kelapa muda itu. Untuk beberapa saat seusai pertarungan pagi mereka bermalas-malasan di ranjang.

Saat sarapan pagi di kamarnya, Pak Danu Roso kembali menyampaikan lamarannya kepada Sophia. Edan.. Sophia benar-benar memainkan peranannya selaku pemegang 'bargenning position' yang hebat. Dia hanya menjawab dengan senyuman manisnya. Sebuah senyuman itu mengandung 'powership' yang hebat pula. Sebagai seorang penguasa di daerahnya, pagi ini Pak bupati berada di benar-benar bawah 'powership'-nya waria Taman Lawang itu.

Pak bupati tidak mampu meyakinkan lebih jauh. Jawaban 'YA' tak kunjung keluar dari bibir Sophia yang cantik itu. Dia tidak tahu bagaimana membaca senyuman itu. Ah, kalau Sophia itu seorang diplomat, pasti dia adalah diplomat yang ulung. Yang dengan senyumannya bisa menjatuhkan lawannya.

Untung Pak Danu bukan orang yang cepat menyerah. Untuk tahap awal keduanya bersepakat akan tetap tinggal bersama hotel ini hingga besok malam. Hari ini Pak bupati akan mengajak Sophia melihat rumahnya di Bintaro Indah. Sophia akan berubah menjadi Sofyan yang disainer iklan itu yang diaku sebagai adik sepupunya. Pak Danu Roso turun ke shopping arcade untuk mencarikan setelan celana panjang dengan T. Shirt untuk Sofyan.

Kini tampillah Pak Danu Roso bersama adik sepupunya pergi bermobil ke arah Bintaro Indah. Sofyan pegang kemudi Audi A3 tahun 2004 untuk menyusuri jalan-jalan macet metropolitan. Walaupun mereka sudah pas berlaku sebagai kakak dan adik sepupunya namun kedua orang ini terus berasyik masyuk menyalurkan roman birahi di sepanjang jalan. Tangan Pak Danu terus menggenggam dan mengelusi kemaluan gedenya Sofyan.

Lumayan. Ini rumah type 76 dengan luas tanahnya yang 200 m2. Rasanya harganya tidak kurang dari 350 juta rupiah. Di garasinya ada VW Beatle 2000. Perabotan rumahnya lengkap dari ruang tamu sampai ke dapur. Rumah itu kosong tanpa penghuni. benar-benar kosong. Yang ada hanyalah penjaga malam yang disewa dari kampung sebelah, Pak Giman panggilannya.

Terus terang Sophia merasa sangat tersanjung menghadapi cara Pak bupati melamarnya. Dia akan menyerahkan rumah ini dengan segala isinya apabila bersedia menerima pinangan Pak Danu Roso.

"Sofyan.. Ehh.. Sophia.., aku hanya minta kesediaan kamu saat aku berada di Jakarta. Di luar itu terpulang kepada kamu. Dan aku berikan semua ini dengan penuh ikhlas untukmu".

Bukan main ucapan Pak Danu itu. Dia heran dan terus terang sejak pertama mendengar apa-apa yang dilontarkan oleh Pak bupati Sophia tidak pernah sepenuhnya percaya. Bahkan terlintas dalam pikiran Sophia bahwa semua ini didapatkan oleh Pak bupati dengan gampang. Mungkin sangat gampang.

Bukankah seorang macam Pak Danu punya banyak kesempatan untuk menjual jabatan dan kekuasaannya. Dan bukan tidak mungkin ini bukan satu-satunya yang dia dapatkan. Bagi Sophia syarat yang diminta Pak bupati tidak akan memberatkan apa-apa padanya. Jadi dia sekarang berpikir,

"Apa salahnya aku terima ini semua dengan catatan kalau suatu saat ternyata timbul masalah, ya.. Enteng-enteng saja aku akan melepaskannya kembali tanpa kecewa atau sakit hati. Hitung-hitung pondokkan gratis, khan?!". Lumayan, tidak perlu mengeluarkan biaya pondokkan yang 1 juta rupiah perbulan itu.

Akhirnya terjadilah kesepakatan bersama itu. Sophia bersedia menjadi 'istri' Pak bupati, khususnya saat-saat Pak bupati berada di Jakarta. Dan Sophia akan pindah ke rumah baru ini.

Yang benar-benar menjadi kejutan bagi Sophia adalah ternyata Pak bupati menyerahkan semua surat-surat rumah dan mobil berikut pernyataan serah terima bermeterai Rp. 6 ribu untuk a/n Sofyan Ganjar sesuai KTP yang selalu dibawa-bawa Sophia kemanapun dia pergi. Jadi ini benar-benar pemberian yang sah dari Pak Danu Roso untuk Sofyan yang adalah Sophia yang dimaksud. Tetapi seperti biasa, Sophia tidak terlampau menunjukkan perasaannya. Dia hanya mengucapkan terima kasih untuk kebaikan Pak Danu kemudian mencium bibir Pak Danu sambil tangannya meremasi penisnya yang membayang dari balik celananya.

Lantas, karena remasan Sophia itu Pak Danu menggandeng tangan dan merengkuh pinggangnya menggelandang Sofyan memasuki kamar tidur rumah baru itu. Ranjang spring bed itu menjadi saksi. Pak Danu menelanjangi Sofyan dan meraih penisnya. Kini dengan penuh ke-sadaran-nya yang disertai dengan gejolak syahwatnya dia menciumi tubuh Sofyan, bukan Sophia. Dia belum pernah mengalami sebelumnya. Dia kini merasakan adanya sebuah sensasi. Dia benar-benar berasyik masyuk dengan sesama lelaki. Ya, lelaki bernama Sofyan ini.

Dalam terpaan sensasinya itu dia kini mengejar kenikmatan syahwat sebagaimana yang dia kejar dan dapatkan tadi pagi. Dia mengulangi apa yang dia lakukan pada Sophia hingga sperma kental Sofyan muncrat tumpah ke mulutnya. Pak Danu melumat dan menjilati seluruh bagian tubuh Sofyan. Dia merasakan betapa nikmat bulu-bulu Sofyan yang terserak di seantero tubuhnya menari-nari dalam lumatan bibirnya. Dia juga heran, betapa tak ada keraguan saat lidahnya menjilati lubang anal Sofyan.

Dari rumah Bintaro mereka melarikan mobilnya ke arah Sukabumi. Sofyan mengajak Pak Danu makan di Restoran Sunda Rasuna (bukan nama sebenarnya) sekitar 3 km sebelum memasuki kota Sukabumi. Bahkan malam itu mereka tidak kembali ke Jakarta. Mereka memilih tinggal semalam di salah satu pondok yang tersedia di Rasuna yang nyaman itu. Kembali Pak Danu dan Sofyan menghabiskan malam-malamnya dengan saling jilat dan saling lumat.

Kembali Sophia atau Sofyan mempersermbahkan paket istimewa untuk Pak Danu. Dengan penuh kelembutan Sophia mengolah kepekaan anal Pak Danu. Diseling dengan jilatan dan lumatan bibir dan lidahnya jari-jari tangannya memainkan lubang yang mudah merangsang syahwatnya itu.

Saat kekhawatiran pupus menjadi keinginan, kemudian keinginan pupus menjadi kebutuhan kemudian kebutuhan pupus menjadi tuntutan, Sophia menggiring tubuh Pak Danu supaya nungging seperti anjing hingga lubang analnya terbuka sementara kepalanya bertelekan ke bantal. Sesaat lamanya dia masih menjilati lubang itu untuk kemudian bangun dengan setengah berdiri.

Kini saatnya Sophia atau Sofyan memenuhi tuntutan syahwat Pak Danu. penis gede Sofyan yang telah siap tegak kaku dengan kepalanya yang licin mengkilat di arahkan ke lubang anal Pak Danu. Dengan sedikit ludah untuk melicinkan, kepala itu pelan-pelan didorongnya untuk menembusi lubang anal itu.

Pada awalnya adalah jerit pedih kecil 'uucch' keluar dari mulut Pak Danu. Kemudian kembali terdengar jerit 'aduh' dan 'jangan' tanpa tolakan yang nyata. Sofyan terus mendorongnya dengan kembali mengoleskan ludah, baik di mulut anal Pak Danu maupun pada kepala penisnya."Relaks, pak, relaks saja.. Lemesin.." Sofyan memberikan arahan pada Pak bupati.

Didorong dan ditariknya berulang-ulang hingga dia merasakan lubang anal Pak Danu mulai terkuak. Dan entah seberapa, ujung penis Sofyan merasakan disambut oleh hangatnya lubang anal Pak Danu Roso. Sofyan memaju mundurkan pantatnya mendorong dan menarik kemaluannya yang senag berusaha memebusi anal Pak Danu. Hingga akhirnya..
Blezz..
Kini yang terdengar dari mulut Pak Danu adalah.. Desah dan lenguh.

"Heecchh.. Terruzz.. Sofyann.. Teruzz" suara yang hanya keluar dari mulut yang sedang ditimpa kenikmatan birahi yang luar biasa. Pada saat seperti itu tak ada lagi bupatinya, yang ada kini adalah Danu Roso yang sedang kerasukkan nikmat syahwat.

Sofyan sangat tahu bahwa kini segalanya telah beres. Dia mulai mengayun dengan penuh irama. Dia juga sangat menikmati tusukkannya. Gaya 'anjing kawin' macam ini sungguh memberikan nikmat yang tak terhingga. Sofyan serasa terbang ke awang-awang, dengan matanya uang setengah merem dia mengayun untuk menapaki jenjang nikmat untuk meraih puncak-puncaknya.

Bagi pada Pak Danu inilah pengalaman pertamanya merasakan penis lelaki lain menusuki lubang pantatnya. Selama ini dia selalu menghindar karena takut kesakitan. Tetapi Sofyan sungguh pintar. Dia bisa menuntun Pak Danu mencoba kenikmatan sensasional ini. Memang pada awalnya yang dirasakan adalah sakit yang luar biasa. Tetapi itu hanya sesaat. Dan pada tahap berikutnya sakit itu bergeser menjadi rasa gatal penuh rangsangan yang sangat menggodanya.

Pada saat itu dia mulai pengin sepenuhnya menerima kehadiran penis Sofyan dalam analnya. Dia berusaha lebih relaks dan melemaskan ketegangan pada pantatnya. Hingga mulai terasa katup analnya membuka. Kemudian kepala kemaluan Sofyan yang licin menyibak masuk untuk menembusinya. Dan berikutnya adalah rasa yang sungguh bukan main..

Rasa itu langsung mendongkrak hasrat birahinya. Belum pernah Pak Danu didatangi rasa syahwat macam ini. penis gede Sofyan itu pelan-pelan terus mendesak dan menguak lubang duburnya. Dinding-dinding anusnya terasa semakin mencengkeram. Dan keluarlah desah dan lenguhnya yang penuh nikmat tadi.

Apa yang terjadi berikutnya adalah sebuah paduan gerak dan nyanyian birahi. Pak Danu yang bergaya anjing nungging memaju mundurkan pantatnya dan Sofyan sebagai 'joki' mendorong dan menarik penis gede panjangnya. Dendang nikmat dalam bentuk desah, rintih atau lenguh saling bersahut dari mulut-mulut Sofyan maupun Pak Danu. Dan itu berlangsung dengan intensitas yang semakin meninggi.

Saat irama waltz berubah jadi cha-cha, kemudian cha-cha berubah menjadi tango, berikutnya dari tango menjadi rock dan akhirnya rock menjadi hard-rock, maka tahulah semuanya. Mereka kini sedang berkejaran menuju puncak nikmatnya. Panas dan pedih analnya menerpa karena hunjaman bertubi dari penis Sofyan tak lagi menjadi hambatan untuk terus mengimbangi dan menjemputi keluar masuknya penis gede itu. Demikian pula Sofyan. Lubang anal 'perawan' Pak Danu yang sempit itu terasa meremasi batang penisnya dan juga membuatnya linu dan pedih. Tetapi kenikmatan pacuan itu tak akan pernah berhenti.

Nampak dari kejauhan garis final telah melintang. Pak Dany merasakan urat-urat pada dinding analnya semakin keras mencengkeram penis Sofyan. Dan sebaliknya Sofyan merasakan betapa cadangan spermanya kemungkinan akan terkuras muncrat habis-habisan dalam lubang anal Pak Danu.

Kini hasrat syahwatnya tanpa ragu merenggut rambut Pak bupati. Tangannya memegang seperti seorang joki memegang surai kudanya. Dia tarik rambut itu sambil penisnya menghunjam-hunjam lebih dalam lagi ke analnya. Teriakan kesakitan Pak Danu tak menyurutkan nafsunya yang sudah menimpa bak prahara yang tak terelakkan.

Pak bupati heran. Perlakuan kasar Sofyan justru membuat syahwat birahinya melonjak hebat. Tiba-tiba rasa yang begitu nikmat hadir dari helaan tangan Sofyan pada rambutnya. Rasa pedih pada kulit kepalanya mengalir turun merangsang darah di seputar selangkangannya. Rasa pedih di kepala itu berubah jadi nikmat syahwat. Rasanya dia ingin diperlakukan dengan lebih kasar lagi. Tetapi yang terjadi berikutnya justru sensasi baru yang lain. Rentetan kekasaran yang lain disemprotkan Sofyan kepada Pak Danu. Kini rangsangan syahwat mengalir deras melalui telinganya,

"Ayoo, anjingku, rasakan penisku ini. Ayoo.. Rasakan.. Ayoo anjing kau.." ucapan kasar dan sangat kurang ajar keluar dari bibir indah Sophia.

Dan akibatnya sungguh bukan main. Prahara birahinya menerjang sanubari Pak Danu. Prahara itu mendorong tubuh Pak Danu untuk menggoyang pantatnya lebih kencang menjemputi tusukkan penis Sofyan. Dunia seakan berpusing. Keringat Pak Danu rembes dari seluruh pori-pori tubuhnya. Pak Danu seperti kemasukkan jin. Mulutnya meracau hebat.

"Teruzz, enakk, penismu enak bangett.. penismu enakk.. penis Sofyaann.. Enakk.."

Tetapi tubuh Pak Danu langsung luruh dan rubuh. Kain seprei Rafflesia basah oleh keringatnya.
Dia merasa seakan hendak kelenger ketika tiba-tiba merasakan semprotan hangat dalam lubang analnya. Duh.. Duh.. Kedutan-kedutan besar itu.. Dan semprotan hangat.. Oohh.. Teruss Sopfyaann.. Teruuss..

Tetapi kemudian dengan sangat cepat penisnya sendiri menyusul.. Dia tak menduga ketika tiba-tiba penisnya mengencang dan semakin kencang dan membengkak. Dia merasakan seluruh saraf-sarafnya mengalirkan panas ke batang penisnya itu. Dia perlu pegangan. Tangan-tangannya ingin memegang sesuatu untuk cengkeramannya. Dan akhirnya tangan itu mendarat di bantal. Dia meremasi bantal itu. Mungkin hendak merobeknya.

Dan yang dia rasakan kemudian adalah kedutan besar yang diikuti ledakkan. penisnya berkedut dan mengangguk-angguk memompa keluar dan menumpahkan seluruh cadangan spermanya. Sofyan dan Pak Danu telah meraih orgasmenya secara bersamaan. Entah berapa kali mereka berdua berasyik masyuk menimba nikmat birahi sepanjang malam di pondok Rasuna yang dingin dan romantis itu.

Ini adalah hari terakhir Pak Danu di Jakarta. Nanti sore beliaunya sudah harus berada di airport Sukarno Hatta pada jam 16.00. Mereka kini bergegas kembali ke Jakarta.

Sejak hari itu Sofyan sudah resmi jadi penghuni rumah Bintaro Indah. Mereka membagi dua ikat kunci rumah Bintaro. Masing-masing untuk Pak Danu dan Sophia. Maksudnya apabila sewaktu-waktu Pak Danu ke Jakarta dia bisa langsung ke rumah tanpa menunggu Sophia dari kantornya. Mungkin dua insan ini baru akan kembali berasyik masyuk beberapa minggu lagi di depan.

Sophia memerlukan beberapa hari untuk memindahkan barang-barangnya dari tempat kost ke rumah barunya. Dia menghadap ke RT dan RW setempat sebagai Sofyan. Menjelang akhir minggu dia telah resmi menjadi penduduk Bintaro Indah.

Pada malam harinya, Kamis malam, HP Sophia berdering. Antony berada di ujung sana. Dia pengin ketemu. Karena besok harus kembali bekerja, dan badan juga perlu istirahat sesudah 3 hari terakhir terus menerus bergelut dan bergulat dengan Pak Danu, kemudian disambung dengan urusan pindah rumah, Sophia menjanjikan ketemu Antony pada akhir pekan besok.

Dia mengundang Antony ke rumah barunya. Sudah lama Antony ingin berkunjung ke rumah Sophia tetapi selalu ditolaknya. Tampilan ganda Sophia di tempat kostnya akan membuat tidak nyaman bagi keduanya. Tetapi kini Sophia telah berada di rumahnya sendiri.

Jumat sore sesuai janjinya Antony datang dengan 'moge'-nya yang HD 750 cc-nya. Sophia sangat birahi kalau melihat Antony duduk gagah diatas pelana HD-nya itu. Suara menderumnya membuat Antony nampak sangat jantan. Kalau sudah begitu rasanya Sophia ingin secepatnya Antony 'menyengat'-kan penisnya ke haribaannya.

Sesaat Antony melihat-lihat rumah dan isinya. Namun baik Antony maupun Sophia tidak tertarik untuk membicarakannya. Hubungan mereka selama ini hanyalah bersifat praktis dan temporer. Tanpa mesti menyangkut harkat kehidupan masing-masing pribadi. Pada saat memasuki rumah, Antony hanya berpikir, "Oo, ini to, rumah Sophia".
Sementara Sophia juga berpikir,"Ah, dia khan tidak perlu tahu urusan pribadiku".

Mereka lebih memilih saling berpagut melampiaskan kerinduan masing-masing. Inilah pertemuan dua insan yang paling liar dan panas tetapi penuh tulus tanpa embel-embel pamrih macam-macam. Secara syahwati, antara Antony dan Sophia benar-benar saling memendam birahi. Dimata Antony Sophia adalah dewi dan dimata Sophia Antony adalah dewa. Antony akan melatakan bibir dan lidahnya pada indahnya tubuh Sophia dan demikan pula Sophia pada tubuh tampannya Antony.

Malam itu mereka menghabiskan waktu dan tenaganya berasyik masyuk melepaskan ke-liar-an syahwatnya setelah lebih dari 2 minggu tidak saling jumpa. Dari sofa bergeser ke ranjang, balik lagi ke sofa, turun ke lantai parket, bersandar di meja dapur dan juga mandi bersama di bawah shower. Mereka saling semprotkan sperma ke mulut atau anal, saling lumat dan tukar ludah atau meludahi yang lain, atau saling mengencingi tubuh atau mulut yang satu pada yang lainnya.

Suatu saat Antony melepasi ikat pinggang kulit 'Gucci'-nya. Dia menggelandang Sophia untuk merangkak ke arah dinding. Dengan 'Gucci'-nya itu Antony mencambuki pantat Sophia yang putih itu hingga meninggalkan bilur-bilur merah di sekujur pantat dan pinggulnya. Sesudahnya, dibawah tangis pedih dan jeritnya Antony menusukkan kemaluannya pada lubang pantat Sophia. Itulah gaya mereka dalam berhubungan seksual. Itulah seksual total mereka. Sangat hewaniah dengan sepenuh keliarannya. Penuh dengan kejutan-kejutan dan sangat eksplosiv.

Mereka juga sepenuhnya mengeksplorer seluruh macam lendir ataupun cairan dari tubuh untuk saling ditelan dan atau saling ditumpahkan. Rasanya mereka tak akan pernah puas saling gelut, gulat, gumul dan lumat. Hanya kelelahan atau rasa lapar yang membuat mereka berhenti.

Antony dan Sophia sama-sama senang masak. Sebagai selingan asyik masyuknya mereka masuk dapur untuk masak. Sophia mengeluarkan bahan makanan dari lemari es. Antony merajang bumbu dan menyiapkan penggorengan. Dibarengi dengan tuna salad yang dingin dan segar, mereka menyantap shirloin steak daging New Zealand yang lunak dan lezat itu. Sophia mengeluarkan Anker Bier-nya.

"Biar kamu kencing banyak ke mulutku," sambil melepas senyumannya.
"Sama-sama," balas Antony sambil mendentingkan gelasnya ke gelas Sophia.

Dua hari dua malam Antony dan Sophia saling melepas dan meliarkan syahwatnya.

Senin paginya, sekitar pukul 7.30 pagi keduanya keluar rumah untuk berpisah menjalankan tugas dan kewajiban masing-masing. Di Jakarta orang boleh memiliki motor gede atau moge, tetapi tak bisa bebas menaikinya. Dengan HD-nya Antony pulang lewat jalan-jalan tikus masuk kampung. Sofyan langsung pergi ke kantornya.

Perjuangan Sofyan atau Sophia sekarang adalah mengusahakan agar dirinya tak terlampau terpengaruh dengan kekayaan yang tiba-tiba nomplok itu. Sofyan sangat sadar pentingnya orang memiliki karakter. Dan untuk itu seseorang harus melatih diri dan banyak merenungkannya. Misalnya, kalau tidak sangat penting, Sofyan lebih suka mengendarai mobil Toyota bututnya dari pada membawa VW-nya yang mungkin akan mengundang pertanyaan banyak orang.

Pak Danu secara rutin menelpon Sophia. Yang membuat Sophia senang adalah Pak Danu tidak terlampau menampakkan kasmarannya. Rasanya dia memang ikhlas dengan apa yang telah diberikan kepadanya. Tetapi bagaimanapun, Sophia tetap akan setia pada komitmen-nya. Dia akan melayani dengan sebaik-baiknya setiap Pak Danu berada di Jakarta. Bagaimanapun Sophia tetap menganggap Pak bupati ini adalah kekasihnya yang jauh.

Begitulah hari-hari berlalu ganti minggu, minggu berlalu ganti bulan. Hubungan Sophia dan Pak bupati berlangsung lancar tak ada masalah. Kuncinya adalah masing-masing pihak menjalani dengan santai tanpa beban. Apapun yang terjadi mereka lakoni dan selalu menghasilkan nikmat sebagaimana adanya. Karena rasa rindu dendamnya pada Sophia terkadang Pak Danu begitu saja muncul.

Pada suatu akhir pekan, Pak Danu telpon melalui HP-nya ke Sophia, "Sophia, aku sedang di Bandara Sukarno Hatta menunggu taksi. Aku akan langsung meluncur ke rumah nih. Aku kangen banget sama kamu. Liburan akhir pekan ini aku ingin bersama kamu. Sampai nanti, ya".

Begitu menerima telpon Pak Danu, Sofyan lantas bergegas mandi dan dandan. Dia ingin tampil sebagai Sophia yang cantik seksi di hadapan Pak bupati. Sophia tahu bahwa busananya hanya akan dinikmati pada menit-menit pertama oleh Pak bupati. Busana itu sekedar perangsang, semacam 'apertiser', sebelum Pak bupati menelanjanginya untuk 'makan besar' melahapi tubuhnya.

Selanjutnya biasanya Pak bupati ingin menikmati atmosfir lain. Dia akan mengajak tampilan Sophia atau tampilan Sofyan ke hotel, atau Puncak atau pinggir laut macam Putri Duyung Ancol atau cottage-cottage di sepanjang pantai Anyer. Pak bupati bersama Sophia atau Sofyan sama-sama santai dalam menyalurkan syahwatnya.

Bahkan ketika suatu saat tiba-tiba Pak bupati begitu saja muncul di rumah, sementara Sophia sedang meladeni Antony melampiaskan syahwatnya. Pada awalnya Sophia agak khawatir kemungkinan Pak Danu kecewa. Ternyata sebaliknya, Pak Danu justru ikut bergabung. Waktu Pak Danu masuk ke kamar dia menyaksikan Antony sedang memeluk tubuh dan melumati bibir Sophia sambil kemaluannya memompa dan menembusi anusnya. Mereka merupakan pasangan tubuh telanjang yang sangat indah dan memukau birahi Pak Danu.

Dia berusaha untuk tidak mengusiknya. Bahkan Pak Danu tetap berdiri sambil pelan-pelan merabai kemaluannya sendiri. Apa yang kini disaksikannya telah membuat nafsu birahinya panas menyala. Sementara itu Sophia dan Antony yang sedang dilanda kenikmatan syahwat tidak lekas menyadari hadirnya Pak bupati. Pak Danu terus mengelusi penisnya hingga desah dan rintih nikmatnya terdengar ke telinga Antony maupun Sophia.

Mereka berdua sangat kaget dengan hadirnya orang ketiga tanpa tahu bagaimana tiba-tiba dia ada di sana. Tetapi Sophia langsung ingat akan kesepakatan kunci rumah itu. Dengan tenang dia bangun menyongsong dan memeluki Pak Danu. Antony semakin bengong dan tambah kaget. Tetapi semuanya itu hanya berlangsung sesaat. Ketiga orang yang telah memasuki wilayah nafsu syahwat itu dengan cepat memasuki suasana dan kondisi yang sangat 'exciting'.

Mereka bertiga langsung terjun dalam 'three some sex' yang penuh aksi gulat, gelut, lumat, emut, jilat, kulum dan berbagi aksi-aksi ranjang lainnya. Bahkan tanpa ragu Pak bupati nampak menjilati penis Antony yang sedang keluar masuk menembusi anal Sophia. Atau menjilati sperma Sophia yang tercecer di seputar anus Antony. Atau menerima siraman kencing kuning pekat dari Antony dan Sophia secara bersamaan. Demikianlah ungkapan hewaniah syahwat birahi mereka.

Sesudah peristiwa itu beberapa kali Pak Danu telepon dari daerahnya bahwa akan datang ke Jakarta. Pada Sophia dia pesan untuk bisa makan malam bersama Antony. Sophia tentu tahu apa yang dimaksud oleh Pak bupati. Pak bupati ingin menikmati 'three some' bersama Antony.

Siang itu adakah hari ke 2 Pak bupati berada di Jakarta. Sesuai dengan telepon tadi pagi ke kantornya, Pak bupati mengajak agar Sofyan ikut mendampingi dalam pertemuan informal dengan para investor di Mandarin Hotel. Dalam pertemuan itu dia diperkenalkan sebagai adik sepupunya.

Saat pembicaraan yang relatip santai sampai ke topik pembangunan wilayah para hadirin terbentur pada satu masalah bagaimana menggali atau mengeksplorasi sumber-sumber daya daerah. Berbagai usulan dilemparkan ke forum dari hadirin secara berkeliling. Sofyan tahu bahwa pada gilirannya dia mesti bisa memberikan usulan pula. Dia melihat adanya 'opportunity' dari setiap wilayah yang padat hunian.

Dia mengusulkan untuk membangun infra struktur media promosi kota atau wilayah. Dengan bertolak dari asset manusia daerah yang 1 juta orang diperkirakan nilai media promosi di wilayah kekuasaan Pak bupati bisa menggali dana yang cukup untuk membiayai kebersihan kota termasuk untuk investasi alat daur ulang sampah kota.

Ternyata para hadirin sangat antusias dan menyambut usulan Sofyan. Dan mereka sepakat untuk membentuk team yang akan mem-follow up usulan tersebut. Sofyan diminta menjadi salah satu anggotanya. Dia tentu senang sekali. Media promosi yang dia usulkan memang dunia dia. Dia sangat tahu dan menguasai persoalannya. Pak Danu melirik bangga pada Sofyan. Dan Sofyan sendiri sangat senang dan bangga bisa ikut pertisipasi dalam membangun daerah dimana Pak Danu menjadi bupati. Sejak itu Sofyan sering diajak mendampingi Pak bupati dalam berbagai pertemuan pentingnya.

Terkadang kita heran pada peristiwa-peristiwa dalam kehidupan ini. Lihatlah seorang Danu Roso yang bupati dipertemukan dengan Sophia yang waria. Pada awalnya pertemuan itu hanyalah bentuk vulgar dari nafsu syahwat liar dan hewaniah. Tetapi dalam perkembangannya mereka tergiring memasuki dan tumbuh dalam wilayah nilai-nilai yang lebih tinggi.

Bahkan juga pelan-pelan membentuk dan atau mengubah 'attitude' mereka. Hubungan Sofyan dan Danu menjadi hubungan yang produktip dan memberikan 'added value' secara konkrit dan sehat baik bagi kedua pribadi itu maupun bagi orang lain atau bagi kepentingan yang lebih luas lagi. Bagaimana mungkin?!

Tanpa banyak merubah perilaku liar hewaniahnya dalam hubungan syahwatnya, Pak Danu mendukung gagasan Sophia yang adalah Sofyan untuk mengembangkan jasa konsultan dalam bidang media promosi dan komunikasi. Sofyan mengajak serta teman-temannya dari beberapa alumni kampus untuk mengembangkan peluang yang ada. Pak Danu memberikan 'financial back up' dalam merintis usaha tersebut.

Dan pada waktu-waktu tertentu Pak Danu menenggelamkan hidung dan bibirnya ke anal Sophia dan atau kemudian Sophia menyemprotkan sperma dan mengencingi mulut Pak Danu. Atau sebaliknya Sophia menjilati pantat Pak Danu yang kemudian menyemprotkan sperma atau air kencingnya ke mulut Sophia.

Hubungan mereka terus berjaya dan berkembang hingga saat ini. Dan terbukti, khan, Taman Lawangpun bisa ikut kontribusi dalam membangun negara ini.

Taman Lawang, Mei 2004

TAMAT